Dua Hari di Ibukota Belgia (2)

(Sambungan dari sini)

Menurut informasi seorang petugas, jika hendak ke Atomium, kami harus naik metro nomer 6 ke arah Heizel. Saat memperhatikan peta transportasi dalam kota, Emak mendapat informasi, bahwa selain itu, kami bisa naik metro nomor 2 ke arah Simonis, lalu disambung metro nomer enam atau bus kota. Sebab metro nomor 2 datang lebih dahulu, kami langsung naik.

Kami perhatikan, halte pemberhentian transportasi dalam kota Brussels ditulis dalam dua bahasa : perancis dan belanda. Di halte Simonis, kami pindah metro. Metro nomor 6 berhenti satu lantai di atas. Tak sampai lima menit, kami sudah berada dalam metro menuju Atomium. Metro di Brussels mirip di Paris. Pintunya tak terbuka otomatis. Jadi jika tanda pintu akan tutup sudah berbunyi, jangan berada di dekat pintu.

Di Heizel, selain ada Atomium, ada pula Brupark. Disana ada taman terkenal bernama Europapark. Sebuah miniatur Eropa. Kami berjalan ke arah Atomium. Melewati dua lapangan parkir luas.

Atomium sendiri adalah sebuah konstruksi yang dibangun dalam rangka Expo’58, sebuah pameran internasional pertama setelah perang dunia kedua. Ide arsitek Andre Waterkeyn ini merupakan simbol di jaman energi atom dan pemanfaatan energi ini secara aman. Pembangunannya dikomandoi oleh dua arsitek : Andre dan Michel Polak.

Konstruksi berbentuk atom ini merupakan pembesaran dari struktur kristal besi sebanyak 165 miliar kali. Tingginya 102 meter, terdiri dari 9 bulatan dengan masing-masing diameter sebesar 18 meter. Masing-masing bulatan dihubungkan oleh pipa raksasa berdiameter 3,3 meter dengan tangga di dalamnya. Satu lift bisa membawa pengunjung ke bola atom paling atas.

Di sekitar Atomium, suasana sungguh ramai. Turis berbagai bangsa berfoto atau sekedar duduk-duduk di bangku depan. Lainnya keluar masuk areal Atomium. Bagian depannya ada bangunan berfungsi sebagai toko cinderamata.

atomium-brussels

Kami tak masuk. Waktu tak mengijinkan. Hanya merekam suasana sekitarnya. Tak lama, kami berjalan menuju kompleks gedung pameran atau Brussels Expo, sebelum naik tram menuju penginapan. Tepatnya ke arah Anderlecht. Van Belle Hotel namanya. Daerah Anderlecht sepertinya banyak dihuni penduduk muslim. Banyak tempat makan halal.

Tak terlalu lama rehat sejenak di penginapan, jalan-jalan berlanjut. Perut sudah mau diisi makanan berat. Kami ingin ke kedai makanan Asia halal. Tapi belum menemukan lokasi pastinya di peta. Kami ganjal perut dengan cemilan, lalu berjalan menuju pusat keramaian Brussels, berharap menemukan salah satu resto Asia halal.

Dari dekat penginapan ada halte bus nomor 46 ke arah De Brouckere di pusat kota. Kami perhatikan, tak jauh dari De Brouckere ada banyak toko oriental. Kami susuri daerah tersebut. Restauran yang kami maksud belum ketemu juga. Untuk mengganjal perut lagi, Emak mampir di satu toko oriental, membeli cemilan lagi. Dan bertemu dengan seorang ibu warga negara indonesia. Ibu tersebut menunjukkan salah satu jalan di mana ada restauran Thailand-Vietnam halal di Avenue de Stalingrad.

(Bersambung)

3 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: