Latihan olah raga ski musim dingin ini masih berlanjut. Kali ini kami mencoba pusat olah ski Am Schwarzer Mann. Masih di Pegunungan Eifel. Ia sudah masuk di wilayah negara bagian Rheinland Pfalz.
Am Schwarzer Mann lebih jauh dibanding Hellenthal. Beda kira-kira 30 km. Kelebihannya dibanding Hellenthal adalah lokasi parkirnya gratis. Di Hellenthal, kami membayar biaya parkir 5 euro sehari. Selain itu, harga tiket lift di Schwarzer juga jauh lebih murah. Dan, kami ingin mendapatkan pengalaman baru lagi.
Keluarga pelancong sudah pernah ke Schwarzer Mann. Dua tahun lalu ketika mencoba pusat olah raga ski di Wolfschlucht, kami harus ke Schwarzer Mann untuk menyewa peralatan ski. Sebab di Wolfschlucht tak ada persewaan. Di tempat ini pula Bapak membeli seperangkat alat ski miliknya. Am Schwarzer Mann dan Wolfschlucht berada di kota bernama Prüm di wilayah Pegunungan Eifel yang dikenal sebagai Schneifel.
Kira-kira setengah sebelas pagi kami sampai di sana. Kami lewat jalan tol agar lebih cepat. Ada jalan lebih dekat lewat Hellenthal sebenarnya. Parkiran sudah mulai ramai. Dibanding Hellenthal, tempat parkirnya juga lebih dekat ke track ski. Dalam bahasa Jerman disebut Skipiste.
Sudah puluhan mobil terparkir saat kami datang. Awalnya Emak keder. Di ramalan cuaca, suhu udara di tempat tujuan katanya berkisar -6°C. Wuih. Dua tahun lalu menjajal ski dengan suhu segitu, kedinginan juga. Tak tahan kami lama-lama. Tapi memang waktu itu anginnya kencang. Jadi suhu udara yang dirasakan tubuh pun jadi lebih menggigit.
Keluar jalan tol, kami masuk jalan propinsi menuju Prüm. Lalu lewat desa-desa kecil. Di salah satu desa ini, termometer mobil sempat menunjukkan angka -11°C. Emak berdoa agar di Schwarzer Mann suhu lebih bersabahat. Alhamdulillah, walau awalnya agak kedinginan, setelah tubuh mulai aktif bergerak dan terkena sinar matahari, kami merasa nyaman-nyaman saja berjam-jam di luar. Cuaca hari itu cerah pula. Langit bersih dari awan.
Bapak, Adik, dan Embak masing-masing membeli tiket lift 12 biji. Ada dua lift di Schwarzer. Dan dua track ski. Di tempat ini juga ada satu tempat persewaan alat ski dan snowboard serta sebuah restaurant. Keduanya berada dalam satu bangunan panjang. Di belakangnya adalah Steilhang, track ski curam. Jika berjalan ke arah kiri, akan kita temukan track Rodeln (toboggan) dan track ski yang tidak terlalu curam. Walau menurut Emak track-nya awal-awal aja agak landai, Setengah hingga bawah, curam. Emak dua kali jatuh.
Asyiknya, track yang terakhir lumayan panjang. Menurut informasi sih sekitar 900 m. Dari dekat lift hingga deket lift buat naik lembah. Karena terbagi jadi dua track ski ini Schwarzer Mann terasa agak sepi. Padahal waktu kami pulang, tempat parkirnya terlihat full. Ada kali yah 200-an mobil.
Emak takut menjajal lift ski-nya Karena lebih panjang. Alhamdulillah Bapak dan anak-anak malah aman, hanya jatuh sekali waktu ditarik T-bar. Embak malah sudah dapat feel-nya. Tapi belum berani jika dia dititipi adiknya untuk naik lift. Mereka bertiga juga belum berani meluncur di track curam.
Kemampuan Emak juga masih segitu-segitu saja. Alias belum terjadi perubahan berarti. Tapi Emak sudah mulai berani meluncur paralel, lho. Walau pun kata anak-anak masih terlalu pelan. Yo wes rapopo. Kan Emak memupuk keberanian sedikit demi sedikit. hehehe.
Bapak lagi seneng-senengnya mencoba mainan baru. Sebelumnya beliau baru membeli sebuah action camera. Lagi ada angebot di Action. Harganya sangat murah dibanding merek-merek kamera serupa di Saturn atau Media Markt. Katanya seh full HD dan ada dua mounting.
Kamera tersebut Bapak pasang di helm bagian muka. Kurang jejeg. Sering oglak aglik, istilah Jawanya. Yang sering kerekam malah permukaan tanahnya. Ya sutra.
Setiap kali main ski, seperti biasa kami membawa bekal makanan sendiri dari rumah. Bawa makanan berat (nasi), teh, hangat, dan cemilan. Di tengah-tengah main ski, kami istirahat. Piknik di luar. Di tengah hamparan salju. Kemarin itu di Schwarzer Mann kami piknik di bawah pepohonan pinus. Ketika kena angin, wussss, salju di yang menempel di dedeunan pun berjatuhan kena makanan kami.
Rasanya makan di luar apalagi pas dingin, dan abis mengeluarkan banyak energi itu nikmat banget, yah. Emak biasanya gak masak yang ribet-ribet. Cukup bawa nasi hangat, telur dadar, kadang pakai bakwan sayuran, trus sambal terasi. Nyamm, pada berselera makannya. Makan menu serupa di rumah, rasanya tidak senikmat itu. Mashaa Allah.
Kalau masih ada rizki tumpukan salju di Schwarzer Mann, dan pusat olah raga ski-nya buka, In shaa Allah keluarga pelancong ingin ke sana lagi. Adik seh udah pengen ke Winterberg saja. Emak bilang, selagi Eifel masih buka, baik Schwarzer Mann atau Hellenthal, kami main dekat rumah saja. Hemat tenaga, waktu, ongkos.