Alhamdulillah, sejak pertengahan April ini suhu udara mulai merangkak naik. Bahkan sudah mencapai 20°C. Udah mulai banyak yang begaya kepanasan. Termasuk kami. Naik mobil maunya dah pakai AC aja.
Banyak kegiatan asyik menanti dan bisa dilakukan di musim panas ini. Keluarga pelancong menyukai kegiatan di luar rumah, alias outdoor activities. Musim panas adalah waktu terbaik untuk menyerap energi matahari sebanyak-banyaknya. Lagi pula, cuaca tak bisa ditebak kehadirannya. Kadang kami dianugerahi hari cerah dan hangat yang lama. Atau kadang hujan berkepanjangan mewarnai musim panas Eropa. Makanya selagi sinar matahari cerah ceria, ayo kita sambut dengan gembira!
Kegiatan luar ruangan yang keluarga pelancong lakukan ada beberapa macam. Paling mudah ya jalan-jalan atau bersepeda dekat rumah. Hanya beratus meter dari rumah terbentang hutan luas. Tempat orang melakukan olah raga jogging, bersepeda, dan menuntun anjing. Bersepeda juga boleh. Rute dan jalan sepeda khusus tersedia pula.
Kalau mau agak jauh dari rumah, bisa wanderung (hiking), main kano, dan kemping. Semuanya asyik kalau dilakukan bersama keluarga dan teman-teman dekat. Malas keluar rumah? Barbekuan saja. Ngobrol-ngalor ngidul sambil membolak-balik aneka daging di atas panggangan.
Yup, kegiatan bakar membakar sate atau grillen dalam bahasa Jerman ini jadi kegiatan menyenangkan bagi banyak orang. Tak hanya kami. Juga sebagian besar warga lokal. Dulu di tanah air, Emak malah jarang barbekuan sendiri dengan teman atau keluarga. Kalau mau makan sate, beli jadi saja. Gak repot plus ribet.
Setelah tinggal di sini, baru Emak sadari, bahwa kegiatan barbekuan ini tak hanya soal makan-makannya saja. Ada kebersamaan dan kegembiraan di dalamnya. Acara grillen di musim panas, seringkali kami lakukan bersama anggota pengajian. Bersamaan dengan tadabbur alam. Atau hanya sekadar kumpul-kumpul biasa di rumah. Atau bahkan, keluarga pelancong tiba-tiba berinisiatif grillen berempat saja di rumah.
Tak perlu persiapan khusus. Bahannya apa yang ada saja. Gak ada daging, ya sosis dipakai. Bisa pula sayur-sayur seperti jamur kancing, terong, zucchini, dan paprika. Bumbu dagingnya pun sederhana. Daging dipotong-potong tipis. Dilumuri minyak zaitun, sedikit garam dan merica. Kalau ada paprika bubuk campurkan saja. Atau pakai bumbu bawang putih, minyak zaitun, kecap manis, dan ketumbar. Tak perlu pakai tusukan kalau sedang malas. Sausnya, saus kacang ala Indonesia. Atau zaziki ala Turki. Di rumah kami hampir selalu tersedia arang kayu. Saat kehabisan, kami pakai panggangan listrik. Satu lagi, bisa pakai panggangan di atas kompor. Bakarnya di atas grill pan.
Malas membumbui? Tak perlu khawatir. Daging siap bakar banyak tersedia di supermarket. karena orang jerman doyan grillen, macamnya banyak. Tersedia melimpah di dalam lemari pendingin. Menjelang akhir minggu, atau hari libur, dan cuaca sedang cerah, sering Emak perhatikan lemari pendingin isi daging bakar mentah kosong melompong diborong orang.
Kami beli versi halalnya di toko Turki. Di sana biasa kami temukan kofte mentah, ayam sayap, ayam paha, dan potongan daging sapi yang telah dibumbui. Sampai di rumah, sebelum dipanggang, tinggal diolesi minyak zaitun. Sedapppp. Di toko Turki tersedia pula banyak macam sosis. Sosis segar dan baru dibuat tukang daging pun bisa dibeli. Lengkap, deh!
Ngomongin panggangan, wahhhhhh, di toko buanyakkkk macamnya. Tinggal menyesuaikan dengan kebutuhan dan dompet. Emak masih suka lirak-lirik panggangan kalau sedang mampir di toko bangunan. Di bagian pernak-pernik berkebun, berderet puluhan panggangan. Mulai berenergi listrik, gas, dan arang kayu. Panggangan batu lava gabungan antara gas dan batu. Batunya dibakar. Lebih tahan lama dibanding arang kayu biasa.
Ukuran panggangannya bervariasi. Panggangan khusus buat kemping, sekali pakai ukurannya kecil, seukuran kira-kira kertas A4. Ada panggangan meja. Berkaki pendek. Kalau panggangan kebun, kakinya panjang. Yang versi rumahan, ukurannya panjangnya bisa semeter lebih. Atau mau pilih panggangan yang terbuat dari beton? Silakan saja.
Mau puas pilih alat panggang dan pernak-perniknya. Tinggal datang ke toko khusus alat grillen. Dijamin langsung pengen nyate. hehehe.
Yang membuat enak daging atau sayur yang dipanggang itu sepertinya kekhasan aromanya, ya. Alias aroma asapnya. Aroma paling sedap menurut Emak berasal dari asap arang batok kelapa. Nah yang itu sayangnya belum dijual di sini.
Ya ampuuun mbak 20 derajat itu udah panas ya? Haha..saya stel AC di kamar 20 derajat udah paksi selimut 😀
@Mbak Lina: iya, Mbak. Suhu segitu kalau cuaca lagi cerah, orang udah berbaju buka-bukaan. 🙂 Kepanasan, katanya.
ya ampun mbak 20 derajat mah aku keknya udah bersin bersin ituh :3
@Mas Priyo: karena sebelumyna musim dingin suhunya sampai minus, Mas. jadi 20°C serasa panass. 🙂
[…] kota bisa jadi salah satu alternatif. Atau, seperti banyak tetangga kami lakukan, mereka berpiknik, panggang-panggang sate di taman dalam kompleks apartemen. Atau bisa juga dengan berkebun di rumah. Mudah sekali, […]
Beberapa kali waktu kemping di sini, kami bakar-bakarnya pake batok kelapa mbak.. Soalnya nyari arang lebih susah, hehehe…
Kegiatan BBQ ini emang kegiatan paling asik ya mbak 🙂
Alhamdullilah. Lirak liriknya ke panggangan. Bukan lirak lirik ‘lainnya’ :))). Aku suka BBQ waktu musim dingin mbak. sekalian menghangatkan badan. kalau masuk musim hangat gini lebih suka bikin aneka jus dimasukin kulkas.
@Mbak Dee An: Kebalikan ya, Mbak Dee An. Di sini kalau briket kayu banyakkkkkkk banget. Di pom bensin juga selalu ada. 🙂
@Zulfa: Yen nang toko kuwi, barang2 shopping kuwi lebih menarik dilirik timbang sing liyane… hihihi
Jadi kangeeeenn grillen di sana rasanya bedaaaa… Kl disini udh kala sama sate beneran dan pilihannya mau kuliner banyak *_*
@Ima: Ingat zaman dulu grillen di belakang rumah Lia. Seruuu ya, Ma. 🙂
Asyik udaranya udah panasan ya mbak. Alhamdulillah.
Panggangannya mirip punyaku. Mirip doang 😀 Aku suka manggang kentang di panggangan arang, ikan, udang, sama terung :)) Aku ga suka terung goreng, jadinya dipanggang. Trus dicocol sambel.
@Mbak Rien: Alhamdulillah… ketemu matahari lagi. 🙂 Panggangan ini alhamdulillah awet, Mbak. Pengen sebenernya yang gedean, tapi sayang. Yang ini masih bisa dipakai. *Emakirits.* hehe
Aku juga suka terong panggang, Mbak. Zucchini dan paprika juga sedap. Coba, deh.
AKu belum pernah bakar-bakaran di rumah..bisa dicoba ya mbaa…kalau disini pake arang kali yaa…
Mba, daging yang di atas panggangan itu sate ya? Kok besar2?
@Mbak Dewi: Iya,Mbak pakai arang kayu. Asyik, Mbak kalau di rumah manggang. Pakai panggangan kecil kayak kami dah cukup.
@Zahra: Yang itu potongan ayam, Zahra. Aku beli yang udah dibumbui kedai Turki. Tinggal dibakar. Enak gurih.
Waduhh,kalau begitu fasilitasnya mana tahan enggak sering-sering masak mbak.
Kalo masak sate, biasanya “hanya” saat malam tahun baru, selebihnya beli aja hahaha. Cuma ibukku suka bakar ikan dengan panggangan yang hampir sama. Rasanya maknyuuuss
@Syukur: hehehehe, Emak masih lebih sering males masak, nih…
@Cek Yan: waahhh, ikan bakar aku suka pakai banget…
[…] döner kebab di Eropa dibawa oleh para imigran asal Turki. Di negeri asalnya, potongan daging yang dipanggang di panggangan berputar sudah jadi tradisi ratusan tahun. Seorang penasihat militer Turki Usmani, […]
di turki ada yg jual sate kak?
@travengler: banyak… 🙂 Sate alias kebab Turki. 🙂