Kemarin malam, di suatu hari di bulan Oktober, dalam perjalanan berkereta api dari Duren menuju Bremen, sebuah kejadian tak terduga tak menyenangkan terjadi. Tepat sebelum kereta api berangkat, datang sebuah pengumuman bahwa keberangkatan kereta ditunda hingga waktu tak ditentukan. Seseorang atau sekelompok orang telah dengan sengaja meletakkan beberapa benda berbahaya seperti batu, besi dan kayu di atas jalur rel kereta api. Satu tindakan tak bertanggung jawab yang bisa membahayakan nyawa banyak sekali orang. Kabarnya, jalur ditutup sebab pak polisis sedang menyelidiki kasus tersebut.
Di depan kami, dua kereta api mengantri untuk lewat duluan dari stasiun Duren. Satu Thalys dari Paris dan satu S-Bahn. Belum lagi kereta-kereta dari arah berlawanan. Emak mulai cemas, sedangkan Bapak bergegas ke mesin otomat. Mencetak jadwal kereta api selanjutnya menuju Bremen. Hari sudah menunjukkan pukul setengah delapan lebih. Sedangkan kereta sambungan dari Cologne akan berangkat tepat pukul 20:11 waktu setempat.
Hasil cetakan jadwal kereta api lanjutan tak membuat kami bahagia. Kereta berikutnya menuju Bremen, berangkat sekitar pukul sepuluh malam. Sambung-menyambung dua kali lagi, dan baru sampai tiba di kota itu hampir pukul enam keesokan paginya. Tentu saja sudah terlambat untuk check in dan naik pesawat Ryanair ke Kaunas, Lituania. Emak bukan cemas lagi, tapi sudah dalam tahap kehilangan harapan untuk terbang keesokan harinya. Terbayang hangusnya tiket pesawat dan bus, dan hotel yang telah dipesan. Petugas pengontrol tiket, awalnya terlihat tak terlalu bersemangat membantu ketika Bapak menanyakan solusi padanya. Mungkin karena bingung harus melayani pertanyaan banyak penumpang lain dalam kereta tersebut.
Pasrah, kami hanya menunggu dalam kereta sambil menemani anak-anak. Doa-doa kami panjatkan. Berusaha menata hati, meyakinkan diri, kalau sudah kehendak-Nya kami batal berlibur, mungkin akan ada hikmah lain bagi kami.
Sekitar pukul delapan malam, kereta mulai bergerak dari Duren. Lambat dan sudah tak mungkin tiba disana sebelum kereta api cepat lanjutan kami berangkat. Paling cepat, perjalanan kereta api kesana memakan waktu setengah jam. Dan menurut petugas tadi, kereta cepat ICE tersebut tak bakal menunggu penumpang dari kereta api yang terlambat.
Ketika Bapak petugas lewat lagi dan melihat kami membawa dua anak kecil kelihatannya beliau tersentuh. Serta merta beliau sibuk mencari informasi tentang kemungkinan kami mendapatkan kereta api sehingga tiba tepat waktu di Bremen. Lama beliau mengecek berulang-ulang buku jadwal perjalanan miliknya. Meski hasilnya nihil, beliau menyarankan agar kami segera menghubungi bagian informasi Deutsche Bahn (Perumka Jerman) sesampainya di Cologne. Siapa tahu mereka bisa memberi anda taksi untuk melanjutkan perjalanan.
Kami melakukan seperti saran beliau. Dengan berharap cemas, ikut mengantri di barisan panjang penumpang butuh informasi lainnya. Seorang ibu berbadan besar namun terlihat ramah menawarkan bantuannya. Kami terangkan apa yang terjadi. Dengan cekatan beliau langsung berkutat dengan komputernya. Mencarikan alternatif jalur kereta lain bagi kami. Lama beliau melakukannya. Sambil sesekali menelpon ke stasiun-stasiun lain. Hingga lima belas menit lebih kami berdiri di situ. Membuat antrian di belakang kami semakin panjang saja.
Tak lama kemudian, dua orang penggede perusahaan kereta api Jerman, Deutsche Bahn, datang. Seorang manajer dan seorang bos lagi. Beliau menandatangani secarik kertas bahwa kereta kami sebelumnya terlambat. Dua orang penggede itu yang kemudian membantu petugas informasi untuk memperpendek antrian.
Ibu petugas informasi kemudian menyerahkan kertas dari manajer, sambil menerangkan kemungkinan jalur kereta alternatif kami malam itu. Kami akan naik ICE arah Hannover. Beliau sudah menelpon Hannover agar kereta terakhir menuju Bremen menunggu kami di stasiun. Kalau kereta tak menunggu juga, kata beliau, anda akan mendapatkan taksi menuju Bremen dari petugas informasi di Hannover.
Syukurlah. Kami lega. Ada solusi dari pihak Deutsche Bahn. Emak yang sempat pesimis langsung bersyukur dan mulai ceria kembali saat naik ke ICE arah Hannover.
Benar juga, kereta terakhir menuju Bremen menunggu kami di stasiun Hannover. Kami tidak enak juga sebenarnya dengan penumpang lain telah menyebabkan kereta ini telat sekitar 10 menit. Alhamdulillah, Dia masih memberi kesempatan kami berlibur. Bravo Deutsche Bahn! Atas usahanya memberikan layanan baik bagi penumpang.
wah.. salud deh….. travelingnya dah nyampe manca negara…..
salam kenal yah…. aku minta izin pasang link blog ini…
semoga bisa gantian… tq b4
ok silakan.. trims tlah mampir, ya…
DB pancen oye! *meski sering IC Bremen-Köln selalu telat* hehehehe
[…] Setelah sempat kebat-kebit akibat keberangkatan kereta api dari rumah yang sempat tertunda dan menyebabkan kehebohan di malam sebelumnya, kami terbang menuju Kaunas di liburan musim gugur […]
[…] bagian ini bertahun lalu. Karena hanya mampir beberapa jam, kami tak dikenakan biaya tambahan oleh Deutsche Bahn, perusahaan kereta api Jerman yang kami tumpangi. Baru sekali itu kami sempatkan diri menyaksikan […]
[…] menjadi dua. InterCity (IC) dan InterCity-Express (ICE). InterCity dibandrol lebih murah oleh Deutsche Bahn, Perumka Jerman. Ia melewati lebih banyak stasiun dibanding ICE. Penampakan ICE pun terkesan lebih […]
[…] Farid, Mas JJ, Sese, dan Wilda. Berawal dari penawaran tiket murah Hamburg – Kopenhagen dari Deutsche Bahn, perusahaan perkeretaapian Jerman. Empat puluh lima euro per orang, bolak-balik. Kami beli sebulan […]