Ini perjalanan jauh kami pertama menggunakan kendaraan pribadi. Enam ratus kilometer jarak Düren-Zürich. Jika ditotal, kira-kira kami menempuh perjalanan sepanjang 2000 kilometer lebih selama 5 hari.
Biasanya untuk perjalanan jauh kami pilih menggunakan kendaraan umum saja. Tak perlu capek dan bersempit-sempit dalam kendaraan. namun, tak kami temukan tiket murah kendaraan umum. Baik pesawat terbang maupun kereta api. Sebab kami pergi agak mendadak, dan di liburan musim dingin, tiket-tiket memang relatif mahal.
Enaknya menggunakan kendaraan pribadi adalah lebih fleksibel waktu. Kami bisa berangkat kapan saja kami suka. Diperkirakan, jika perjalanan lancar, enam ratus kilometer tersebut akan kami tempuh sekitar 5-6 jam. Sebab kami mau melihat beberapa tempat terlebih dahulu, maka perjalanan menjadi sekitar 8 jam-an. Apalagi anak-anak suka bosan dan ingin bermain-main dahulu di tempat peristirahatan di jalan tol.
Berbeda dengan Jerman, jalan tol Swiss tak gratis bagi pemilik kendaraan pribadi. Ada tarif tahunan mesti dibayar. Di negara bagian Baden Wüttemberg, ada beberapa tanda penjualan vignette atau stiker tol Swiss di pom-pom bensin. Jika tak sempat membeli pun, ketika masuk perbatasan ada loket penjualan vignette Swiss. Harganya 40 franc, atau sekira 35 euro kurs saat itu.
Kami masuk Swiss menuju arah Basel. Kota besar pertama dekat perbatasan Jerman. Masuk jalan tol di negara ini tak membingungkan. Tanda jalannya berwarna hijau. Batas kecepatan maksimal di jalan tol adalah 80 – 120 km/jam.
Berkendara di negara mini dekat pegunungan Alpen ini terasa sangat agak berbeda dengan di Jerman. Selain terlihat hampir selalu ramai kendaraan, selama lima hari di sana, tiga kali kami kena macet. Padahal selama di Jerman, baru sekali mengalaminya. Yang unik lagi, sebab kondisi negaranya yang berbukit-bukit dan bergunung-gunung, jalan tol Swiss banyak sekali memiliki terowongan. Terpanjang yang kami lalui adalah 5 kilometer. Emak menyimpulkan, orang Swiss suka membuat jalan menerobos bukit atau gunung, sehingga masuk jalan tol rasanya seperti keluar masuk terowongan saja.
Satu kali ketika hendak ke Liechtenstein dan terkena macet, kami berputar, tak lewat jalan tol. Melainkan naik turun pegunungan. Satu rute scenic. Jalan meliuk-liuk. Di musim dingin salju berserak di mana-mana. Kami melewati banyak tempat pusat olah raga musim dingin. Sungguh elok nian pemandangan pegunungan berselimut salju tersebut.
Dengan GPS, perjalanan kami di negara ini lancar-lancar saja. Suasana dan tanda-tanda lalu lintas mirip dengan Jerman. Bahasanya pun sama, meski berdialek berbeda. Satu lagi yang patut diacungi jempol, kami perhatikan setiap tempat pemberhentian di jalan tol pasti tersedia WC. Wac-nya pun bersih dan wangi. Jempol buat Swiss. Meski harus membayar vignette tahunan, dengan kondisi jalanan serta prasarana ciamik, rasanya tak rugi membayar untuk bisa berkendara di sana.