
Kembali ke kampung halaman, selalu membangkitkan aneka nostalgia. Walau wajah kota Emak sudah banyak berubah. Seperti kena face lift. Walau usia kota makin tua, wajah semakin terlihat muda. Bagian-bagian tua dan bersejarah mrotoli satu per satu. Perubahan positif atau negatif, tergantung cara pandang kita. Menurut Emak, tak perlu diperdebatkan. Walau Emak pribadi, cenderung suka hal-hal yang berbau sejarah.
Menghabiskan hampir separuh umur di kota di bagian timur Jawa ini, tentunya banyak sekali kenangan bertebaran di setiap sudut kota. Sebagian masih Emak kenali. Terutama di pusat kota. Sebagian yang lain benar-benar manglingi. Benar-benar dibangun atau dirombak jadi baru.
Salah satu tempat penuh nostalgia bagi Emak adalah alun-alun kota Jember. Letaknya bersebelahan dengan kantor pemerintahan daerah Kabupaten Jember. Di Utara berdiri masjid agung kota Jember. Atau lebih dikenal sebagai Masjid JamekPendopo kabupaten berada sederetan dengan kantor pos besar. . Sewaktu masih kecil, Emak mengingatnya sebagai lapangan bundar di tengah kota.
Yang paling Emak ingat mengenai alun-alun di zaman Emak kecil dahulu adalah pameran pembangunan. Diselenggarakan setahun sekali di alun-alun. Biasanya di bulan Agustus. Di bulan kemerdekaan tanah air kita ini, dari dahulu sampai sekarang selalu meriah dengan berbagai acara. Selain karnaval, lomba gerak jalan SD – SMP – SMA, ada kegiatan pameran pembangunan.

Pameran pembangunan adalah hiburan gratis bagi warga kota Jember. Zaman belum ada mal dan toko-toko di pusat kota masih itu-itu saja. Makanya setiap kali ada pameran, warga kota menyambut dengan antusias. Seingat Emak, pameran berlangsung lebih dari seminggu. Yang dipamerkan? Aneka produk. Pun dari berbagai lembaga di kabupaten Jember. Seperti barang-barang mebel, kerajinan tangan dari bambu, rotan, produk makanan seperti keripik. Baik keripik matang atau pun mentah. Ada keripik singkong dan pisang. Keripik kesukaan Emak.
Alun-alun adalah juga tempat berbagai macam upacara bendera. Di hari-hari besar nasional. Pelajar, mahasiswa, hingga para pegawai negeri sipil menjadi peserta upacara. Semasa SMP, karena letak SMP-nya dekat sekali dengan alun-alun, maka, sekolah kami seringkali mengirimkan kontingen.
Emak selalu berharap agar kelas kami tidak kebagian tugas. Upacara bendera di alun-alun, selain waktunya lebih lama, kami seringkali kepanasan. Saat upacara berjalan, kadang malah cekikikan sendiri.
Di hari-hari raya, alun-alun bakal menerima luberan jamaah salat hari raya dari dua masjid di dekatnya. Para jamaah memenuhi jalan belakang masjid dan sebagian alun-alun. Seumur-umur, baru sekali Emak ikut salat hari raya di alun-alun.
Pak Bupati, pemegang tampuk kekuasaan tertinggi di kota Jember, telah berganti beberapa kali. Emak tidak pernah hafal nama para Bapak tersebut. Wajah alun-alun ikut berubah. Sekarang, alun-alun dikelilingi trotoar. Memiliki sebuah tempat bermain anak. Tempat lesehan di malam hari. Serta tempat-tempat olah raga. Seperti lapangan bola voli dan bola basket.
Sejalan dengan membengkaknya jumlah penduduk Jember, maka alun-alun makin semarak. Banyak banget acara resmi maupun tidak di sini. Minggu car free day. Alun-alun jadi tempat wisata kuliner. Di hari-hari biasa, bundaran pusat kota ini ramai oleh mereka yang sedang olah tubuh. Jogging, anak-anak sekolah berolah raga. Main sepak bola di lapangan rumput. Atau main bola voli serta basket.
Malam hari, jadi tempat nongkrong warga kota. Mereka duduk-duduk di pinggir atau atas trotoar yang tinggi. Atau menikmati hidangan sembari lesehan. Anak-anak main odong-odong, mancing ikan plastik, jajan cilok. Bahkan menurut beberapa saksi mata, alun-alun nyaris tak pernah tidur. Pukul dua dini hari lewat sana, masih saja ada yang cangkrukan.
Lesehan itu kayaknya diman man mbak, kebanyakan anak muda sambil markirim motor di jalan. Zaman muda kita dulu, bisa bisa dipasung sama ortu, hehehe
Kripik e bikin ngiler
[…] hari pembukaannya, tanggal 31 Oktober, Emak sudah jam 10-an ngetem di kantor Pemda sebelah alun-alun. Katanya pembukaan jam 10 pagi. Tapi kok suasana masih adem ayem. Tenda-tenda warna putih baru […]
Suka sama suasana Jember. Tenang. Kalem. Pengen ke sana lagi. Semoga yaaa, Mbak 🙂
@Zulfa: yoiii, lesehan menjamur… Lek biyen jam malam ketat banget.
@Taro: aamin… Moga2 iso ngejak konco2 jalan2 nang Jember.
[…] Jualannya di mulut satu gang sempit. Gak ada gerobak permanen. Ynag ada adalah meja dan lemari kaca kecil. Tempat memajang aneka lauk pauk. Gang tersebut dipenuhi oleh pelanggan pecel di pagi hingga agak siang. Pada hari-hari biasa saja kita butuh antri panjang dan lama agar dapat menikmatinya. Apalagi kalau akhir Minggu. Biasanya ia akan tambah ramai oleh mereka yang baru olah raga di Alun-Alun Jember. […]
aku biasanya kesana setiap sabtu sore … yaa siapa tau nemu jodoh wkwk
aku senang banget setiap pagi kesana. Rame banget, sekalian refreshing dan olahraga. Barangkal aja nemu pujaan hati hehe 🙂
Tiap hari minggu sangat cocok buat tempat olahraga. Sambil tebar pesona hehe
@Rumput sintetis: hehehehe, aji mumpung…