Satu lagi museum bagus di Bremerhaven. Bertema migrasi manusia, Deutsche Auswandererhaus namanya. Letaknya sangat dekat dengan pusat kota.
Migrasi warga Eropa ke negeri baru memiliki sejarah panjang dan penuh warna. Sejak pertengahan abad 19, jutaan warga Eropa melakukan migrasi besar-besaran, terutama dengan tujuan Amerika Serikat dan Kanada. Di awal abad 20, sekitar 70 juta orang melakukan eksodus dari Eropa, baik karena alasan sosial, politik, maupun ekonomi. Bremerhaven, kota pelabuhan yang baru didirikan tahun 1827 oleh walikota Bremen, Johann Smidt (1773-1857), merupakan salah satu pelabuhan pintu keluar para emigran. Tercatat lebih dari 7,2 juta orang bermigrasi antara tahun 1830 hingga 1974 melalui Bremerhaven. Sekitar 3,7 orang berasal dari Jerman, 3,4 juta dari Eropa Timur dan Tenggara dan sisanya dari Skandinavia.
Deutsche Auswandererhaus dibangun di tepi Pelabuhan Baru Bremerhaven, tempat kapal-kapal pengangkut emigran dulunya membawa mereka ke dunia baru. Museum tiga lantai ini baru selesai direnovasi dan dibuka kembali sejak 8 Agustus 2005 lalu. Museum yang memiliki ruang pamer seluas 2.200 meter persegi ini dilengkapi dengan berbagai macam media elektronik, sehingga pengunjung bisa mengetahui lebih jauh tentang sejarah perpindahan manusia ke dunia baru.
Setelah melakukan registrasi melalui resepsionis, setiap pengunjung akan dibekali sebuah kartu pass. Kartu ini nantinya dapat digunakan untuk membaca dan mendengarkan sejarah, cerita, maupun pengalaman para emigran melalui media elektronik yang ada.
Perjalanan di dalam Deutsche Auswandererhaus dimulai di sebuah rekonstruksi Wartehalle atau Ruang Tunggu bagi penumpang kelas tiga, lengkap dengan tungku pemanas jaman dulu di Pelabuhan Baru Bremerhaven. Melalui sebuah pengeras suara, diperkenalkan sedikit tentang sejarah Bremerhaven sebagai kota pelabuhan dalam bahasa jerman dan inggris. Di dalam ruang ini terdapat beberapa gambar litografi, menggambarkan Pelabuhan Lama dan Baru Bremerhaven di pertengahan abad 19. Ruang Tunggu pertama milik Norddeutsche Lloyd (NDL) dibangun pada tahun 1869.
Setelah pengenalan usai, terbuka sebuah pintu di samping Ruang Tunggu. Di luarnya, terlihat sebuah tangga kayu kusam menuju bagian atas museum, mengantarkan kita ke dermaga pelabuhan. Atmosfir berbeda segera saya rasakan ketika memasuki dermaga. Angin dingin berhembus pelan, menggambarkan suasana pagi hari di pertengahan abad 18. Di tepi dermaga, terlihat dinding Kapal Uap “Lahn” yang sedang bergoyang karena ombak. Beberapa orang (aslinya adalah kumpulan patung) bergerombol di sana. Koper-koper dan barang bawaan lainnya bertumpuk di dekatnya. Seorang pekerja pengangkut barang duduk di sebuah sudut.
Di sepuluh tahun pertama sejak pelabuhan dibangun, sekitar 10.000 orang meninggalkan Eropa melalui Bremerhaven setiap tahunnya. Saat itu, seringkali sebagian besar dari mereka mesti berminggu-minggu menunggu kapal layar yang akan merapat ke dermaga, dengan kondisi sanitasi yang buruk. Mereka seringkali menjadi sasaran penjambret dan pencuri. Untuk menolong mereka dari keadaan menyedihkan ini, dibangun Auswandererhaus (Rumah Emigran) di tahun 1850. Gedung ini dulunya merupakan gedung terbesar di Bremerhaven dan menawarkan tempat menginap bagi hingga 2000 orang. Bisnis emigrasi segera tumbuh dengan pesat, pelabuhan diperluas. Tahun 1854, Bremerhaven dipenuhi oleh hampir 77.000 gang bagi para emigran dan menyalip Le Havre, menjadikannya sebagai Pelabuhan Emigran terbesar di Eropa saat itu.
Berikutnya, dengan papan penunjuk berbahasa jerman dan inggris, kita dipandu memasuki jantung museum, bernama Galerie 7 Millionen atau Galeri 7 Juta. Galeri ini terdiri dari banyak sekali laci kayu berisi sekitar 2000 data dan pengalaman para emigran dari masa ke masa. Salah satu contoh adalah biografi Löb Strauss yang meninggalkan Jerman tahun 1847, dan enam minggu kemudian sampai ke Amerika Serikat dengan nama Levi Strauss – dan disana menjadi terkenal di seluruh dunia karena celana katun buatannya.
Dengan menggesekkan kartu pass yang kita miliki ke sebuah media audio yang tersedia, kita juga dapat mendengarkan berbagai alasan yang melatarbelakangi mereka menyeberangi lautan menuju negeri baru.
Pada abad 19, terjadi ledakan penduduk yang cukup signifikan di Jerman, akibat tingginya angka kelahiran dan bertambahnya usia harapan hidup. Sementara itu, lapangan pekerjaan jauh berkurang akibat industrialisasi. Kedua faktor ini menyebabkan krisis ekonomi tingginya angka pengangguran, kemiskinan dan kelaparan. Mereka kehilangan harapan akan kehidupan yang lebih baik di negerinya sendiri. Sementara itu, cerita-cerita dari mereka yang telah sukses setelah bermigrasi ke Amerika, semakin memperkuat tekad untuk mencari kehidupan yang lebih baik di negeri baru.
Sejak tahun 1933 hingga 1941, sebagian besar orang meninggalkan Eropa akibat perang. Sekitar 278.000 dari sekitar 530.000 orang Yahudi meninggalkan Jerman pada masa tersebut. Namun, hanya sedikit yang dari mereka memilih Bremerhaven sebagai pintu keluar, karena ketatnya üpengawasan oleh pemerintah disana. Setelah perang dunia kedua, banyak pengungsi, tawanan perang, bekas penghuni kampf konsentrasi Nazi dan mereka yang kehilangan tanah air dipindahkan ke negeri baru.
Dari Galeri 7 Juta kita dipersilahkan menaiki “kapal”, yakni ruangan museum di lantai tiga yang didesain mirip kapal laut. Dari luar ruangan, terlihat kabin-kabin kapal di sebelah kanan, sementara di sebelah kiri adalah banyak jendela dengan pemandangan laut lepas. Berada di dalamnya serasa berada di sebuah kapal yang sesungguhnya.
Perkembangan teknik pelayaran dari kapal layar ke kapal uap mengubah kondisi pelayaran mengarungi Atlantik. Pelayaran berbahaya dan memakan waktu berminggu-minggu berganti menjadi pelayaran cepat dan nyaman.
Di dalam “kapal”, perjalanan dimulai di ruang kelas tiga kapal layar Bremen, kapal uap Lahn dan kapal uap cepat Colombus. Di ruang kabin pertama terlihat suasana dek sebuah kapal layar Bremen yang mulai berlayar tahun 1854. Untuk sampai ke seberang samudera, diperlukan waktu antara 6 hingga 12 minggu. Kapal layar penuh ini mulanya digunakan untuk mengangkut komoditi seperti kapas, tembakau dan teh dari Amerika ke Eropa. Agar tak pergi dengan keadaan kosong, sebagian gudang kapal disewakan kepada para emigran. Keadaan kapal berkapisitas 250 penumpang ini menyedihkan. Banyak emigran menderita penyakit akibat kurangnya sanitasi dan persediaan makanan di atas kapal.
Pada pertengahan abad 19, mulai dibuat kapal uap. Tak tergantung angin dan cuaca, kapal ini dapat sampai di tujuan dengan lebih cepat. Delapan hingga 15 hari diperlukan untuk berlayar dari Eropa menuju Amerika. Keadaan di dalam kapal lebih baik dibanding kapal layar. Dalam satu kabin kapal, berisi belasan tempat tidur penumpang.
Sejak tahun 1890-an, campuran baja mulai digunakan dalam pembuatan kapal, sehingga orang dapat memproduksi kapal lebih besar. Kemajuan pembuatan mesin juga menyebabkan pelayaran samudera menjadi lebih cepat. Sekitar lima hari diperlukan untuk berlayar dari Bremerhaven ke New York.
Tujuh puluh persen emigran asal Eropa memasuki Amerika Serikat melalui New York. Hingga tahun 1875, setiap orang bisa memasuki Amerika dengan bebas. Dengan makin melonjaknya jumlah imigran, pemerintah Amerika memberlakukan peraturan secara lebih ketat. Namun hanya dua hingga tiga persen imigran mesti kembali ke negara asalnya antara tahun 1892 hingga 1954. Ellis Island, alias pulau air mata, adalah stasiun emigran terbesar di Amerika Serikat. Sebanyak 24 juta emigran melaluinya saat masuk negeri ini antara 1892 hingga 1954. Disini dilakukan formalitas kontrol terhadap para emigran. Setelah diperiksa kesehatannya, setiap emigran disodori bebarapa pertanyaan pribadi, sebelum disahkan sebagai warga baru Amerika Serikat.
Bisnis emigrasi mulai meredup di awal tahun 1960-an, saat kapal laut tak lagi menjadi primadona transportasi. Fungsinya mulai digantikan pesawat terbang, yang dapat sampai ke tujuan dengan lebih cepat dan murah. Di tahun 1972, rute pelayaran Bremerhaven – New York berakhir. Dan dua tahun kemudian, berlayar kapal laut pengangkut imigran terakhir dengan tujuan Australia.
“Pelayaran” selama dua jam ke Amerika di Deutsche Auswandererhaus pun usai tanpa terasa. Ilusi perjalanan seorang manusia menuju dunia baru ditampilkan dengan cukup apik disini. Selain ruang pamer, museum ini juga menyediakan fasilitas berupa bioskop mini, dan Forum Migrasi untuk mencari jejak seorang emigran dan mencari arti nama keluarganya, serta memperlajari perkembangan perpindahan manusia secara global.
Di lantai dasar gedung museum, terdapat sebuah kafe yang menghadap langsung ke Pelabuhan Baru. Dari sana kita dapat memandang beberapa perahu yang sedang ditambatkan di dermaga. Bagi anak-anak, disediakan Kid’s World, ruang bermain bertema Amerika.
Mau donk ..
kapan ya ane maen kesana…
nice post !!
Athlon 64