Bersyukur keluarga pelancong tinggal dekat dengan perbatasan Belanda. Artinya, sesekali kami bisa berbelanja. Bukan belanja biasa. Melainkan berbelanja berbagai kebutuhan makanan yang asalnya dari tanah air.
“Horeee ke Belanda lagi. Belanja lagi!” teriak hati Emak senang kalau ada rizki ke Belanda. Bisa beli bermacam kerupuk, teh botol, gula Jawa, bermacam bumbu instan. Pula cemilan kesukaan kami, seperti kacang bogor dan keripik singkong.
Ketika mau ke Jerman, Emak agak was-was dengan makanan. Lidah sudah terbiasa makanan Indonesia, utamanya Jawa Timur sejak kecil. Meskipun Emak sudah kenal dan pernah mencicipi spaghetti, dan pizza, tapi itu bagi Emak cemilan. Bukan makanan pokok. Kalau roti, Emak sudah lumayan terbiasa makan di pagi hari di waktu kuliah.
Di NΓΌrnberg, beberapa kebutuhan dasar seperti aneka bumbu (kunyit, jahe, kunci, bawang merah, ketumbar, dll) tersedia di toko Asia. Juga tempe, mie instan, dan tahu. Tempe datang setiap hari Kamis. Rebutan. Kalau mau makan tempe Kamis sore sudah harus ke sana.
Tinggal di Bremerhaven, alhamdulillah juga tidak terlalu kesulitan. Sawi, bayam, taoge, ada. Lumayan. Tempe bisa dibeli di Bremen atau Hamburg. Jauh. Namun kami bisa memanfaatkan tiket semester mahasiswa. Tak perlu beli tiket kereta lagi. Sesekali kami ke Belanda. Jalan-jalan sekalian belanja. Bahan makanan asli tanah air jauh lebih lengkap di negeri ini. Toko Asianya juga lebih besar-besar. Kalap deh kalau kemari.
Setelah tinggal di DΓΌren, alhamdulillah langkah menuju Belanda semakin dekat saja. Kalau dari rumah menuju salah satu toko Asia kami menempuh perjalanan mobil sekitar 45 menit. Dua kota paling sering kami datangi untuk berbelanja. Geelen dan Maastricht.
Geleen kota kecil. Toko Asia langganan kami letaknya di pusat kota. Di jalur khusus pejalan kaki. Ada tempat parkir luas di dekat balai kota. Seringnya kami belanja di hari Sabtu. Hari pasar di Geleen. Di jalur pejalan kaki itu, orang berjualan sayur mayur, daging, keju dan kain. Usai belanja di toko asia, kadang kami mampir beli sayuran dan buah. Agak siangan, banyak pedagang mulai mendiskon dagangannya.
Toko Asia Geleen tak terlalu luas. Akan tetapi sebagain besar yang kami butuhkan tersedia. Tahu, tempe, sawi, bumbu-bumbu, beras, ikan asin, teri, sampai makanan ringan ada. Kalau kami belanja banyak, sering dikasih bonus lemper atau ketan manis oleh pemiliknya.Di sini tarif parkirnya relatif murah. Dan dekat. Sejam saja belanja, cukup.
Maastricht tokonya lebih luas. Ada beberapa pilihan toko. Namun kami lebih sering ke Amazing Oriental. Satu jaringan toko asia mayan lengkap di Belanda. Toko ini hadir di kota-kota besar di negeri kincir angin. Selain Maastricht kami pernah belanja di Amazing Oriental di Rotterdam dan Eindhoven. Kalau mau online juga bisa. Akan tetapi karena beda negara, ongkirnya lebih mahal. Lebih enak datang langsung dan memilih bahan makanan yang ada. Sesekali kami malah ketemu dengan orang Indonesia lainnya. Trus tukar menukar nomor telefon.
Amazing Oriental tokonya gede-gede. Barang merek atau asal Indonesia lumayan, lah. Yang kadang membuat Emak sedih adalah bahwa banyak sayur dan buah, baik segar dan kalengan diimpor dari negeri gajah putih. Padahal yang seperti ini di Indonesia banyak tersedia. Murah pula. Pernah Emak melihat pencit (mangga muda dan kecil-kecil) dijual mahal. Aihhh, pas pulkam kemarin malah kami mungutin pencit yang jatuh dari pohon orang. Kalau gak, tinggal nyambit pencit tetangga. *ups*. Kapan yah produk sayur dan buah kita bisa bersaing dan mendunia seperti ini?
Kalau di sini, bahan makanan tersebut tak hanya dimakan sendiri. Tapi bisa jadi oleh-oleh. Ke rumah teman yang rumahnya jauh dari toko asia misalnya, bawanya bukan coklat. Itu mah di sini banyak banget. Melainkan bawa tahu, tempe, krupuk, mie instan, sambal, kecap, daun salam, daun jeruk, ikan asin, dll. Barang-barang mewah bagi kami. Bukan soal harganya. Namun soal kelangkaannya.
Seringnya, belum sampai di rumah, aneka cemilan yang dibeli sudah dibuka dan dicemil dalam perjalanan pulang. Kalau keripik singkong Emak suka yang original. Sayangnya gak ada keripik Sanjay dari Padang. Kesukaan Emak dan oleh-oleh wajib bawa kala mudik. π
Mau pakai banget kripik singkongnya
Enak mbak ada toko yg jual lengkap gitu, CITA rasa indonesia
Aku disini paling dpt indomie π
@Zulfa: He-eh, alhamdulillah, yen nang kene isih iso oleh beberapa macem makanan Indonesia. Opo maneh nang Belanda. Yen lagi ana festival Indonesia, maemane tambah lengkap. Maringene pas mudik, dipuas-puasno, Zulfa.
Salah satu sisi ‘nggak enak’ tinggal di luar negeri ya Mbak.
@Mas Ihwan: awal2 saja seh tidak enaknya. Lama-lama kebiasaan, kok. π
45 menit dekat. Pasti seneng banget mbak Ira bisa dapetin kacang bogor dan keripik singkongnya. Alhamdulillah pupus kangen pada makanan Indonesianya ya mbak π
Iya ya.. temenku yang tinggal di Belanda bilang mereka gak kesulitan untuk menikmati makanan-makanan Indonesia. Banyak banget resto makanan Indonesia di Belanda.
Btw kacang bogor ama keripik singkong itu emang cemilan yang gak ada matinya ya, mbak.. kapan dan di manapun π
@Mbak Dee An: zaman dahulu, mamaku bikin sendiri keripik singkongnya, Mbak. Aku maish ingat kalau singkong lagi murah. Dikukus, dipotong tipis2 trus dijemur. Potongannya memanjang.
Kalau yang potongannya bundar2, gak perlu dikukus. Setelah dikuliti, dipotong tipis, trus direndam sebentar di air kapur. Dibumbui garam dan bawang putih. Duhh itu ajah dah enak banget.
@Mbak Rien: iyah Mbak dekat lah. Apalagi sambil jalan2 ke luar negeri. *gaya*. ke luar negeri belinya keripik ama kerupuk doang. hihihi
mba, harga keripik singkongnya berapa?:D
@Zahra: yang putih sekitar 26 ribu rupiah per bungkus. Yang merah sekitar 32 ribu, Zahra.
Bener banget ya mba..week end kmaren akupun kalap di Den Haag..haha *baru pertama kali ke Belanda* *norak deh jadinya saya* π
kripiknya masih pake plastik sederhana khas industri rumahan, siapa sangka jalan2nya mpe ke negeri belanda :v
@Tatat: betulll tuh. makanya ama suamiku gak bole sering2 ke Belanda. Bisa boros ntar. hehehe.
@Mas Priyo: yoi, Mas. Rasane mantep pisan. π
mauuu cassava mb iraaa di Aldi Vaals… hihihihihihihi
@Ima: aku malah belum pernah beli di situ… π
Mbak, sing gawe tempe wong Indonesia ta? aku nang kene onok tempe, mahasisawa Indonesia sing gawe, tapi yo ngunu gawene nggak mesti. nek ape gawe mesti telp arek e. trus takok pesen pirang bungkus. meski jarang tapi seneng e pollllll ketemu tempe.
@Zulfa: Sing nggawe pabrik gede, Zulfa. Pabrike nang Belanda. Sakjane cedhak omahku. Lek gelem tuku langsung nang pabrike malah iso oleh murah. Tapi minimal kudu tuku 25 iji. hihihi. Kadang kene patungan tuku tempe nang pabrik. Rasane prosoku yo koyo tempe nang Indonesia ngunu lah. Ben awet tak deleh freezer.
Benerrr, aku yen nduwe persediaan tahu tempe atiku marem. hihihi..
Hidup di negeri orang namun tetap bisa menikmati makanan leluhur ya mbak.
Wah keripik singkong sampe ke Belandaaaa *takjub*
@Syukur: he-eh. Alhamdulillah banget..
@Cek Yan: iya donggg *bangga*
[…] atau dua kali. Bahkan ada seorang anak Jerman berkomentar, waktu melihat beras bersak-sak dijual di toko Oriental. “Emang ada yang beli beras segitu banyak?” tanyanya. Kami tertawa. Ya kami-kamilah […]
Apakan ada bumbu bumbu racik dari merek sasa ataupun indofood ? Kalau ada gmn caranya order by online ? Mohon sarannya
Terima kasih