Naik Transportasi Umum Ke Biara Rila

“Kami mau Biara Rila, tapi mau pakai transportasi publik, bagaimana caranya?” tanya Emak pada Alina, host kami di Hostel Moreto & Caffeto, Sofia. Dimana kami menghabiskan malam selama 5 malam berturut-turut.

“Ok, saya carikan infonya, kata dia. Kalau kalian mau ikut tur biayanya antara 20 sampai 25 euro per orang,” katanya.

Kami sedang tidak ingin ikut tur. Selain lebih mahal, kami ingin menjelajah bagian selatan Bulgaria the hard way. Cieeee bosomu, Mak!

naik bus di Bulgaria
DI terminal bus Ovca Kupel, Sofia

Salah satu jenis destinasi yang kerap keluarga pelancong sambangi ketika bepergian adalah situs-situs warisan dunia Unesco. Dengan cap Unesco tersebut, bagi Emak ia terasa lebih spesial. Tentu setelah disambung mencari info tambahan tentang tempat tersebut. Apa yang membuatnya masuk dalam daftar Unesco.

Biara Rila banyak disarankan oleh situs-situs wisata Bulgaria dan dua buku panduan wisata yang Emak pinjam di perpustakaan kota. Dan, meski situs ini termasuk ramai dikunjungi, transportasi umum ke tempat ini nyaris tidak ada. Untung masih NYARIS.

Satu-satunya informasi yang lumayan akurat tentang keberadaan transportasi umum itu Emak dapatkan dari situs FreeSofiaTour. Katanya setiap hari ada satu bus umum langsung menuju Biara Rila. Busnya pergi dari terminal kecil Ovca Kupel. Info lainnya adalah bus tur. Dari beberapa blog berbahasa Inggris yang Emak pantau pun menceritakan pengalaman ke Biara Rila lewat tur.

***

“Di sini letak terminal bus-nya,” Alina menunjukkan satu titik di peta keesokan harinya.

“Naik apa ke sana?”

“Kalian naik tram ke arah kota. Trus ganti tram nomor 5 ke Ovca Kupel.”

“Menurutku kalian lebih baik naik taksi saja kalau mau. Paling 7 leva. Kalau naik tram kalian kudu bayar 8 leva.”

Eh bener juga, ya. Kami mengikuti saran Alina. Naik taksi dari pool taksi dekat hostel. Benar juga, kami hanya bayar 7 leva. Padahal kondisi lalu lintas Sofia pagi itu lumayan ramai.

Sekitar 20 menit kami menunggu busnya tiba. Lalu beli semacam jasuke (jagung susu keju). Jagung pipil rebus dibumbu mayonaise dan keju parmesan parut. Lumayan buat camilan.

Bus datang di platform 7, kami tanya, ke Rila Monastery direct, gak? Iya, kata pak sopirnya. Kami beli tiket. 11 leva per orang sekali jalan. Kalau dirupiahkan sekitar Rp. 90.000,- Perjalanan menuju ke sana sekitar 2,5 jam. Jadwal keberangkatan 10:20.

Kalau dilihat di peta, sebenearnya gak terlau jauh. Tapi karena kami bakal melewati jalanan pegunungan, pasti memakan lebih banyak waktu. Perjalanan ini sungguh mengesankan. Emak senang meihat hal-hal baru kayak gini. Menyaksikan secara lebih dekat aktivitas penduduk lokal. Jalanan beraspal mulus hingga sampai tujuan.

St. Ivan of Rila

Lukisan dinding, ikon agama Ortodokss
Lukisan di atap

Nama biara Rila berasal dari seorang suci zaman dahulu di Bulgaria, St. Ivan of Rila (876 – 946). Letaknya di sebelah selatan Pegunungan Rila. Kira-kira 120 km dari Sofia. Beliau meninggalkan keramaian. Memilih hidup menyepi di tengah pegunungan.

