Masjid Bilal, Aachen

Hampir setiap minggu kami kami mengunjungi Aachen, kota berjarak kira-kira setengah jam perjalanan kereta api dari tempat tinggal kami di Duren. Tak hanya untuk kepentingan belanja di toko Asia. Namun juga untuk bersilaturahmi maupun pengajian bersama sesama muslim setanah air. Terkadang, sebab lumayan banyaknya jamaah pengajian, kami kesulitan mendapatkan tempat. Makanya terkadang pengajian Aachen mengadakannya di Mesjid Bilal.

Masjid ini terletak di Professor Pirlet Strasse no. 20. Letaknya dekat dengan stasiun Aachen West. Jika kita turun dari kereta api di stasiun ini, mesjid-nya akan segera terlihat. Jika ingin naik bus kota, cari bus-bus yang melewati halte Aachen-West.

Pertama kali datang ke masjid ini, kesannya terlihat sangat sempit dan tua. Serasa masuk dalam rumah batu tua. Tangga dari lantai dasar mengular dan sempit. Hanya cukup untuk satu orang saja. Berbeda sekali dengan mesjid-mesjid lain yang pernah kami datangi sebelumnya. Mereka lebih luas dan memuat lebih banyak jamaah.

Pengajian kami kadang dilaksanakan di ruang kelas lantai dasar atau ruang pertemuan di lantai satu. Ada dapur di lantai dasar lengkap dnegan peralatan masak dan makan. Sehingga kami bisa memanfaatkan ketika ada makan-makan selama pengajian.

Setelah mengkaji lebih dalam dari Wikipedia, baru kami ketahui, bahwa Mesjid Bilal Aachen ini adalah mesjid tertua kedua yang masih berdiri di Jerman. Direncanakan sejak tahun 1958, dan dibangun antara tahun 1966 – 1968. Awalnya dibangun tanpa menara. Perencananya adalah orang RWTH Aachen, Prof. Steinbach dan Gernot Kramer. Dana pembangunannya berasal dari mahasiswa-mahasiswa muslim dan bantuan dari negara-negara lainnya seperti Mali, Indonesia, Malaysia, Persia dan beberapa negara Arab. Kota Aachen sendiri turut menyumbang 10 ribu mark. Tahun 1979 didirikan Islamische Zentrum Aachen (IZA/ Pusat Agama Islam Aachen) dan menjadi pengelola mesjid ini.

Dahulu ruang sholatnya hanya berkapasitas 150 hingga 180 orang saja. Mungkin karena jumlah jemaah tak terlalu banyak. Di tahun 1979 dilakukan perluasan mesjid sehingga bisa memuat hingga 600 jamaah sholat (termasuk ruangan sholat untuk 100 jamaah wanita di lantai satu). Selain digunakan untuk sholat dan kegiatan keagamaan lainnya, di mesjid ini ada kelas belajar agama Islam di akhir minggu serta kursus bahasa arab.

Leave a Reply

%d bloggers like this: