Tak ada tempat parkir mobil kosong di zone merah, dimana kami mendapatkan tempat untuk membangun tenda. Ada satu tempat kosong di dalam areal perkemahan. Berpuluh meter jauhnya. Tak apa. Daripada harus memarkir mobil di luar sana.
Tak seperti kebanyakan tempat berkemah di Eropa, Zeeburg buka sepanjang tahun. Mungkin sebagai kompensasi dan alternatif murah bagi penginapan di Belanda bertarif membumbung setinggi awan. Lagipula, mereka tak hanya memiliki tanah kosong untuk memasang tenda. Melainkan pula punya wagonette, gerbong penginapan mini. Serta beberapa kabin. Terbuat dari kayu, dicat dengan warna-warna ceria. Masing-masing bisa digunakan untuk 1 hingga 4 orang.
Gedung resepsionisnya berbahan kayu berwarna oranye. Ada supermarket kecil di dalamnya. Tempat orang membeli makanan, susu, dan pernik-pernik kebutuhan selama berkemah. Orang bisa menggunakan internet gratis di area ini. Di seberang ada pub. Buka saat makan siang dan malam. Ada musik live-nya juga. Saat itu, Piala Eropa sedang berlangsung. Mereka menyiarkan secara langsung di pub. Di antara gedung sanitasi /MCK ada persewaan sepeda dan kano/kayak.
Berbeda dengan Camping Magali di Cote D’Azur, mobil pribadi tak bisa diparkir dekat tenda. Bumi perkemahannya dibagi menjadi beberapa zone. Ada zone khusus caravan. Dan khusus tenda. Tak ada pembatasan jelas antar tenda. Jadi satu tenda bisa diisi banyak sekali tenda. Jaraknya relatif berdekatan. Sebuah nomor dari resepsionis wajib dipasang di tenda dan di dalam mobil.
Harga menginap per malam, dihitung berdasarkan jumlah orang. Mobil tambah 5 euro per hari. Mandi tak gratis. Harus beli koin khusus di gedung resepsionis. Perkemahannya tampak padat. Sebagian besar anak-anak muda. Ada yang sendirian, berpasangan, maupun berkelompok. Ada pula keluarga seperti kami. Tapi tak banyak. Para orang tua, lebih banyak menunggui zone karavan. Kami perhatikan, banyak sekali mobil berplat inggris di tempat ini.
Camping Zeeburg berada di satu daratan dikelilingi perairan. Jika cuaca cerah dan panas, pasti tempat ini sangat mengasyikkan. Perairan di bagian depan adalah sarana transportasi air. Banyak kapal-kapal barang lalu di sini. Di belakang adalah perairan yang terhubung dengan IJMeer. Yang kemudian terhubung dengan Markermeer, perairan luas di sekitar Amsterdam dan kota-kota di sekitarnya. Tak heran jika perkemahan ini memiliki tempat persewaan perahu.
Cuaca tak terlalu bersahabat ketika kami di sana. Angin berhembus sangat kencang. menderu-deru. Suaranya bertambah kencang ketika menghantam pepohonan.Juga suara bebek-bebek di tepi danau. Kami mendirikan tenda di anatar deruan angin. Malamnya hujan deras menyapa. Hingga keesokan harinya, Sabtu, hujan dan angin kencang masih saja menghajar Amsterdam.
Kami banyak habiskan waktu di dalam tenda. Menunggu hujan reda. Mau jalan-jalan ke pusat kota pun malas. Tenda kami, untungnya tahan hujan. Karena cuma kemah akhir minggu, kami bawa tenda ukuran kecil. Seruangan. Keruntelan, kata orang Jawa. Makan, minum, main, tidur, bercanda. Semua di satu ruangan berukuran sekitar 2×2 meter persegi ini. Masak saja kami lakukan di luar.
[…] (Bersambung) […]