Beberapa teman Emak di sini punya ritual setahun dua kali, yakni mengganti isi lemari. Bukannya mengganti isi lemari dengan baju-baju baru. Namun mengganti baju musim hangat ke baju musim dingin. Atau sebaliknya. Ya, tinggal di belahan bumi utara, mau tidak mau kami mesti memiliki baju-baju untuk musim yang berbeda.
“Paling nggak enak itu, kalau udah nyimpen baju musim dingin di gudang, eh tiba-tiba suhu udara ngedrop. Mesti keluarin lagi jaket tebal dari gudang,” pernah dia mengeluh. “Apalagi kalau anggota keluarga banyakan kayak kami.”
Ritual tersebut tak berlaku di keluarga pelancong. Kami memiliki jumlah baju relatif sedikit. Baju musim dingin, musim panas, semuanya tersimpan di lemari yang sama. Lemari baju anak-anak biasanya mulai diinspeksi ketika baju mereka sudah mulai terlihat sempit atau kependekan. Artinya waktu menyortir isi lemari mereka tlah tiba.
Anak-anak di masa pertumbuhan memang cepat masa ganti ukuran bajunya, ya. Apalagi di sini. Beda musim, bajunya beda ketebalan. Baju musim dingin tahun ini, sudah tidak muat lagi dipakai untuk musim dingin tahun depan. Sebab mereka sudah tumbuh beberapa sentimeter. Untungnya di antara baju-baju tersebut, ada jenis baju yang menurut Emak bisa digunakan di segala musim sehingga agak lama masa pakainya: Sweater.
Kalau mengikuti mode, setiap musim: semi, panas, gugur, dan dingin selalu keluar mode terbaru. Toko-toko baju pun demikian. Selalu ganti tatanan dan koleksi setiap musim. Diskon besar-besaran biasanya terjadi dua kali dalam setahun. Di musim panas dan di musim dingin. Nah pas diskon waktunya beli baju. Kalau beli baju anak-anak, beli yang nomornya lebih gede. Kira-kira cukup untuk tahun depan. Jadi bisa dipakai lebih lama.
Masa pemakaian baju yang relatif pendek bagi anak-anak ini lumayan menguras kantong. hehehe. Syukurlah saat Embak masih kecil sering dapat lungsuran baju. Seorang sahabat Emak yang orang Turki dua kali setahun mengirimi kami baju anak-anak. Jarang sekali kami beli buat Embak. Sekarang-sekarang saja setelah ia gede, kami lebih sering membelikannya baju.
Kalau Adik sampai sekarang masih sering dapat lungsuran juga. Karena pemilik sebelumnya makainya juga hanya sebentar, kondisinya masih bagus-bagus. Kami sih tidak masalah anak-anak memakai baju lungsuran. Alhamdulillah malah. Duitnya bisa dipakai jalan-jalan. Horeee! 🙂
Paling praktis pakai baju ya di musim panas. Serasa di tanah air. Pakai baju tipis saja saja sudah tipis. Celana cukup selapis. Jarang-jarang juga musim panas di sini panjang banget. Kadang malah sering hujan dan suhunya agak dingin. Masih perlu pakai jaket tipis atau sweater. Kalau musim gugur, anginnya kencang dan sering hujan juga. Biasanya selain baju dan sweater, keluar rumah perlu memakai jaket tahan hujan.
Musim dingin, jelas, pakaian mesti berlapis-lapis. Pakaian dalam, dalaman khusus musim dingin, baju, sweater, dan jaket tebal khusus musim dingin. Jika perlu pakai sarung tangan juga. Celana paling nggak dua lapis. Musim semi, outfit mirip-mirip musim gugur. Sering hujan juga, tapi anginnya gak sekencang musim gugur. Selain baju, biasanya kami memakai sweater dan jas hujan.
Ketahuan, kan, kalau sweater ini dibutuhkan di semua musim. Kecuali cuaca sedang hangat-hangatnya baru sweater dicopot. Atau pakai sweater yang paling tipis saja. Sweater pun bermacam ketebalannya. Bisa disesuaikan dengan musim. Kami di rumah punya beberapa sweater. Anak-anak hampir tiap hari memakainya ke sekolah. Di segala musim. Kalau kepanasan, tinggal dibuka. Di lemari Emak ada enam sweater. Dua khusus musim dingin. Satu tipis banget, untuk musim panas. Kalau sweater musim dingin, Emak suka yang model turtle neck. Biar gak perlu pakai syal penutup leher lagi. Praktis.
Di musim dingin, dengan sweater, mereka tak perlu memakai jaket lagi jika ingin keluar ruangan sebentar. Emak perhatikan, malah anak-anak lebih nyaman ber-sweater ria saat istirahat sekolah. Mungkin karena mereka suka lari-lari kala istirahat, ya. Jadi gak kedinginan walau tak mengenakan jaket.
Dan, sweater ini sepertinya tersedia di toko baju mana saja. Di supermarket sering pula ada penawaran. Ada yang rajutan, ada yang diprint motif lucu-lucu dan warna-warni, ada yang pakai resleting di depan, atau tanpa resleting. Ada sweater khusus untuk olah raga musim dingin, ada yang berbahan cashmere. Lengkap deh.
*Foto-foto dari Tokopedia*
Dulu jaman awal-awal pake jilbab, andalanku cuma sweter dan jaket, mbak.. maklum, dulu bajunya semua lengan pendek. Dan belum punya duit buat beli baju lengan panjang.. Jadi buat ngakalinnya ya pake sweter ato jaket.. 🙂
Iya, Mbak. Kalau di sini kata temenku, percuma kalau beli baju yg mahal2. Mending banyakin beli sweater ajah. Lha wong yg lebih sering keliatan sweater-nya doang. 🙂
Jadi ingeett jaman2 winter dobel2 dan tidur aja sweater an… ^_^
Saya juga suka pake sweater dan jaket mbak…klo waktunya jemput anak mepet langsung deh sambar sweater trus pergi, gak ribet deh pokoknya…
@Ima: hehehehehe… heizungnya gak dikencengin atau gimana, Ma?
@Mbak Yuni: bener, Mbak Yun. Praktis ya pakai sweater itu.