Papuma

ppmEmak menyesal, sebelumnya kurang mengapresiasi kecantikan kampung sendiri. Padahal banyak sekali objek menarik tak jauh dari rumah di Jember. Mengunjungi saja belum pernah. Apalagi menulis tentangnya.

Sebelum mudik kemarin Emak sudah bertekad, bakal mencicil satu dua destinasi wisata. Sebenarnya banyak juga yang ingin dieksplor dan dijadikan tulisan. Akan tetapi, beberapa kunjungan kemarin Emak anggap realistis dan berhasil.

Papuma salah satunya. Objek satu ini pernah ada yang menulis di Leisure Republika. Bahkan pernah tayang di in flight magazine Lion Air. Foto-fotonya sangat keren. Emak malu. Seharusnya nama Emak tercantum di sana. hehehehe.

Alhamdulillah pas mudik itu ada yang memfasilitasi keinginan Emak. Yang berkenan menyediakan kendaraan sekaligus pengemudinya. Emak tinggal naik, duduk, dan menikmati perjalanan. Ah, nikmat sekali.

Kami ke Papuma saat masih bulan puasa. Sore-sore jam 3 sore dari rumah. Kira-kira sejam perjalanan. Dari Ajung, kami lewat jalan ke arah Ambulu. Jalan yang sebenarnya tidak asing bagi Emak. Saat masih SMA, Emak berkali melewatinya. Ketika mengunjungi seorang sahabat di Ambulu. Naik lyn sampai Ajung. Disambung naik colt. Sampai perempatan Ambulu. Trus naik becak 5 km. Ah, masa-masa indah di sekolah.

Banyak hal berbeda kini. Banyak lahan pertanian sudah jadi rumah. Jaringan supermarket sudah masuk desa. Emak memikirkan arti modernisasi. Di Jerman Emak memilih tinggal di desa. Sedangkan di tanah air Emak, desa berlomba-lomba ingin menyerupai kota.

Pendeknya, kami sampai di Papuma. Kecantikannya tak perlu diragukan. Penampakannya sama seperti gambar-gambar cantik yang Emak saksikan di majalah dan koran. Kami naik ke Siti Hinggil, memotret kumpulan batu-batu alam, mendekati jukung-jukung yang terombang ambing di laut, berkendara ke arah tanjung dan bertemu dengan monyet dan lutung.

Sayangnya tidak bisa makan ikan bakar khas Papuma. Tak mungkin kami menunggu maghrib. Mungkin lain kali. In shaa Allah.

One Comment

  • Betul mbak, kadang kita sendiri ‘kurang’ peka menulis kampung halaman sendiri, soale wis kadung terbiasa melihatnya. Padahal, kalau setiap blogger menulis tentang daerah masing masing, akan saling membuka wisata daerah tersebut. Ayooo mbak, kutunggu tempat kece lain dan kuliner bikin ngiler lainnya.

Leave a Reply

%d bloggers like this: