Langlang Mengitari Ibukota Serbia

“This grand city seems to have always been like this: torn and split, as if it never exists but is perpetually being created, built upon and recovered. On one side it waxes and grows, on the other it wanes and deteriorates. Ever in motion and rustle, never calm and never knowing tranquility or quiet. The city upon two rivers, on the grand clearing, bound by the winds.” (Ivo Andric, writer and Nobel Prize winner)

Grafiti politik
Grafiti tembok kota Beograd

Nama kota ini mulai Emak kenal ketika Emak membaca sebuah buku tentang Bung Karno. Sebuah buku oleh Guntur Soekarnoputra. Entah buku milik siapa. Emak baca ketika masih SMP. Bukunya bercerita tentang keseharian Bung Karno. Pun tentang pertemanan beliau dengan banyak pemimpin besar dunia. Termasuk dengan Josip Broz “Tito”. Pemimpin besar asal Yugoslavia. Salah satu negara adidaya Eropa di zamannya. Yang ibukotanya bernama Beograd.

Tito sudah tiada. Yugoslavia pun telah purna. Namun kemegahan Beograd masih bisa kita saksikan. Hingga kini.

Keluarga Pelancong sambang Beograd atau Belgrade di musim dingin, di penghujung 2015. Sebuah perlancongan via darat dari Jerman, melewati beberapa negara Eropa Timur hingga Bosnia – Herzegovina. Menyeberang lewat perbatasan Bratunac dengan Sungai Drina sebagai pembatas dua negara.

Seorang wanita tanpa senyum memeriksa paspor dan visa Jerman kami. Kantor imigrasi kecil ini langsung membentuk antrian panjang di belakang mobil kami. Sehingga kami pun diminta minggir agar yang lain bisa lewat. Sekitar setengah jam, si Mbak mengembalikan paspor dan dokumen lainnya. Meminta maaf karena lama dan akhirnya menampakkan senyum sangat manis. Beliau memberitahu rute paling nyaman menuju Beograd.

Warga negara Indonesia pemegang visa Schengen bisa masuk Republik Serbia #tanpavisa. Tiga puluh hari lamanya.

Rute nyaman tersebut meliputi jalan pedesaan, jalan pegunungan, jalan desa dan pegunungan tanpa aspal. Kami jadi selebriti dadakan. Saat melintas pelan di desa atau tempat agak ramai, semua langsung menoleh ke mobil kami. Mobil asing, dengan penumpang berwajah tak kalah asing. hehe.

Jelang masuk ibukota Republik Serbia, kami lihat ia sekelebat dari kejauhan. Ia memang tak seperti ibukota negeri Semenanjung Balkan. Yang satu ini jauh lebih luas dan akbar.

Tempat Menginap

penginapan di Serbia
Apartemen di Belgrade

Sengaja kami pilih menginap di apartemen agar bisa masak dan dapat ruangan luas. Pilihan jatuh pada Belgrade City Appartment. Kami pesan lewat bookingdotcom. Letaknya agak di pinggiran kota. Sekitar 8 km-an. Akan tetapi karena kami membawa kendaraan sendiri, transportasi tak jadi masalah. Terdiri dari dua kamar tidur, dapur, dan ruang tamu dan televisi layar datar ber-channel banyak, kami sangat kerasan. Nyaman. Pemanasnya berfungsi dengan baik. Dekat sini terdapat bus kota ke arah pusat kota.

Tarif apartemen ini adalah 30 euro per malam. Atau sekitar Rp. 450.000,- Murah banget karena dapat tempat luas buat empat orang. Host-nya datang menyambut kami. Seorang Bapak setengah baya, dengan anak lelaki berusia belasan tahun. Si anak ini lumayan bagus bahasa Inggrisnya.

Buat solo traveler atau backpacker, di pusat kota Beograd terdapat banyak pilihan hostel. Dengan tarif di bawah 10 euro per orang di dormitory.

Belgrade City Appartement 

18k Cvetanova Cuprija
Zvezdara
Beograd, 11000, Serbia

Mencari Makan di Beograd

Sebab makan pagi dna malam di apartemen, kami hanya beli makan pada siang hari. Saat jalan-jalan ke pusat kota. Harga makanan di sini termasuk murah dibanding di Eropa Barat. Sayangnya kami nggak nemu kedai makanan yang memiliki label halal di sini. Melihat juga nggak. Karena kami hanya menjelajahi sebagian pusat kota saja. Sebagai gantinya kami nyari makanan vegetarian saja. Seperti beli pizza topping jamur dan paprika. Serta pilih menu vegetarian di rumah makan Asia.

Harga pizza bundar sekitar 4 euro saja. Sudah cukup dimakan berempat. Kalau nasi atau mie Asia vegetarian, sekitar 3 – 4 euro seporsi. Mienya bukan mie goreng biasa. Tapi spaghetti goreng dengan sedikit rasa Asia. Yang penting kerasa micinnya, toh. Cukuplah buat ganjel perut. Alhamdulillah…

Trasportasi Umum

Belgrade merupakan salah satu kota terbesar di Eropa Timur. Ia terhubung via darat dan udara dengan kota-kota besar Eropa lainnya. Kota ini bisa dicapai dengan bus mau pun kereta api antar negara. Maskapai murah Wizzair terbang dari banyak kota di Eropa Barat.

Di dalam kota Beograd sendiri, keluarga pelancong tidak sempat mencicipi transportasi umumnya. Emak perhatikan, warga di sini memanfaatkan bus kota atau pun tram. Kami hanya jalan kaki selama dua hari mengitari pusat kota. Lumayan seh, bikin pegel, jika jalannya dari ujung ke ujung. Mobil kami parkir di sebuah park house di dekat pusat kota.

Destinasi Wisata Utama Dalam Kota

Dua hari bukan masa panjang untuk mengelilingi semua tempat wisata utama Beograd. Di musim dingin yang waktu siangnya pendek sekali, target tak bisa dipasang terlalu sok. Kekuatan tubuh tak sama di musim dingin. Hawa dingin membuat kami cepat lapar dan gampang lelah. Plus anak-anak tak terlalu suka jalan-jalan kota-kota. Mending nonton tivi di apartemen saja, kata mereka.

Gedung-gedung di senter Belgrade tak kalah megah dan indah dengan kota seperti Praha, Berlin, Amsterdam. Mulai jalan Terajize yang kami lalui, kanan kirinya berhias gedung gagah, mewah, serta tampak elegan. Beberapa mulai aus dimakan usia, atau karena kurang perawatan. Trotoarnya lebar dan lega. Yang agak mencolok adalah banyaknya grafiti di deretan gedung-gedung cantik. Ada yang bagus, ada yang memperjelek pemandangan kota.

Orang-orangnya, meski terkesan cuek, mereka helpful. Pas kami kebingungan mencari letak Museum Nikola Tesla, seorang ibu dengan sopan menanyakan apakah ia bisa membantu kami. Kalau bertanya dalam bahasa Inggris sebaiknya ke anak-anak muda. Usia kurang 30-an. Di beberapa tempat, seperti taman, tersedia toilet gratis yang lumayan bersih.

– Sepanjang Jalan Knez Mihailova

Hari pertama, kami mengandalkan gps di hape Bapak. Semua alamat tujuan kami catat dan ditandai di maps. Lumayan membantu. Hari kedua baru dapat peta kota dari kantor informasi turis di tengah kota.

Suasana natal di Beograd, Serbia
Suasana Jalan Knez Mihailova

Salah satu pusat turis adalah Knez Mihaila Ulica atau Jalan Knez Mihailova. Shopping street utama Beograd. Dimana konstruksi cantik menghiasi kedua sisi zona khusus pejalan kaki. Fasad bangunan berhias patung atau pahatan-pahatan unik. Pintu kayunya jangkung. Di akhir tahun, kios-kios cantik bernuansa natal dan musim dingin menjual suvenir, sabun, mainan, manisan, lukisan, dan pakaian. Gedung-gedungnya jadi butik, hotel, kantor, pusat seni, tempat tinggal, bank, rumah makan, kafe, serta toko barang eksklusif,.

Tempat ini merupakan tempat jalan-jalan cantik warga lokal dan turis. Ia berada di antara Terazije Squyre dan Kalemegdan. Saat Romawi kuno berkuasa, jalan ini merupakan jantung kota Singidunum (Beograd kuno). Saat berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, ia berada dalam tembok kota.

Wajahnya sekarang berasal dari abad 19. Ia menjadi lebih berwajah Eropa. Setelah implementasi rencana pembangunan yang digulirkan oleh Emilijan Josimovic. Sejak tahun 1870 nama Kneza Mihailova melekatinya. Berdasarkan nama seorang pangeran Serbia, Mihailo Obrenovic. Hingga tahun 1950-an, bangunan-bangunan di sisi jalan sepanjang kira-kira 1 km ini, dimiliki oleh warga superkaya Beograd. Ketika komunis berkuasa, mereka diambil alih oleh negara.

Emak hanya memotret, sesekali merekam wajah bangunan-bangunan ini. Tak sekali pun masuk ke salah satu tokonya.

– Kompleks Benteng Kalemegdan

 Di salah satu ujung Jalan Knez Mihailova, kami temukan kompleks benteng Kalemegdan. Atraksi turis paling ramai di kota Beograd. Sebelum mencapai benteng, kami terlebih dahulu melewati sebuah taman. Di jalanan taman ramai penjual cinderamata.

Museum perang
Display senjata di museum militer Beograd

Benteng Beograd merupakan atraksi wisata gratis, bisa diakses 24 jam, tanpa penjaga. Isinya pemandangan indah, bangku-bangku taman, serta kekayaan budaya dan sejarah.

Lokasi benteng ini berada di antara dua sungai: Sava dan Danube. Posisinya yang dibangun di tebing tinggi, membuat kita bisa menyaksikan pertemuan dua sungai serta the great war island atau veliko ratno ostrvo. Menempati areal seluas 53 hektar, tempat ini juga mendapat julukan The Gate of Wars.

Benteng ini merupakan konstruksi tertua di Belgrade. Kota Singidunum tercatat pertama kali dalam sejarah pada sekitar abad ketiga sebelum masehi. Belgrade berada dalam kekuasaan Byzantium sekitar abad 6. Bangsa Slavia mulai mendiami kota ini di awal abad 7. Dalam bahasa Slavia, Belgrade berarti benteng putih. Saat ini kompleks luas ini terdiri dari taman luas, taman bermain anak, beberapa museum, makan, monumen, gereja, dan kebun binatang.

Kami memasuki benteng, menyeberangi sebuah jembatan kayu, masuk sebuah gerbang menembus tembok tebal benteng. Temboknya berlapis-lapis. Kami masuk lagi melewati sebuah gerbang besar terbuat dari metal nan berat. Di sana terdapat museum militer. Di luar museum dipajang kendaraan lapis baja seperti tank dan kapal laut, meriam berbagai ukuran.

Taman dalam kompleks terlihat rapi dan bersih. Di musim dingin, pohonnya banyak gundul. Artifak batu kuno masih bertebaran di berbagai tempat. Di dalam sini, banyak turis berkeliaran. Wajah-wajah asia sering kami temui.

Masjid Bajrakli

Hari telah lewat setengahnya ketika kami keluar kompleks Kalemegdan Fortress. Tujuan kami berikutnya adalah satu-satunya masjid yang tersisa di Beograd, Bajrakli. Ia berada di pusat Belgrade. Tepatnya di jalan Gospodar Jevremova 11. Tidak sampai setengah jam jalan kaki dari Kalemegdan.

Islam di Belgrade, Islam di Serbia
Masjid Bajrakji Belgrade

Kabarnya zaman Turki Usmani berkuasa atas wilayah ini, Beograd punya lebih dari 200 masjid. Masjid Bajrakli diperkirakan dibangun pertama kali pada tahun 1575. Setelah sempat beralih fungsi menjadi gereja di zaman kekuasaan Austria, ia kemudian kembali jadi sebuah masjid. Sempat cedera ketika terjadi kerusuhan di Kosovo, masjid ini sudah direnovasi. Di sampingnya berdiri sebuah bangunan lebih modern. Sebab di sini juga merupakan pusat komunitas Islam di Serbia.

Kami datang bertepatan dengan waktu sholat asar. Emak dan Embak masuk ke gedung baru. Bapak dan Adik sholat di masjid tua. Di lantai teratas gedung baru terdapat ruang sholat luas. Hangat dan berkarpet tebal. Yang membingungkan, tempat wudunya campur antara lelaki – perempuan. Sehingga kudu tetap pakai hijab ketika wudu.

Masjid kuno Bajrakli dulunya bernama Masjid Cohadzi, lalu Masjid Hussen-bey. Nama Bajrakli mulai digunakan sejak akhir abad 18 masehi. Masjid Bajrakli terdiri dari satu ruangan, satu kubah besar dan satu menara. Menaranya tinggi langsing. Kubahnya dari metal. Dan temboknya terbuat dari batu alam.

Di bagian dalamnya terdapat ornamen asmaul husna. Di bagian belakang galeri terbuat dari kayu. Di dalam masjid sangat dingin, gak ada pemanas. Masjid ini berada di tengah-tengah wilayah permukiman. Di seberang masjid ada toko halal, tutup. Waktu kami mengintip dari jendela kaca, kesannya ia memang tutup sejak lama.

Republic Square

Hari kedua, sebelum menyambangi Museum Nikola Tesla, kami foto-foto sejenak di Republic Square. Atau Trg. Republike. Banyak yang berpendapat bahwa tempat ini merupakan 0 km Beograd. Alias jantung kota. Tempat ini di pagi hari sudah ramai turis. Ada yang berombongan mau pun sendiri. Pemusik jalanan meramaikan suasana.

Trg. Republike menyambung jalan Kolarceva dan Knez Mihailova. Figur berkuda di tengahnya adalah pahlawan Serbia, Pangeran Michael. Patung perunggu hasil karya pematung Italia, Enrico Pazzi. Mulai berdiri sejak tahun 1882.

***

Satu lagi tempat bagus kami kunjungi. Yakni Museum Nikola Tesla. Akan Emak tulis di sebuah artikel tersendiri. Nanti datang lagi kemari, ya!

4 Comments

  • ira

    @Emakmbolang: betull…. malah yen hotel/hostel dalam kota kuwi parkire malah angel. Jarang onok parkiran gratis.

  • Wah, ternyata negara-negara di Eropa Timur bagus juga untuk dikunjungi ya. Kalo ada rejeki dan kesempatan, sepertinya saya juga harus ke sini nih. BTW sempat berkunjung ke Spain mba, mungkin tulisan saya ini bisa menjadi referensi kalau mau ke Barcelona, Spain.

Leave a Reply

%d bloggers like this: