Museum Pergamon Berlin

Punya waktu hanya seharian di ibukota Jerman, Emak memilih mengunjungi dua tempat saja. Berlin kota terbesar di negeri. Berpenduduk sekitar 3 juta jiwa. Kalau mau puas mengunjungi destinasi wisata utamanya saja, entah berapa hai Emak butuhkan.

Hari itu, di puncak musim panas, suhu udara diperkirakan mencapai 30°C. Itu sudah membuat energi Emak terkuras saat berjalan-jalan di sana. Setelah menitipkan tas di stasiun pusat atau hauptbahnhof, Emak pun melenggang menuju stasiun metro terdekat. Letaknya masih di kompleks hauptbahnhof. Tinggal mengikuti tanda U besar di papan petunjuk. Koper besar sudah dititipkan di stasiun. Emak hanya menggembol ransel biru kesayangan. Berisi kamera, makanan dan minuman ringan.

Ada beberapa alternatif kendaraan umum untuk menjelajah Berlin. Semua terhubung bagus, dan tergambar dalam peta transportasi publik yang tertera di stasiun metro atau halter bus. Selain itu, ada pula S-Bahn, kereta komuter yang berjalan hingga ke pinggiran atau bahkan ke luar Berlin. Informasi tarif sudah jelas tertulis. Akan tetapi, karena banyak alternatif dan menjangkau daerah luas, Emak kadang butuh waktu agak lama mempelajari peta transportasi umum kota ini.

Emak membeli tiket harian. Harganya bakal terasa murah jika sering dipakai naik turun kendaraan umum. Lumayan hari itu Emak pakai beberapa kali. Pertama ke Museuminsel. Kalau diterjemahkan bebas artinya Pulau Museum.

Museum Pergamon Berlin

Kerajaan Babilonia
Koridor Istana Babilonia

Museuminsel berada di jantung sejarah museum Berlin. Di bagian utara Sungai Spree. Ia disebut Pulau Museum sebab menjadi lokasi museum-museum penting di dunia. Pulau kecil ini mulai dimanfaatkan sebagai lokasi museum pada abad 19. Ada lima museum penting di tempat ini. Semuanya bernaung di bawah Staatlichen Museen zu Berlin. Atau museum negara bagian Berlin.

Gedung-gedung di Museuminsel menjadi tempat pamer aneka koleksi bersejarah. Khususnya koleksi arkeologi dan seni dari abad 19. Alte Museum memamerkan patung, senjata, perhiasan, dari zaman antik. Neue Museum dibuka kembali setelah renovasi pada 16 Oktober 2019. Koleksi terkenalnya berasal dari benda antik Mesir dan koleksi papirus. Serta koleksi bersejarah dari zaman batu, perunggu, besi, dan zaman pertengahan Eropa.

Koleksi Alten Nationalgalerie berupa patung dan lukisan dari abad 19 karya Caspar David Friedrich. Di Bode Museum, pengunjung bisa menyaksikan seni dari Byzantium. Mulai abad 3 hingga 15. Pun koleksi patung dari pematung Jerman serta Italia sejak abad pertengahan hingga abad 18. Ada tiket khusus yang berlaku di semua museum tersebut.

Tujuan Emak hari itu adalah Museum Pergamon. Sebagian sedang direnovasi. Kan tetapi ia tetap buka normal. Emak hanya ingin mengunjungi lantai atas. Di mana seni Islam dipamerkan. Di sini bangunan-bangunan megah bersejarah direkonstruksi. Kadang Emak merasa seperti berada di sebuah kuil Yunani. Altar Pergamon, rekonstruksi altar sesungguhnya pun sedang direstorasi.

Emak naik metro, turun di halte Friedrichstrasse. Dari sana masih harus jalan kaki ke arah kompleks museum. Agak jauh. Sekitar 15 menit jalan kaki. Lewat daerah universitas. Ditengah temperatur udara panas, perjalanan terasa semakin jauh. Museuminsel sangat ramai. Padahal bukan hari libur atau akhir minggu. Bus-bus berpelat asing seliweran dekat kompleks. Untungnya meski ramai, tak perlu mengantri masuk museum. Pergamon museumnya mengesankan. Apalagi kalau mendengarkan info audio visual. Kalau ada waktu, sebaiknya memang mengamati koleksi satu per satu museumnya dengan baik. Tanpa terburu-buru.

Di Pergamon museum ini, Emak menghabiskan waktu selama kira-kira 2,5 jam. Tas ransel harus dititipkan. Ada locker khusus. Atau dititipkan di meja khusus dekat pintu masuk utama museum. Jadi Emak hanya membawa kamera.

Museum Pergamon memiliki tiga bagian: koleksi zaman antik, beberapa koleksi dari Timur Dekat, serta seni Islam. Koleksi zaman antiknya, termasuk terpenting. Berasal dari zaman antik Yunani serta Romawi. Terutama altar Pergamon, seni tinggi Hellenisme berusia lebih dari dua ribu tahun. Altar Pergamon direstorasi hingga kira-kira tahun 2019.

Seni Islam, Berlin
Kaligrafi di Museum Seni Islam

Di lantai dasar, Emak serasa masuk sebuah istana Raja Babilonia. Dijaga oleh patung singa. Lalu masuk ke sebuah kuil Ishtar luas. Lengkap dengan patung-patung tinggi, prasasti, serta benda-benda bersejarah seperti gerabah. Sayangnya karena sangat ramai, kurang nyaman mau memotret.

Benda-benda lebih kecil disimpan dalam lemari kaca. Tidak semua informasi Emak dengarkan lewat audio visual. Butuh banyak waktu untuk mendengarkan semua. Akan tetapi semua informasi tersebut sangat menarik dan menambah khasanah pengetahuan Emak.

Seni Islam menempati satu lantai tersendiri di lantai atas.  Benda seni seperti keramik, gading gajah, senjata, hingga mihrab dari Turki Usmani dipamerkan. Mihrab serupa pernah Emak saksikan di masjid-masjid di Turki. Ukiran serta seni kaligrafi pun menempati peran penting di dalam museum. Beberapa ruangan didedikasikan untuk memajang karpet Persia.

Fasad Istana Mschatta merupakan kebanggaan museum. Ia hadiah dari Sultan Abdulhamid II dari Turki. Merupakan sebuah istana gurun dari Yordania. Relief segitiga dan bunga menghiasi fasad.

Dua jam lebih kaki mayan gempor juga. Sesekali Emak duduk di bangku-bangku di dalam ruangan museum. Kapan-kapan kudu mengajak anak-anak kemari lagi, nih. In shaa Allah.

14 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: