Mostar dan Blagaj

Blagaj, pesanggrahan penari Darwis dan mata air Sungai Buna
Blagaj, Bosnia-Herzegovina

Tempat-tempat yang pernah dicatat dalam sejarah dunia, rasanya sangat menarik untuk dikunjungi. Bosnia-Herzegovina ini salah satunya. Emak mendengar namanya ketika terjadi perang di negeri ini. Perang terakhir Eropa dengan korban jiwa tidak sedikit.

Negeri ini familiar dengan perang dunia. Pemicu perang dunia pertama terjadi di ibukota Sarajevo. Gravilo Princip menembak mati putra mahkota Kerajaan Austria-Hungaria, Franz Ferdinand dan istrinya. Sebuah insiden yang kemudiaan menyebabkan sebuah perang besar dunia.

Terdapat tiga etnis besar tinggal di negara ini: Bosnia, Serbia, dan Kroasia. Keluarga pelancong membelah jalan. Dari utara negara bagian Republik Srpska yang banyak dihuni etnis Serbis, ke tengah, wilayahnya etnis Bosnia, ke arah barat di Herzegovina yang banyak dihuni warga Kroasia. Semuanya memberikan hikmah dan pengalaman tersendiri.

Dua hari dua malam terakhir di negara ini, kami habiskan di Herzegovina. Beribu kota di Mostar. Di kota ini pula dua malam kami menginap. Di sebuah apartemen nyaman dan murah.

Sore hari sampai Mostar setelah perjalanan panjang, kami langsung jalan-jalan ke pusat kota. Hari sedang gerimis. Jantung Mostar sepi-sepi saja. Hanya satu dua orang melintasi Stari Most, jembatan tua legendaris yang hancur dibom tahun 1993. Stari Most menghubungkan dua sisi Sungai Neretva. Sungai berair jernih kebiruan.

Kemudian Emak melakukan tur sendiri. Mencontek tur the death of Yugloslavia. Mendatangi saksi bisu sejarah ketika perang berlangsung. Masih banyak sisa perang bisa kita lihat hingga kini. Gedung-gedung berlubang akibat berondongan peluru. Atau bahkan yang hancur lebur, tinggal kerangka bangunannya saja.

Mostar adalah kota di mana, dua etnis saling berhadapan. Satu sisi dihuni etnis Kroasia. Lainnya Bosnia. Former front line adalah wilayah dimana keduanya bertempur secara frontal. Di wilayah ini pula terjadi dua kali perang. Mulanya etnis Bosnia dan Kroasia bersatu melawan Serbia. Kemudian mereka sendiri saling berhadapan.

Mostar kota jelita. Bikin segera jatuh cinta. Apalagi pusat kotanya yang dibelah Sungai Neretva. Kota tuanya akan mentransfer kita ke masa silam. Stari Most telah dibangun kembali. Jembatan yang berdiri kokoh 400 ratusan tahun lamanya kalah oleh bom tahun 1993. Kepingannya tenggelam di dasar Neretva.

Pusat Mostar tak terlalu luas. Kalau berkeliling cepat, setengah hari saja sudah kelar. Tapi kalau mau keluar masuk masjid atau tempat menarik, butuh paling nggak sehari. Dua masjid di dalam kota sedang direnovasi saat itu. Emak paling suka berada di kota tua. Memotret Stari Most dari sana.

Hari berikutnya, kami habiskan untuk menyambangi objek lain di Herzegovina. Salah satunya adalah kota Blagaj. Ia tak sampai setengah jam dari Mostar. Kota kecil nan cantik. Objek wisata utamanya adalah sebuah tekke. Objek wisata religi.

Lokasinya berada tepat di sebelah mata air sungai Buna. Saat musim dingin waktu itu, sepi pengunjungnya. Namun objek wisata serta rumah makan di dekatnya tetap buka. Di musim panas, daerah ini juga digunakan untuk olah raga kano dan kayak.

Tekke ini dulunya merupakan pesanggraham kaum sufi. Dulu hanya lelaki boleh masuk tempat ini. Emak tidak langsung masuk ke dalam tekke. Melainkan masuk ke toko cinderamata lebih dahulu. Penjaganya seorang embak muda berjilbab. Gaya jilbabnya mirip wanita Turki.

DSCF9986
Madu Kurma, dari Blagaj (Bosnia-Herzegovina)

Berbagai macam suvenir dijual di sana. Tas, kartu pos, tempelan kulkas, dan aneka pajangan bermacam ukuran. Ada pula makanan, jilbab, baju, dan hasil kerajinan tangan. Emak memilih dua kartu pos. Setelah muter-muter berkali, eh, Emak tertarik pula membeli Madu Kurma. Persediaan di rumah kami sedang habis. Dan harga madu kurma di sini tidak mahal.

Setelahnya, baru kami keliling tekke. Masuknya gratis. Di sebelahnya bahkan ada rumah makan halal. Sayangnya hari masih pagi dan kami belum lapar. Padahal menunya tampak sangat menggoda.

Tekke di Blagaj tak besar. Mirip rumah tinggal biasa. Ada penjaga lagi. Kami mencopot sepatu. Bagian dalam tekke tertutup karpet. Ada musala juga. Yang membuatnya luar biasa adalah lokasinya. Di kaki tebing batu. Di sisinya mengucur deras mata air Buna. Cantik.

17 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: