Bahan tambang, sebanyak apapun ia, pasti akan ada habisnya. Habis dieksploitasi. Pasir, kerikil, batu bara, serta bahan tambang lainnya. Situs bekas galiannya akan menimbulkan lubang-lubang tak berguna di muka bumi. Ditinggalkan, atau bahkan dilupakan orang. Bekas eksploitasi alam ini, tak bisa dihilangkan begitu saja.
Habis manis sepah dibuang. Mungkin ini peribahasa cocok buat kondisi seperti ini. Padahal, situs-situs bekas galian bisa dimanfaatkan kembali. Dikembalikan ke alam sekaligus menjadi sumber penghasilan baru, sebagai objek wisata. Memangnya bisa?
Seperti itulah sejarah beberapa danau di Jerman. Berasal dari sisa galian, melalui tahapan renaturasi, menjadi kawasan cantik. Sama sekali tak terlihat seperti bekas sebuah kawasan pertambangan.
Danau bekas galian, atau baggersee dalam bahasa Jerman, biasanya berasal dari galian pasir, kerikil atau batu bara. Luasnya bervariasi. Lago Laprello di kota Heinsberg misalnya. Dibuat dari bekas galian kerikil. Merupakan danau yang meliputi area seluas 35 hektar. Blausteinsee di Eschweiler bahkan memiliki luas sekitar 100 hektar. Di dekat Blausteinsee tak lama lagi dimulai pengisian air di bekas tambang batu bara di Inden. Jika terisi penuh, Indesee, nama danau tersebut, luasnya akan mencapai 10 kali luas Blausteinsee.
Blausteinsee
Pembuatan sebuah danau tentu tak bisa dilakukan main-main. Ia adalah hasil kerjasama dengan banyak pihak. Serta disiapkan sedini mungkin. Blausteinsee dulunya adalah daerah tambang batubara Zukunft-West. Penambangan terakhir dilakukan tahun 1987. Tahun 1982 sudah dibentuk institusi masyarakat khusus untuk mengurus pemindahan fungsi menjadi sebuah danau wisata.
Bulan Oktober 1994 dimulai pengisian air danau. Sebuah air muncrat dibuat di bagian tengah lubang galian. Sekitar 500 m dari tepian. Setiap tahun mengalir 6,7 juta meter kubik air di dalamnya. Untuk pengisian awal, dibutuhkan 75 meter kubik air. 50 diantaranya menguap atau diserap tanah. Danau buatan Blausteinsee resmi dibuka pada 12 Agustus 2000.
Peruntukan danau ini sebagai tempat wisata dilakukan secara bertahap. Tahun 2002, dua klub olah raga layar mendirikan anjungan khusus. Tahun 2004, orang mulai diperbolehkan berenang di sebagian permukaan danau. Tahun 2005, tercapai tinggi danai maksimal 46 m, dan luas 100 hektar.
Sebagai sarana penunjang, jalan beraspal bagus dibuat hingga tepi danau. Juga sebuah tempat parkir luas. Di tempat wisata seperti ini, toilet dan rumah makan tak boleh ketinggalan. Memang bukan rumah makan mewah. Namun cukup untuk memenuhi kebutuhan pengunjung yang kelaparan dan kehausan.
Sekarang, banyak sekali aktivitas pengisi waktu senggang dan hobi bisa dilakukan di wilayah Blausteinsee. Jalan keliling danau telah dibuat sepanjang 5,1 km. Cocok untuk jogging, berkuda, bersepeda atau sekadar jalan-jalan menghirup udara segar. Satu – 2 jam cukup untuk memutarinya.
Di satu bagian khusus, orang bisa menyelam maupun menyewa perahu layar. Pada musim panas, di sini orang asyik berenang atau berjemur di tepian. Setengah daerahnya benar-benar dikembalikan ke alam. Hijau oleh pepohonan rindang. Dijadikan tempat konservasi burung, tak boleh dimasuki sembarang orang. Sama sekali tak terlihat tanda-tanda daerah ini dulunya bekas galian tambang.
Tak hanya kualitas alam meningkat karena proses renaturasi bekas galian ini, kualitas hidup manusia pun demikian.
*Griya Asri*
Iya, berarti dimana dimana bekas tambang banyak dijadikan tempat wisata. di Delhi ada Danau cantik buat wisata dan waktu kubaca infonya juga bekas galian tambang. Cakep Danaunya mbak…
@Zulfa: apike kan ngunu yo, Dadi iso dimanfaatkan ulang.