Penginapan paling murah kami temukan di Siprus adalah Hotel Larco. Kami dapatkan dari situs hotel Ryanair. Seratus tujuh puluh tujuh euro seminggu berempat. Lokasinya antara bandara dan pusat kota Larnaka. (more…)
Nyaris lima tahun tinggal di daerah dekat Rheinland di Jerman, baru kali ini kami tak bepergian ketika terjadi pesta besar-besaran di wilayah ini. Ya, karnaval adalah pesta terbesar dalam setahun yang diadakan orang di sebagian Jerman. Khususnya di daerah Rheinland seperti Düsseldorf, Koblenz, Mainz dan Köln. (more…)
Perjalanan kemari terbilang nyaman. Kami naik mobil sewaan. Sebuah sedan Chevrolet merah marun entah dari tahun berapa. Sepertinya sih masih di atas tahun 2000-an. Cc-nya besar, tarikannya kuat. Biasa pakai mobil cc lebih kecil, Bapak senang bisa menjajal mobil lain. Sayangnya jalan tol Siprus memperkenankan kecepatan maksimal 100 km/jam. Dari Larnaka, ke arah Pafos bisa ditempuh sekitar 2 jam-an. (more…)
(sambungan dari sini)
Emak bayangkan suasana perbatasan yang seram. Polisi-polisi imigrasi berwajah mirip inteligen KGB. Polisi Siprus selatan hanya menanyai kewarganegaraan kami, melirik satu per satu paspor, sebelum mengucapkan selamat tinggal. (more…)
Tempat yang sangat berkesan di hati selalu membangkitkan semangat untuk menuliskannya. Kunjungan ke kota tua Salamis dan Famagusta di Republik Turki Siprus utara pun demikian. Sehari, tapi kesannya tak luntur hingga kini. (more…)
(dari sini)
Kami susuri tembok kota tua Nikosia. Hari yang panas. Apalagi di jalanan yang kami lewati jarang pepohonan. Lebih banyak lewat pinggir pertokoan. (more…)