Meski hanya sekitar 4 jam-an berkeliling pusat kota Kyrenia atau di pantai utara Siprus, kami merasa telah melakukan banyak hal. Dari sarapan, melihat beberapa destinasi wisata utama Girne dengan berjalan kaki, memangkas rambut, sampai makan siang di salah satu rumah makan. Resor tempat kami menginap berikutnya berada di sisi timur Siprus. Dengan kendaraan bermotor, perjalanan kami tempuh sekitar satu setengah jam. Emak merasa, kami masih punya waktu untuk mengeksplor satu dua tempat on the way, dan tiba di penginapan tidak terlalu malam. Kami pun mampir ke Biara Bellapais dan makam salah satu pejuang muslim di awal masuknya Islam di Siprus, di sebuah situs dikenal sebagai Hazrat Omer oleh warga setempat.
Bellapais Abbey
Biara Bellapais merupakan salah satu destinasi wisata dekat Kyrenia. Sekitar 15 menit perjalanan mobil ke arah selatan. Lokasinya di ketinggian. Kami melewati jalanan mendaki di daerah permukiman. Petunjuknya lumayan jelas. Selain mendaki, jalannya agak sempit, untungnya sedang tidak terlalu banyak kendaraan melintas di sana. Tepat di samping biara terdapat tempat parkir berbayar. Luas, dan banyak tempat kosong siang itu.
Biara di desa Bellapais ini baru terlihat jelas setelah kami berada di dekatnya. Ketutupan sama permukiman penduduk. Banyak toko suvenir dan rumah makan di sekitarnya, tandanya emang lumayan banyak pengunjung. Masih di area parkir, keluar dari mobil, kami sudah disuguhi pemandangan cantik. Di satu sisi adalah kompleks biara berpilar tinggi di sisi lain adalah view Kyrenia dan Lautan Mediterania. Nama Bellapais sejatinya berasal dari bahasa Perancis belle paix, berarti damai cantik. Cocok banget, yes. Kami sempat menghitung berapa rumah pemilik kolam renang di permukiman di bawah biara. hehe.
Bangunan bersejarah ini mulai dibangun di abad ketigabelas masehi. Disertai berbagai bangunan tambahan di abad-abad berikutnya. Penghuni pertamanya adalah Canon Regular of the Holy Sepulchre, setelah mereka melarikan diri dari Yerusalem yang dikuasai Saladin di tahun 1187. Konstruksi pertama bertajuk antara tahun 1190 – 1205. Sedangkan fisik bangunan sekarang dibangun selama kekuasaan Raja Hugh III, antara tahun 1267 -1284.
Gerbang masuk menuju gereja yang melewati serambi tertutup dibangun di masa Raja Hugh IV, tahun 1324 – 1359. Ruang makan utama biara memiliki sistem pencahayaan alami. Sinar matahari diteruskan ke dalamnya melalui jendela kaca lebar nan elegan.
Dari tempat parkir, kami berjalan hingga ke arah depan kompleks biara. Ada taman kecil rapi dengan beberapa bangku kayu di sana. Seperti di banyak tempat di Siprus kami bertemu anjing atau kucing liar. Di sekitar biara setidaknya dua anjing mendekati kami. Pertama, ketika keluar dari mobil sewaan. Kedua di depan biara. Baik kucing maupun anjing liar di Siprus terlihat jinak, terawat. Hanya mendekati, mereka sama sekali tidak mengganggu kami.
Tidak mau berlama-lama, kami sudah merasa senang berfoto di depan bangunan utama biara. Setelahnya malah jajan es krim di kios terdekat. Lalu beli segelas plastik jus delima asli. Jus delima dan jus jeruk merupakan minuman favorit kami selama di Siprus.
Pengarang terkenal asal Inggris, Lawrence Durrel pernah tinggal di dekat biara tersebut di tahun 1953 – 1956. Bitter Lemons adalah buku karangan beliau tentang Siprus.
Hazrat Omer Tomb
Destinasi kami berikutnya, Makam Hazrat Omer, berjarak sekitar 15 menit perjalanan mobil dari Biara Bellapais. Melewati medan seru. Jalan permukiman sempit dan curam. Emak selalu ndredeg kamlau mau papasan sama mobil lain, meski mepet banget ke pagar orang, atau mesti nunggu di tempat lebih lapang, atau bahkan mundur dulu memberi kesempatan kendaraan lain lewat. Untungnya Bapak sopir andal. Sudah pernah nyupir di medan serupa atau bahkan lebih parah di Bosnia – Herzegovina, Albania, hingga Spanyol. Alhamdulillah kondisi kendaraan yang kami gunakan masih bagus.
Walau sempat ragu antara lanjut ke tempat menginap atau mampir sejenak ke petilasan terkenal ini, kami pun belok ke tempat. Sekitar 1 km dari jalan utama antara Kyrenia dan Dipkarpaz atau Karpaz Peninsula. Di suatu desa bernama Catalkoy. Sekalian Bapak mau nyari toilet. Melalui perumahan bagus-bagus dan mirip kastil-kastil kecil, kami mengikuti jalan sampai dekat sekali dengan laut. Terdapat parkiran luas dan sepertinya baru selesai dibangun.
Dari ujung tempat parkir, kami kudu berjalan sejauh kira-kira seratus meteran ke arah makam. Jalannya luas dan sudah diplester. Kanan kirinya berhias pohon Palem. Sat anak kecil main roller skate ditemani kedua orang tuanya. Alhamdulillah sebelum sampai di bangunan makam, kami melihat sebuah toilet baru. Bisa numpang menggunakannya.
Bangunan makam Hazrat Omer atau Umar berada tepat di tepi laut. Dibangun di atas sebuah tebing batu, namun tebingnya tidak terlalu tinggi. Tebing itu pula yang sepertinya menahan ombak, melindunginya dari terpaan gelombang air laut. Bangunan sederhana ini berwarna putih dan hijau. Agak ke atas, di lokasi lebih tinggi, kami lihat sebuah bangunan mirip masjid sedang dibangun.
Umar adalah salah satu komandan muslim di masa Muawiyah. Tak hanya ada makam Umar di sini. Melainkan juga makam enam prajurit muslim lainnya. Saat kami berada di sana, kondisi makam sedang sepi. Dua orang pengunjung lelaki baru saja meninggalkan situs ini. Di bagian depan terdapat tempat wudu outdoor dan sebuah ruangan untuk petugas penjaga makam. Bangunan makam dibangun di masa Turki Utsmani menguasai Siprus. Menurut salah satu situs wisata Siprus Utara, makam ini menjadi salah satu destinasi wisata ziarah terkemuka di sini.
Kami membuka alas kaki, masuk ke ruang utama. Makamnya berada di sisi kanan setelah pintu masuk. Dibatasi oleh pagar kaca. Tujuh makam ditutup kain berwarna hijau. Bagian atas ujung dekat pagar kaca ditutup sorban hijau juga. Bagian dalam ruangan tidak terlalu luas, terbilang sederhana. Dihiasi kaligrafi dan ornemen sederhana pula. Kami membaca informasi mengenai Umar, sebelum kembali ke parkiran. Di mana kami bertemu serombongan pria dan wanita berkerudung. Berjalan menuju arah makam Hazrat Omer.