Aman dan Nyaman di dalam Mobil

KindersitzSetelah memiliki kendaraan sendiri, sudah puluhan ribu kilometer kami lakukan perjalanan off road. Per tahun, rata-rata kami menghabiskan 20 – 25 ribu km di jalan raya. Di segala musim. Musim panas, dingin, semi, gugur, tak ada bedanya bagi kami. Asal tak terlalu ekstrem, kami merasa aman saja berkendara kesana kemari.

Perjalanan panjang kami lakukan saat liburan, tentunya. Alhamdulillah anak-anak sekolah di sini liburnya banyak. Paling tidak ada empat kali liburan panjang. Dua minggu di musim semi, enam minggu musim panas, dua minggu musim gugur, serta dua minggu libur natal dan tahun baru. Di sela-selanya masih ada hari libur lain yang lebih pendek, 1-3 hari. Gak setiap liburan kami pergi. Sebab jatah cuti Bapak terbatas.

Melakukan perjalanan panjang, keamanan dan kenyamanan sangat kami perhatikan. Apalagi buat anak-anak. Ketika mereka masih kecil, lebih-lebih lagi. Bantal, selimut, mainan, makanan ringan tak boleh lupa. Liburan kudu dinikmati. Kelengkapan mobil dicek. Kadang Bapak membawanya sekalian ke bengkel.

Perjalanan off road terjauh, kami lakukan tahun lalu. Saat mengunjungi Bosnia-Herzegovina, Montenegro, dan Kroasia. Sekali jalan dari rumah ke Banja Luka, kota pertama di Bosnia-Herzegovina sudah sekitar 1.500 km. Kami tempuh sehari semalam. Total, kami melewati jalan sepanjang kira-kira 5.000 km.

Capek? Pastinya. Yang dewasa aja capek. Anak-anak pun begitu. Capek plus bosan. Mereka harus selalu berada dalam posisi duduk selama perjalanan. Ya, peraturan lalu lintas di Jerman mewajibkan anak-anak memakai car seat. Peraturan tersebut berlaku hingga seorang anak mencapai tinggi minimal 150 cm atau sudah mencapai usia 12 tahun. Jangan coba-coba bawa anak di mobil tanpanya. Dendanya 30 euro (Rp. 450.000,-).

Ada beberapa pengalaman keluarga pelancong berkaitan dengan kindersitz atau car seat ini. Saat masih mahasiswa dan tinggal di Nürnberg dulu, Embak masih bayi. Belum setahun. Kami pernah diajak jalan-jalan seharian ke Bamberg dan Bayreuth. Silaturahmi ke teman asal Indonesia lainnya di kota tersebut.

Itu perjalanan ke luar kota pertama kali bagi Emak dan Embak naik mobil. Embak belum terbiasa naik car seat bayi. Nangis jejeritan. Maunya digendong atau dipangku saja. Susah sekali kami menenangkannya agar dia duduk tenang di tempat duduknya tersebut. Kami agak-agak panik dan khawatir. Apalagi saat itu salju sedang deras turun. Emak berdoa, semoga gak ada polisi lewat.

Ketika punya kendaraan sendiri, Adik juga masih balita. Syukurlah dia gak ada masalah duduk di baby car seat. Kami dapat gratis dari seorang teman asal Brasilia, pas tinggal di Bremerhavan dulu. Anaknya masih kecil juga, tapi badannya bongsor, jadi baby car seat-nya dihadiahkan buat kami. Alhamdulillah.

Baby car seat buat kami fungsinya gak cuma buat dudukan bayi atau anak di dalam mobil, lho. Babyschalen atau baby car seat biasanya dipakai sampai anak berbobot 13 kg, kira-kira usia 15 bulan. Kadang ia bisa dipasang di baby stroller. Beberapa baby stroller menyediakan paket stroller-car seat. Praktis. Kalau sedang di rumah dan mau nyuapin Adik, Emak juga suka mendudukkannya di car seat. Lebih gampang nyuapinnya. Kalau nangis dudukin juga, trus ayun-ayun car seatnya. Ampuh buat meredakan tangis. Kalau berada dalam mobil, anak-anak bisa duduk tenang. Aman dan nyaman.

Sekarang Adik pakai car seat yang buat anak-anak lebih gede. Car seatnya terdiri dari dua bagian. Bagian yang diduduki dan sandaran. Bagian sandarannya bisa dicopot. Jadi kalau nanti dia lebih tinggi lagi, bisa dipakai dudukannya doang.

Gak semua negara di Eropa ketat menerapkan keharusan memakai car seat buat anak-anak. Di Siprus, pas kami sewa mobil, katanya Embak gak perlu pakai. Di Maroko, Adik seneng banget. Boleh dipangku atau duduk sendiri. Atau berdiri waktu kendaraan melaju. Sama sekali gak harus pakai car seat maupun seat belt. Sama seperti saat mudik ke tanah air. Walau Emak sering deg-degan jika ia tak pakai car seat. Rasanya lebih aman kalau mereka menggunakannya.

 

5 Comments

  • […] Agak-agak nostalgia kalau lewat negara bagian satu ini. Di sini tempat tinggal pertama Emak saat pindah ke Jerman. Kami berkendara melewati Bamberg, lalu ke arah Bayreuth. Dulu saat Embak masih bayi, kami pernah berkendara dari Nürnberg, ke Bamberg, Coburg, dan Bayreuth. Silaturahmi. Itu pertama Emak naik mobil di Jerman. Embak nangis jejeritan dinaikan car seat. […]

  • […] Dari rumah, kami menempuh perjalanan mobil lebih dari seribu km jauhnya. Sempat kami menginap semalam di rumah seorang sahabat di Zurich. Sebelum keesokan harinya melintasi Italia. Emak sempat pengen mampir ke stadion sepak bola AC Milan. Sayang waktu kami sangat terbatas. Kami masih menggunakan mobil kecil kami, Renault Clio. Bagasi penuh dengan tenda, bermacam perlengkapan kemping, dan makanan bekal. Anak-anak masih duduk di atas car seat. […]

Leave a Reply

%d bloggers like this: