Antri di Bandara Ryanair

Ryanair, sampai saat ini masih menjadi maskapai murah andalan keluarga pelancong. Banyak punya destinasi menarik, dan jika rajin berburu dan tahu waktu-waktu untuk mengejar tiket murah, maka kita akan mendapatkan tiket seharga lebih murah dibanding ongkos taksi.

Tapi ya, itu namanya tiket murah ya banyak minusnya kalau tak terbiasa menggunakannya. Sama seperti AirAsia, jika mau naik duluan atau mendapatkan tempat duduk yang diinginkan, mesti nambah euro. Tidak murah. Apalagi kalau sekali jalan berempat seperti kami. Bagasi juga mesti beli. Tigapuluh euro 15 kg sekali jalan. Asyiknya, Ryanair memperbolehkan penumpang membawa tas tangan/kabin ukuran tertentu hingga berat 10 kg.

Agar bisa masuk pesawat duluan, kami sealalu berusaha datang seawal mungkin ke bandara jika naik Ryanair. Cepat-cepat ngantri di counter check in. Bukan untu check in, karena check in gratis hanya kalau kita melakukannya secara online. Tapi karena bukan WN EU, kami tetap harus menunjukkan paspor untuk diperiksa petugas. Kelar check in, langsung masuk cek keamanan, lalu menunggu dekat tempat boarding. Biasanya orang mulai antri berdiri satu jam sebelum waktu boarding yang ditentukan. Tempat masuk boarding Ryanair terbagi 2 : priority dan other. Kami selalu mengantri di other.

Nah untuk soal mengantri ini yang ada seninya menurut Emak. Setiap bandara kan beda besar kecilnya. Ukuran dan bentuk tempat boarding pun tentu macam-macam. Dan ini menentukan antrian. Di Bremen misalnya. Ryanair punya terminal sendiri. Tempat boarding sempit. Masuk, biasanya sudah disambut antrian panjang. Selama ini, keluarga pelancong menggunakan Ryanair dari bandara : Bremen, Frankfurt (Hahn), Tallinn, Brussel (Charleroi), Fes (Maroko), Larnaka (Siprus), Girona (Barcelona), Maastricht (Belanda) dan Dublin, pusat Ryanair. Selama ini, dua kali kami alami chaos ketika mengantri.

Pertama ketika di Fez, Maroko. Waktu itu memang Emak sedang sakit perut. Jadi kami agak telat mengantri. Orang-orang banyak tak sabar, meringsek ke depan dan berusaha mencari celah untuk menyerobot antrian. Beruntung, meski sakit, kami masih bisa memenej untuk berlari kencang menuju tangga pesawat. Masih bisa duduk berjajar berempat.

Kedua, hari ini di bandara Maastricht-Aachen, Belanda. Tak manyangka bakal mengalami cara mengantri yang aneh. Awalnya sepi dan tenang-tenang. Petugas check in di depan, agak lama membolak-balik paspor kami, tak melihat kami sudah punya visa Irlandia. Lalu petugas imigrasi yang ternyata keturunan Indonesia yang suka mengedip genit. Memeriksa paspor kami lama sekali, manamatkan wajah kami satu persatu sebelum menyetempel paspor kami keluar dari Belanda. Tak lupa mengucapkan selamat jalan-jalan dalam bahasa Indonesia.

Pertama datang, ruang tunggu masih sepi. Biasanya kami menunggu di dekat pintu masuk boarding. Sebab sepi dan tempat duduk juga tak terlalu jauh, kami santai saja. Calon penumpang lain juga terlihat santai, tak ada tanda-tanda mau mengantri tiga perempat jam sebelum pesawat berangkat. Emak pikir, penerbangan bakal sepi. Perasaan tak banyak penunggu. Satu persatu mulai berdatangan, ruang tunggu mulai penuh. Setengah jam sebelum jadwal berangkat, petugas perempuan Ryanair datang. Dalam satu waktu, mereka yang awalnya santai langsung berlari ke pintu boarding. Tak jelas bagaimana bentu antrian. Kami yang terpesona oleh reaksi orang-orang kebingungan dan mengantri agak belakang. Agak panik juga. Paling tidak ada suamber antrian. Dari depan, kiri dan kanan pintu boarding. Orang yang baru datang, Emak perhatikan tak mau berjalan ke belakang. Pilih memotong jalan masuk lewat kanan. Petugas cuma, satu, sehingga ada efek leher botol. Setiap sumber antrian berusaha mencari cara untuk menyerobot. Walau caranya lebih sopan dan tak terlihat ganas seperti di Maroko. Wow, tak kusangka.

Petugas hanya menconteng boarding pass dengan pulpen, kami disuruh mengantri lagi. Kali ini lebih tertib, ada tali pembatas. Eh di depan, ada satu petugas lagi, penyobek boarding pass. Setelahnya, tak ada batas khusus, orang kacau lagi. Ibu petugas menyuruh ami ke kiri. Tapi karena sisi kanan kosong, kami ikut meringsek ke kanan. Nanti kita lari lagi ya, Dik, pesan saja ke Adik.

Kami berlari agar bisa lebih maju dan menambah kemungkinan untuk mendapatkan tempat duduk sederet. Untunglah, walau agak di tengah, tempat duduk berjajar kami dapatkan. Ada pelajaran antri hari ini. Tahu tidak, penumpang dari Maastricht ke Dublin ini, Emak perhatikan dari banyak sekali bangsa. Emak mendengar bahasa Jerman, Belanda, melihat paspor Irlandia, Amerika Serikat, Kanada, dan negara-negara Eropa Timur. Kesimpulannya?

2 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: