Tulisan ini bukan untuk sok-sokan atau gaya-gayaan. Melainkan suatu keunikan dan realita bagi kami yang tinggal di dekat perbatasan dengan negara Belgia dan Belanda. Berbeda dengan di Bremerhaven, di sini mobil-mobil atau truk-truk berpelat Belanda, Belgia, bahkan Perancis seringkali kami lihat lalu lalang di jalan besar dekat apartemen. Jika tinggal di Aachen pemandangan seperti ini sudah lebih tidak asing lagi. Sebab letak Aachen memang berbatasan langsung dengan kedua negara tersebut. Bahkan ada bus dan kereta api regional menghubungkan ketiga negara.
Makanya tak heran jika orang-orang dekat perbatasan memanfaatkan untuk berwisata belanja ke kota-kota di negara tetangga. Apalagi kini tak ada lagi pemeriksaan di perbatasan dan tak ada petugas cukai memeriksa belanjaan kita.
Ibu-ibu di Aachen seringkali berbelanja sayuran, buah dan ikan di Vaals kota kecil tepat di perbatasan Belanda dengan Aachen (Jerman). Konon harga barang tersebut lebih murah di sana. Banyak juga orang-orang dekat perbatasan Jerman berbelanja ke daerah propinsi Limburg. Ada IKEA di Heerlen, satu kota di Belanda. Jika ingin berbelanja segala kebutuhan pokok dari tanah air, bisa datang ke Toko Indradjaja di Brunsum, satu desa di propinsi Limburg juga, Belanda. Atau jika ingin sekalian menikmati suasana salah kota besar bisa sekalian ke Maastricht harga tiket harian dari perbatasan Jerman cuma 5 euro per orang. Jika ingin membeli tempe, ada satu pabrik terkenal di Kerkrade. Ada pula teman yang suka pergi ke Carraefour di Kelmis, wilayah Belgia. Sebaliknya, di pasar-pasar natal serta banyak tempat wisata di Jerman juga dikunjungi oleh warga Belanda dan Belgia.
Semua serba mungkin karena alat transportasi tersedia dengan harga terjangkau. Kemudahan ini dimanfaatkan oleh pengusaha untuk saling menarik pembeli dari negara tetangga. Kami sering mendapatkan brosur barang-barang dari toko-toko Belanda dan Belgia berbahasa Jerman. Mungkin seperti inilah globalisasi. Hampir tak ada batas negara di dunia ini.