Biara Rila yang didirikan abad 10 masehi ini, dianggap sebagai cagar budaya, sejarah, arsitektur terpenting di Bulgaria. Dikunjungi sekitar sejuta orang setiap tahunnya. Baik oleh turis mau pun dengan alasan religi.

Kami sampai di biara sekitar pukul 1 siang. Busnya ngetem agak lama, sekitar setengah jam di desa Rila, beberapa km dari biara. Jadwal balik ke Sofia adalah pukul 3 sore. Pak Sopir mewanti-wanti kami yang mau balik lagi, supaya jangan telat.

OK, jadi kami punya waktu dua jam saja buat eksplor isi biara. Berdasarkan info galian Emak, kompleks biara Rila tak terlau luas. Cukup lah dua jam buat eksplor. Kecuali kalau kita ke gua tempat St Ivan of Rila dulu tinggal dan biara lama. Kira-kira 5 km jalan kaki.

Di tempat parkir utama parkir beberapa mobil dan bus-bus pariwisata. Kebanyakan dari luar Bulgaria. Seperti dari Kroasia dan Italia. Kami ketemu rombongan turis berwajah Asia. Mereka dari Filipina.

Di Dalam Kompleks Biara

Kompleks biara dikelilingi oleh tembok tinggi dan tebal. Masuk lewat gerbang depan, kami melalui gerbang dengan atap dan tembok berhias lukisan dinding. Ini kekhasan tempat ibadah orang Ortodoks. Memiliki dinding-ding atau atap berlukiskan ikon. Lukisan di dinding atau permukaan kayu. Melukiskan kisah-kisah spiritual keagamaan. Pertama Emak menyimak tentang ikon ketika mengunjungi Istanbul. Aya Sofia dan Gereja Chora sebagian dindingnya berhias ikon.

Destinasi wisata religi Bulgaria
Gereja di dalam biara Rila

Suasana di dalam biara tampak tenang. Tak terlalu banyak orang. Gerimis membasahi bumi Pegunungan Rila. Di luar kompleks, pegunungan Rila sedang diselimuti kabut. Menambah suasana mistis di dalamnya oleh dimasuki.

Tempat sakral ini masih digunakan sebagai tempat menimba ilmu agama hingga kini. banyak bagiannya tidak boleh dimasuki oleh umum. Misalnya lantai bagian atas bangunan tempat tinggal di lantai atas. Sebagian merupakan tempat tinggal para biarawan.

Bagian tertua yang masih tinggal sekarang adalah Menara Hrelyu. Dibangun pada abad 14. Lantai dasar menara batu tersebut kini berfungsi sebagai dua kios cinderamata. Yang dijual lukisan-lukisan ikon dalam bentuk mini. Dalam pigura-pigura kecil, tasbih, lampu hias, serta buku-buku. Di lantai atas terdapat kapel kecil. Hanya dibuka untuk umum di waktu-waktu tertentu saja. Halaman dalam kompleks terbuat dari batu alam. Bangunan kompleks memiliki koridor dan balkon dari kayu. Bunga-bunga hidup menjadi sentuhan cantik.

Di sini orang bisa menginap jika mau. Baik di dalam biara mau pun di penginapan di luar kompleks. Dekat sungai di belakang biara, Emak melihat sebuah rumah makan. Air sungai deras dan jernih.

Kami masuk sebentar di dalam gereja utama. Di sini orang harus berpakaian rapi, tidak boleh ribut, tak boleh memotret atau membuat video. Ransel juga tidak boleh dibawa masuk. Petugasnya sangat ketat. Di bagian dalam, temboknya makin penuh dengan lukisan ikon dan ukiran ikonostase.

Waktu mau pulang naik bus, Pas Sopir mengisi bebrapa botol dengan air yang mancur di keran dekat parkiran. Airnya segar dan tanpa campuran apa-apa, katanya. Benar sekali. Kami mencicipi dan ikutan mengisi botol-botol yang kami punya. Bahkan setelah berjam-jam dalam botol, minum air tersebut terasa segar.

5 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: