Setelah pembahasan sekilas tentang sejarah travel writing, kini waktunya tahu apa sebenarnya travel writing itu. Dia adalah salah satu genre penulisan, yakni tulisan tentang perjalanan. Yang bagaimana?
Kalau menurut Wikipedia dan buku Travel Writing dari Lonely Planet, travel writing adalah satu genre dalam penulisan yang berfokus pada tempat, baik imajiner maupun real. Genre ini mencakup banyak hal. Dari tulisan dokumenter hingga yang menggugah. Dari studi literatur hingga jurnalistik. Dari yang penuh humor hingga tulisan serius.
Jenis tulisan satu ini berhubungan erat dengan turisme. Termasuk karya-karya seperti ulasan dan buku panduan, yang bertujuan mengedukasi pembaca tentang destinasi, memberikan beberapa tips tentang tempat-tempat tujuan dan menginspirasi orang untuk mengunjunginya. Tulisan yang baik akan memberi gambaran jelas kepada pembaca tentang suatu tempat dengan cara yang bermanfaat dan menghibur.
Dari berbagai buku perjalanan yang Emak miliki, para penulis masing-masing punya pendapat masing-masing tentang travel writing.
Bill Bryson misalnya, menganggap travel writing adalah genre penulisan paling ramah, siap mengakomodasi semua hal. Sebuah buku atau essay yang mungkin akan masuk katalog sebagai memoir, humor, antropologi, atau sejarah, asalkan ditulis dengan beberapa poin, akan bisa menjadi satu travel writing.
Kalau kata Paul Theroux, travel writing bisa jadi adalah tulisan tentang banyak hal. Akan tetapi, menurut opininya, dia bukan tentang kursi kelas satu di pesawat, bukan tentang seminggu mencicipi anggur di tepi Sungai Rhine, bukan tentang akhir minggu di hotel berbintang lima. Bukan pula survei menu-menu sarapan mahal, bukan pencarian spa terbaik. Singkatnya bukan tentang liburan, bukan perpanjangan dari industri periklanan. Bukan sebuah tulisan yang butuh pengeditan berlebihan dan dipasang dengan foto indah. Dia tak perlu ditulis dengan penuh cita rasa, mungkin tak perlu faktual dan jarang tentang kesenangan. Travel writing yang baik, menurut Theroux adalah tentang perjalanan tentang penemuan yang beresiko, muram dan penuh horor, dengan akhir bahagia : to hell and back.
Frances Mayes, terkenal setelah menulis tiga memoir tentang kehidupannya di Italia, mengatakan bahwa dirinya suka membaca tentang perjalanan jika pelakunya ‘berubah’ karena suatu tempat, jika dia secara psikis berpindah dari suatu keadaan ke keadaan lainnya. Saya artikan sebagai jika seseorang dapat belajar dari pengalaman tersebut.
Pico Iyer, penulis kelahiran Inggris dengan orang tua India, besar di Amerika dan hidup di Jepang, berpendapat : travel writing is much more a matter of writing than of traveling. Bagian yang sulit dari perjalanan  terjadi di meja tulis. Seperti kata Henry David Thoreau, yang paling penting bukan seberapa jauh kamu melakukan perjalanan, melainkan seberapa banyak kamu menikmatinya.
Emak sendiri sangat setuju dengan Piyo Iyer. Menuliskan perjalanan biasa menjadi tampak luar biasa bukan hal yang mudah. Peruangan sesungguhnya dimulai di depan komputer.