Luzern, Sebuah Gambaran Tentang Surga di Dunia?

luzernDaftar tempat dan kota yang ingin kami kunjungi selama berada di Swiss lumayan panjang. Dengan alokasi waktu 5 hari, kami ingin mengunjungi setidaknya 10 kota : Jenewa, Lausanne, Bern, Lugano, Luzern, Interlaken, Grindelwald, Liechtenstein, Rheinfall dan Büsingen. Kenyataan membuktikan, kondisi badan tak sebanding dengan ambisi. Tiga kota harus dicoret dari daftar. Berkeliling Swiss di musim dingin butuh stamina sangat prima.

Emak sempat demam saat baru sampai di rumah sahabat di Zürich. Bapak pun merasa sangat kecapekan. Di hari kedua, kami putuskan mengunjungi kota dekat Zürich Luzern. Ada seorang sahabat bernama Chitra menemani kami sekeluarga. Tengah hari kami baru keluar rumah. Minum obat, kami merasa cukup kuat untuk menikmati hari. Hari itu, tepat 25 Desember.

Jalan tol terlihat sangat ramai di hari libur ini. Entahlah, mungkin mereka saling bersilaturahmi juga antar teman atau keluarga. Tak sampai sejam, kami tiba di kota tepi danau ini. Berputar sebentar di pusat kota, kami temukan satu tempat parkir dekat danau. Akan tetapi, kami tak tahu bagaimana dengan pembayarannya. Di Jerman, orang bisa parkir gratis di hari-hari libur. Akan tetapi di negara serba mahal ini, hal tersebut tampak tak berlaku. Tak kami temukan informasi gratis di hari libur. Kami bingung, tak tahu bagaimana cara membayar parkir. Mobil-mobil lain tak terlihat memajang karcis parkir. Mau membayar di mesin otomatis, kami tak punya koin. Mesin tersebut tak menerima uang kertas dan tak bisa memberi kembalian. Luar biasa.

Emak bertanya kepada seorang wanita tiga puluhan yang melintas. Beliau menunjukkan caranya. Saat kami bilang tak punya koin dan ingin tukar uang, beliau memasukkan beberapa koin, cukup untuk 2 jam parkir. Kata dia, tak perlu diganti, sebab hari ini hari natal. Oh, terharu rasanya menerima kebaikan di saat dibutuhkan. Bagai peribahasa, “Pucuk dicinta, ulam tiba”.

Luzern, menurut Emak adalah gambarannya tentang surga dunia. Memang manusia tak bisa membayangkan keindahan surga asli. Akan tetapi jika disuruh menunjuk satu tempat di dunia yang sangat elok dan nyaman, maka Emak dengan senang hati akan mengatakan Luzern.

Luzern, bagai satu gambar di sebuah buku dongeng. Satu kota indah, dengan sungai mengalir di tengah kota. Di tepi danau yang sekelilingnya adalah pegunungan. Tipikal satu kota di Swiss. Baru pertama lewat di sini, napas serasa berhenti. Masya Allah. Menakjubkan sekali. Danaunya biru. Pegunungan putih tertutup salju. Di pinggir danau adalah jalanan dengan pepohohonan. Ah, Emak pun jatuh cinta pada pandangan pertama. Bahkan dinginnya cuaca tak mengurangi ketakjuban kami akan kota ini.

Kami berjalan ke arah sungai, menyeberanginya lewat jembatan kayu. Di dalamnya ada lukisan-lukisan. Kumpulan kisah dari alkitab, komentar seorang turis. Hati Emak merasa meletup-letup karena takjub. Sebentar-sebentar memotret sana-sini. Sungai, danau, gedung-gedung tua, bangunan unik, pegunungan, orang-orang lalu lalang di tepi danau atau duduk-duduk memandang pegunungan, burung merpati beterbangan, menanti beberapa yang menaburkan roti, angsa-angsa berenang sambil bermalas-malasan. Tak bakal kehabisan bahan potretan di sini.

Di hari natal, kota ini sama sekali tak terlihat sepi. Sebaliknya, bahasa asing terdengar dimana-mana. Mereka tak peduli, walau semua pertokoan tutup dan hanya satu dua restoran buka. Kami sendiri ingin memanfaatkan dua jam ini semaksimal mungkin. Berjalan di tepi danau, menyusuri kota tua dan daerah khusus pejalan kaki, mengamati pembangkit listrik tenaga air mini, memperhatikan aneka coklat mahal sambil menelan ludah, berfoto tiada henti. Ohhh, sampai kehabisan kata-kata untuk menggambarkan indahnya Luzern. 🙂

5 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: