Kota Pink Yerevan

Bangunan pink di YerevanYerevan, atau Eriwan, ibukota Armenia moderen, sejatinya merupakan salah kota tertua di dunia. Cikal bakalnya adalah Erebuni, sebuah benteng yang didirikan oleh Raja Argishti I, tahun 782 sebelum masehi. Kota ini terus didiami manusia, dan kini berkembang menjadi sebuah kota metropolitan. Akan tetapi, karena lokasinya di wilayah perang dan tempat rebutan kekuasaan, Armenia diinvasi oleh berbagai kekuatan: Turki, Arab, Persia, serta Rusia. Ia juga berkali rata dengan tanah serta menjadi korban gempa bumi dasyat.

Yerevan menjadi ibukota Armenia setelah perang dunia kedua, tanggal 20 November 1920. Tepatnya menjadi ibukota Republik Sosialis Sovyet Armenia. Salah satu dari 15 negara bagian Uni Sovyet. Di bawah Uni Sovyet pula, Yerevan bertransformasi. Dari sebuah kota kecil ke sebuah kota metropolitan berpenduduk lebih dari sejuta jiwa. Arsitek Armenia kelahiran Rusia, Alexander Tamanian dipercaya untuk membangun kembali Yerevan. Beliau membangun sebuah kota berbentuk lingkaran. Menghancurkan banyak bangunan tua kota. Mendirikan berbagai konstruksi dari batuan alam berwarna pink. Material yang gampang ditemukan di sekitar Yerevan.

Saat Uni Sovyet kolaps tahun 1991, Armenia menjadi negara merdeka. Yerevan tetap ibukota negara. Dan ratusan bangunan pink tetap berjaya hingga kini. Sejak pertama kali membaca tentang kota pink, Emak bertekad melihat sendiri. Ada beberapa kota berwarna-warni di dunia. Tapi, yang warnanya alami, baru kali ini Emak ketahui.

Dan YES! Pink city Yerevan is just wonderful! Bahkan di tengah-tengah kelabunya musim dingin, salju menumpuk di mana-mana, warna pink tetap mendominasi. Pink-nya tidak seragam, melainkan bergradasi. Pink agak abu-abu, pink terang, hingga oranye. Berkeliling Yerevan, stok gedung pink serasa gak ada habisnya. Tak hanya gedung perumahan, hotel, perkantoran, sampai gereja terbuat dari batu lava pink. Bikin takjub.

Walaupun tidak terlalu luas, kota Yerevan punya banyak sekali destinasi wisata. Termasuk di dalamnya pasar seni, taman, museum-museum, dan tempat ibadah. Tentunya kami tak kunjungi semuanya. Dinginnya udara luar, memaksa kami memenjakan diri dalam kehangatan hotel. Malas sekali menggeret kaki berboot tebal ini kemana-mana. Kami hanya menjangkau tempat-tempat yang terjangkau dengan berjalan kaki.

Masjid Biru Yerevan

Meski tak se-grandeur Istanbul, Yerevan punya masjid birunya sendiri. Faktanya, inilah satu-satunya masjid di seluruh negeri Armenia. Mengunjunginya, membuat Emak merasa sangat beruntung. Lokasinya tidak jauh dari hotel kami. Kami kunjungi di hari pertama kami di Yerevan.

the only mosque in Armenia
The blue mosque of Yerevan

Masjid ini berada di antara wilayah permukiman di pusat kota. Sebuah biru di antara pinkdi Mashtots Avenue. Jika tak diperhatikan betul, tak kentara jika di sana ada sebuah masjid. Bangunannya berada di dalam sebuah kompleks. Bagian luarnya berhias mozaik bernada biru. Khas Persia. Rumah ibadah satu ini pertama kali didirikan tahun 1765 masehi. Atas perintah Hussein Ali Khan, gubernur Persia di Yerevan. Direnovasi dengan bantuan dana dari Republik Islam Iran tahun 1996 – 1999.

Kami datang sekitar pukul 2 siang. Di saat masjid tidak buka. Meski agak kecewa gak bisa masuk bangunan utama masjidnya, kami tetap berkeliling kompleks. Berbentuk segi 4, lumayan luas juga tempat ini. Bangunan utama masjid berada di satu sisi. Sisi-sisi lain berderet banyak ruangan. Katanya tempat ini memiliki museum, tempat belajar, aula pertemuan, dapur umum, serta tempat tinggal. Bagian tengahnya terdapat sebuah taman. Tertutup selimut putih tebal.

Mulai menggigil, kami masuk ke sebuah ruangan di sisi kanan. Di temboknya menempel puluhan foto. Ada foto-foto kuno bertema masjid dan suasana kota Yerevan zaman dahulu. Ruangan temaram tersebut bersambung ke ruangan di sebelahnya. Setelahnya, Emak mengamati beberapa kaligrafi serta cinderamata khas Iran. Dipajang di dalam rak-rak kaca sebuah koridor. Seorang lelaki lewat dan tersenyum melihat kami. Kami mengintip isi bangunan utama masjid. Kubahnya besar dan dihiasi mozaik kebiruan yang cantik. Demikian pula fasad depannya. Pintu masuknya dari kaca-kaca, keseluruhanny membentuk sebuah busur lancip di bagian atas. Interiornya terlihat sederhana. Bercat putih dengan sedikit hiasan lukisan dinding, dengan dua mihrab.

Republic Square

Karena letaknya di belakang hotel kami, sekitar 300-an meter, republic square menjadi tempat yang paling sering kami lewati selama berada di Yerevan. Semacam bundaran HI di Jakarta, meski kalau dilihat di peta  bentuknya lebih oval dibanding bundar. Lokasinya sangat sentral, sehingga disebut jantung Yerevan. Di hari libur, kami pertama ke sana di hari Natal, ia temak sangat sepi. Akan tetapi di hari-hari kantor, ia berubah jadi salah satu sumber kemacetan. Apalagi banyak pengemudi Yerevan tidak sabaran, seperti pemuda yang mobilnya berkali kami sewa untuk berkeliling Armenia.


Republic square dikelilingi gedung-gedung utama. Yakni The Marriot Armenia, kantor pos pusat, gedung pemerintahan, Galeri Seni Nasional dan Museum Sejarah Armenia, serta kantor Kementrian Sumber Alam dan Energi. Bagian depan gedung-gedung tersebut melengkung mengikuti bentuk bunderan. Di tengah-tengahnya adalah singing fountain, air muncrat raksasa yang tidak berfungsi saat musim dingin. Di lapangan depan museum diadakan light festival ketika kami di sana. Ribuan lampu kecil dipasang mengikuti bentuk-bentuk gerbang, mahkota, dsb. Sekali kami mampir ke dalam gedung kantor pos pusat untuk mengirim kartu pos. Sebuah gedung beratap tinggi. Meski luas, dalamnya terkesan gloomy dan kurang pencahayaan.

Pasar Seni Vernissage Market 

flea market yerevan
Pasar barang antik, seni, dan cinderamata Yerevan

Satu lagi yang tak boleh dilewatkan di Yerevan adalah mengunjungi pasar seni atau vernissage market. Waktu Emak nanya tentang ini sama mbak-mbak resepsionis hotel, mbaknya ndak paham. Saat itu hari Minggu. Kata info di internet, pasar ini malah ramai di hari Minggu. Tapi saat itu emang dalam masa liburan natal. Mbaknya ngira ia sedang tutup. Kami ragu juga, apa iyah tetap buka di masa liburan, salju tebel, dan dinginnya udara menyebabkan Yerevan lebih dingin dibanding freezer raksasa ini? Tapi karena letaknya gak jauh dari Republic Square, kenapa nggak sekalian ngecek aja?

Kami lalu berjalan di sisi kanan Jalan Nalbandyan. Belok kanan ke sebuah taman di antara Jalan Aram dan Jalan Buzand, tak jauh dari halte metro republic square. Pasar seninya tepat di belakang taman tertutup salju tersebut. Dingin-dingin, pasar seni tersebut terlihat lumayan ramai. Vernissage market ini adalah sebuah open air market. Jualannya bermacam. Kebanyakan produk lokal dan handmade. Ada juga barang-barang bekas dan antik. Para pedagang memajang berbagai barang di atas meja-meja. Perhiasan, topi, baju, tas, kerajinan kayu, karpet, bisa kita temukan di sini. Kami membeli beberapa magnet kulkas ke seorang bapak tua yang pernah beberapa tahun tinggal di Jerman. Seneng juga keliling tempat seperti ini. Sayangnya banyakan barangnya gede-gede. Dan harganya dilakukan tawar menawar. Vernissage market ini buka setiap hari. Akan tetapi konon ramainya di akhir minggu.

Bagian pasar yang menempel dengan Jalan Aram dikuasai oleh penjual lukisan. Mereka adalah pelukis-pelukis lokal yang menjajal peruntungan di sini. Di dekat gedung opera juga terdapat Painter’s Vernissage, khusus dikuasai penjual lukisan. Pas lewat sana, lukisan-lukisan tersebut dipajang di antara gundukan salju.

Northern Avenue

shopping street yerevan
Pusat kota Yerevan

Yerevan juga memiliki shopping street dan shopping mall. Salah satunya di jalan utama Northern Avenue. Jalan satu ini pun berkali kami jejaki. Sebuah pedestrian street yang sangat licin ketika bersalju. Meski saljunya sudah dibersihkan pun, masih tetap harus ekstra hati-hati berjalan di atasnya. Northern avenue memiliki deretan bangunan berwarna pink yang berfungsis ebagai perkantoran, bank, hotel, serta tempat tinggal. Lantai dasarnya berfungsi sebagai toko-toko. Dan di bawah pedestrain, membujur sebuah pusat perbelanjaan. Jika kedinginan, kami turun ke shopping street bawah tanah ini. Meeki gak masuk, kami berjalan agak mepet dengan pintu masuk toko. Agar kecipratan hangat dari dalam sana.

Ujung northern avenue akan mentok di sebuah taman bernama Freedom square. Ada danau kecil di ujung taman bernama Swan Lake. Di musim dingin, danaunya membeku dan dijadikan arena ice skating alami diiringi suara musik ceria. Di sore hari, ia ramai dikunjungi anak-anak muda. DI akhir pekan, banyak anak kecil dan keluarga. Berjalan sedikit ke arah utara, kita akn ketemu gedung opera. Salah satu landmark Yerevan.

Cascade Complex

Cafesjan Yerevan
Kompleks seni dan museum, Cascade Complex

Tepat di belakang gedung opera membentang satu bundaran besar lagi. Tidak sebesar bundaran republic square, akan tetapi ini termasuk penting di Yerevan. Namanya France square. Di sini Mashtots avenue berujung. Ujungnya jadi tempat ngetem beberapa bus. Entah bus kota atau antar kota. Di balik France square, ada satu taman lagi. Taman ini berada di ujung salah satu tempat terkenal Yerevan Cascade Complex. Kompleks yang terlihat sangat menggugah selera di berbagai foto di internet. Di musim dingin, salju menurutpi sebagian kecantikannya. Dan bunga-bunga serta tanaman hijau penghias level-level kaskada pun ikut sendu, kalah pamor sama putih dan abu-abu.

Di taman depan kompleks banyak dipajang objek seni unik. Patung-patung dari barang-barang bekas. Cascade comples sendiri terdiri dari museum, cafe, serta galeri seni. Jika kita memanjat sampai atas sana, konon bakal terlihat sebagian panorama kota Yerevan. Emak gak naik sampai puncak. Pesimis bisa menyaksikan panorama kota di tengah kabut tipis dan cuaca kelabu seperti ini.

***

Meski hampir minggu kami lewatkan waktu di ibukota Armenia ini, sayangnya tak semua destinasi mainstream kami datangi. Beberapa kami urungkan. Seperti Museum Matenadaran, Genocide Monument, serta Mother Armenia statue. Mungkin ini bisa jadi alasan buat kami untuk mengunjungi Armenia lagi suatu saat. Semoga!!!

Baca juga: Visa on Arrival Armenia

Baca juga: Mengunjungi Armenia di Musim Dingin

Baca juga: Destinasi Wisata Mainstream Armenia

3 Comments

  • Baca tentang kota ini mengingatkan aku dengan pink city Jaipur, sebenarnya nggak pink yang pinky gitu ya mbak tapi warna orange bata coklat kemerahan (begitulah). Sama sama memiliki pasar seni dengan aneka barang unik dan antik, ahhhh pingin berkunjung ke salah satu kota tertua di dunia ini.

  • ira

    @EmakMbolang: Batanya asli batu alam. Dan buanyakkk banget bangunan pakai batu ini. Yoi, seru juga ke pasar antik, meski gak beli, ngeliat ajah udah marem. hehe

Leave a Reply

%d bloggers like this: