Berlayar di Antara Dua Benua

Berlayar di Bhosporus Turki
Selat Bhosporus

Satu kota, dua benua. Di tengah membujur Bosporus, selat penghubung budaya timur dan barat. Jika kota-kota besar dunia punya sungai pembelah kota, Istanbul lebih istimewa. Ia punya selat penghubung Eropa dan Asia sepanjang 30 km. Banyak orang percaya, Bosporus adalah selat terindah di dunia. Sesingkat apapun kunjungan kita di bekas Konstantinopel, tiada lengkap jika tidak menilik Bosporus.

Orhan Pamuk, peraih nobel literatur asal Istanbul mengakui, kota ini kuat karena Bosporus. Menurutnya, saat Istanbul mengalami kemiskinan, kekalahan, dan kemunduran, Bosporus tetap hidup dalam kebahagiaan.

Bogaz, demikian orang Turki menyebut Bosporus, adalah nadi kehidupan kota. Ia berada di antara dua lautan : Laut Tengah dan Laut Hitam. Setiap hari, jutaan orang menyeberanginya. Baik dengan moda feri, maupun menyeberang jembatan-jembatan besar dengan kendaraan bermotor. Mereka bekerja di sisi Eropa, namun tinggal di bagian Asia Istanbul yang lebih murah. Sejak zaman Usmani, Bosporus tak hanya dikenal karena kecantikannya. Namun juga sebagai lokasi strategis untuk membangun istana, benteng, dan rumah musim panas (yali).

Banyak cara menikmati Bosporus. Dari darat maupun dari atas perairan biru. Jika menyewa mobil sendiri, bisa menyusuri jalan raya tepat di tepi laut. Antara dua benua, dihubungkan oleh dua jembatan panjang. Di daerah Ortaköy dan dekat benteng di Rumelihisari. Jika bosan, bisa berhenti di dekat bekas istana, dan taman-taman hijau di pinggir laut. Lalu mencicipi hidangan laut di desa-desa seperti Besiktas, Ortaköy, Beylerbeyi dan Arnavutköy.

Cara murah menikmati Bosporus di perairan adalah dengan naik kapal feri. Feri adalah salah satu angkutan umum Istanbul. Ia termasuk dalam sistem transportasi umum dalam kota. Tarif sekali jalan 3 lira (sekitar Rp. 15.000,-). Kalau punya Istanbulkart, lebih murah. Ada lebih dari 30 pemberhentian jika kita ingin menikmati desa-desa dan atraksi wisata di pinggiran Bosporus. Bila hanya punya waktu terbatas, bisa ikut tur saja. Ada tur pendek (sekitar 2 jam) dan tur panjang (hingga 5 jam).

Sandwich ikan Istanbul
Penjual sandwich ikan

Di Eropa, feri tur bersandar di daerah bernama Eminönü. Salah satu tempat terkenal Istanbul. Ia dekat dengan Yeni Camii, sebuah masjid cantik dengan tatanan keramik ciamik di interiornya. Sebuah terminal bus dalam kota menjadikan tempat ini selalu ramai. Belum lagi di sini kita mencicipi balik, sandwich ikan yang ikannya dibakar dan dijual di atas perahu-perahu bergoyang di tepi Bosporus. Di Asia, orang bisa ikut tur dari pelabuhan Uskudar.

Mengikuti tur pendek seharga 10 lira, kita akan berlayar dari Eminönü hingga jembatan di Rumeli Hisari lalu kembali lagi. Tur panjang bertarif 25 lira. Kita akan diajak berlayar zigzag menyusuri sisi Asia dan Eropa Bosporus untuk berganti panorama sampai area dekat Laut Hitam. Di tempat tertentu, kita diperbolehkan turun dari feri untuk memotret.

Bosporus adalah selat paling sering dilalui kendaraan air di dunia. Setiap tahun tak kurang dari 55000 kendaraan air melewati selat ini. Tak heran jika sepanjang perjalanan kita akan bertemu dengan kapal tanker, kapal bermuatan peti kemas, kapal ikan, yacht mewah, kapal pesiar, feri,hingga perahu milik pribadi. Laut sempit dengan lebar antara 700 m – 3,2 km ini juga salah satu yang paling berbahaya. Arus kencang datang tak terduga.

Hiruk pikuk Istanbul segera sirna ketika feri mulai meninggalkan pelabuhan. Sebagai gantinya, burung camar menjerit-jerit menemani perjalanan. Angin laut berembus kencang. Siapkan jaket saat berlayar. Namun jika tak mau kedinginan, masuk saja di dek bawah yang tertutup.

Ubur-ubur berenang dalam gerombolan kecil. Jika berlayar bersama anak-anak, mereka bungah melihatnya. Konon, orang bisa melihat lumba-lumba menari di Bosporus. Di atas perairan terlihat perbukitan Istanbul yang berubah menjadi permukiman bagi 15 juta penduduknya. Minaret masjid menjulang di sana-sini. Penjual teh lalu lalang menjajakan minuman hangat favorit orang Turki dalam gelas-gelas kecil. Dua lira segelas. Lebih mahal dibanding harga selira di warung di daratan. Peserta tur memotret tiada henti.

Tak lama atraksi wisata dan gedung bersejarah menyeruak dalam pandangan. Tiada jauh dari pelabuhan adalah Istana Dolmabahce. Tempat tinggal para sultan Dinasti Usmaniyyah sejak abad 19. Kesan kuno dan megah segera kita tangkap dari kontruksi panjang berwarna putih ini. Setelahnya, bangunan mewah Istana Ciragan, sekarang beralih fungsi menjadi hotel mewah. Di ketinggian, berdiri pula Istana Yildiz, kediaman sultan pemalu, Abdul Hamid II.

Sebuah masjid mini dua menara di Ortaköy merupakan salah satu obyek foto favorit para turis, menjelang jembatan Bosporus pertama. Titik terdalam dan berarus kencang ada dekat desa nelayan Arnavutköy. Di sebuah teluk kecil, yali cantik kita lihat di Desa Bebek. Sebelum jembatan kedua ada dua benteng di kedua sisi Bosporus. Rumeli Hisari di Eropa. Serta Anadolu Hisari, dibangun oleh Sultan Beyazid I  di abad 14 sebelum penyerbuan ke Konstanstinopel. Anak-anak biasanya lebih tertarik akan laut dibanding atraksi sejarahnya. Mereka menirukan pekik camar, sibuk menghitung ubur-ubur yang dilewati kapal, atau memperhatikan buih-buih lautan hasil karya propeller kapal. Melayari Bosporus, sungguh tak membuat bosan.

5 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: