Pengalaman Terbang dengan Qatar Airways

Terbang nyaman dengan Qatar
Pesawat Qatar

Untuk kedua kalinya Emak merasakan terbang dengan maskapai Qatar Airways saat mudik. Kalau yang pertama lewat bandara Frankfurt am Main, kali kedua ini Emak terbang dari bandara Berlin Tegel.

Sebenarnya keluarga pelancong tak punya maskapai penerbangan favorit untuk mudik. Setiap kali mudik selalu pilih yang paling murah. Mulai Kuwait, Malaysia Airlines, China Airways, Qatar, hingga Emirates pernah kami coba.

Mau mudik Juli, bulan Desember tahun sebelumnya sudah mulai ceki-ceki tiket. Bulan Januari sudah lebih rajin nongkrongin harga. Kalau sudah berkisar 600-an, langsung deh disamber. Biasanya paling akhir bulan April, kami sudah membelinya. Kali ini, karena rencana mudik mendadak, maka berburu tiketnya pun mendadak. Beli dua minggu sebelum terbang. Syukurlah masih dapat harga relatif murah.

Agar tidak perlu nambah biaya kereta api atau bus lagi menuju bandara, Emak pilih tiket rail & fly. Tanpa perlu beli tiket kereta api ke bandara lagi. Jika mau beli tiket semacam ini sebaiknya langsung pesan tiket langsung lewat situs maskapai. Emirates dan Qatar punya pilihan tiket seperti ini. Maskapai lainnya? Perlu dicek langsung ke situs maskapai ybs.

Emirates dan Qatar punya ketentuan berbeda soal rail & fly. Jika mau tiket seperti ini, kita sudah harus mencantumkan saat memasukkan destinasi ketika membeli tiket online. Jadi kalau sudah beli dan tidak mencantumkan pilihan rail & fly, maka kita tidak bisa mendapatkan tiket kereta gratis. Tiket kereta apinya baru bisa dicetak minimal 72 jam sebelum terbang. Tiket kereta api balik pun hanya bisa dicetak tiga hari sebelum terbang. Sehingga Emak kudu mencetak lewat warnet di Indonesia.

Saat Emak pesan, tiket dengan rail & fly termurah, terbangnya dari bandara Berlin. Karena pengen sekalian memantau sesuatu, Emak pun terbang dari ibukota Jerman. Padahal jaraknya sekitar 700 km dari rumah. Atau sekitar 5 jam naik kereta api dari stasiun pusat Düren.

Terbang pertama dengan Qatar Airways dahulu sangat berkesan bagi keluarga pelancong. Menurut kami pelayanannya sangat bagus. Bintang lima. Tak mengherankan jika maskapai ini berkali menempati peringkat atas sebagai maskapai penerbangan terbaik di dunia.

Naik Qatar Airways
Makanan di pesawat

Karena kali ini sendirian, Emak minta tempat duduk di aisle. Biar gampang kalau mau ke belakang. Dari Berlin ke Doha, Emak duduk dekat satu keluarga muda Arab. Anak prempuannya masih kecil. Mungkin baru satu setengah tahun usianya. Si istri mengenakan abaya hitam.

Terbang enam jam, keluarga ini selalu menolak diberi makanan apa pun oleh pramugari. Cuma si suami mau minum teh di pesawat. Selama berjam-jam tersebut, mereka sama sekali tidak makan. Si anak diberi makanan bawaan sendiri. Meski saat itu bulan ramadan, kami terbang tengah malam. Take off pukul sepuluh malam dari Berlin. Saat Emak tidur, anak kecil itu sempat muntah. Kedua orang tuanya langsung semprot-semprot parfum harum di sekitar tekape.

Syukurlah, walau masih tercium bau asem sisa muntah, baunya masih bisa Emak toleransi. Membawa parfum atau minyak angin atau balsem selalu Emak lakukan. Bawa yang wadah atau botolnya kecil saja. Barang ini cocok untuk keadaan darurat. Sebab Emak bisa saja tiba-tiba pusing dan mual kalau mencium bau-bauan tak sedap. Salah satu penangkalnya adalah mencium bau parfum, minyak angin, atau balsem.

Pernah suatu kali mudik, di satu pesawat, alat pengatur kelembaban udara dalam pesawat sepertinya dicampur wewangian tertentu. Wewangian yang membuat Emak mual dan pusing. Tersiksa. Sepanjang jalan kerjaan Emak nyemprot parfum ke tissue, trus nutup hidung pakai tissue tersebut.

Terbang kedua kali, Emak tetap merasakan bagusnya pelayanan selama kami menumpang di pesawat. Pilihan film serta hiburan selama terbang juga tak sedikit. Yang Emak suka, setiap kali pesawat tinggal landas, ada doa melakukan perjalanan. Emak tinggal mengaminkan dalam hati. hehe. Makanannya enak dan banyak. Sayangnya saat berangkat Emak tidak terlalu bernafsu makan.

Bandara Hamad, Doha

Kejutan berikutnya Emak dapatkan di Doha. Waktu transit pertama tahun 2009, bandaranya masih imut. Ada toko duty free agak gede di tengah. Trus Emak pernah intip-intip toko emasnya. Keliling, gak sampai setengah jam udah kelar. Sekarang jauh berbeda. Bandara internasional Hamad, Doha, menjelma menjadi salah satu bandara terluas dan termegah yang pernah Emak singgahi.

Keluar pesawat, kami menyusuri koridor dengan kaca-kaca menghadap ke luar. Setelah cek keamanan, lalu masuk zona transit. Luas banget. Tokonya tak terhitung jumlahnya. Restonya banyak pilihan. Mahal-mahal harganya. Lagi pula Emak perut masih cukup terisi makanan pesawat.

Baik saat terbang menuju Indonesia serta saat terbang pulang ke Jerman, Emak transit masing-masing 4 jam. Keduanya di pagi hari. Sebenarnya jika transit di Doha minimal 6 jam, dan transit di pagi hingga sore hari, bisa ikut tur gratis ke dalam kota Doha. Emak bisa mengambil penerbangan berikutnya. Akan tetapi, malas keluar jika bepergian sendirian seperti ini. Mending istirahat di saja.

Emak jatuh tertidur di tempat duduk biasa. Malas sudah mau jalan-jalan keliling bandara. Ternyata dekat tempat boarding ada ruangan khusus di mana kita bisa selonjoran. Yang bangkunya panjang. Enak banget. Emak baru nyoba saat transit pulang. Toilet dalam zona transit banyak, bersih dan wangi. Bandara ini nyaman banget, dah. Pengen lah kapan-kapan transit lamaan di kota ini dan menikmati tur kota Doha gratisan. In shaa Allah.

14 Comments

  • Iyo mbak, nek muntah muntah nang pesawat biasane wong sing ambu melu muntah. mending semprot semprot parfum ben wangi.

    Alhamdullilh, jadi dapat ide cerita di blog. Pengalaman naik pesawat dengan airline

  • ira

    @Zulfa: alhamdulillah. Bener kuwi. Aku rodo sensitip karo ambu2an..

    @Mbak Dee An: aku selalu sedio sesuatu yen perjalanan panjang, Mbak. Kadang parfum, kadang minyak angin. Pokoke kudu nduwe ambon2. 🙂

  • Kok betah nemen yoo ora maem blas. Nek aku paling wis geger golek panganan. Hihi.

    Mba Ira podo ik karo aku. Nandi2 gowone semacam minyan kayu putih dkk. Jogo2 nek ono kejadian muntah koyok kuwi. Ora betah. Hihihi

  • Aku lebih suka nyium bau kopi kalo sedang ada bau2 ga enak kayak bau muntah. Kalo ditimpa pake parfum, baunya jadi aneh, malah jadi pusing. Tapi seringnya kelupaan bawa bubuk kopi haha.

    Itu ortunya memang sedia parfum buat ngatasin bau muntah atau spontan aja ya kira2?

  • ira

    @Tarie: Ho-oh Tar… Lek aku kok yo masio terbange tengah wengi, pancet gampang luwe… hehehe

    @Mbak Rien: Kali emang sudha siap sedia ya, Mbak. Pas aku kebangun, trus nyium bau muntah, eh tiba-tiba emaknya udah semprot-semprot ajah. Baguslah. Dari padanyium yg asem2. hehe

  • ira

    @Cek Yan: yoi… promo Qatar suka buat mupeng, tuh. Aku juga alhamdulillah masih dapet harga promo meski belinya mendadak.

Leave a Reply

%d bloggers like this: