Bursa atau Edirne? Itu kota pilihan kami selain muter-muter Istanbul. Pengennya sih dua-duanya didatangi. Mumpung ongkos bus murah meriah dapet snack dan minum gratis pula. Ah, enaknya….
Sayangnya waktu seminggu gak cukup buat jalan-jalan, motret, wisata kuliner, di negeri impian ini. Banyak sekali peninggalan sejarah, reliji, dan makanan yang kudu dicicipi. Bahkan, seminggu itu pun rasanya Istanbul masih banyak yang belum kami tengok. hiks… *mikir-mikir buat tinggal di Turki.*
Edirne dan Bursa sama-sama ada keunggulannya. Bursa sebagai ibukota tertua Usmani. Edirne punya Masjid Selimiyye, maha karya Mimar SInan yang sungguh-sungguh megah. Bursa kami pilih, karena dekat Sakarya. Ya sekalian bareng keluarga Mbak Nur, teman di Sakarya. jadilah kami berombongan dalam satu mobil. Mampir Iznik dulu sebentar. Baru ke Bursa.
Ramai sekali kota ini. Cuacanya juga hangat hari itu. Katanya kota terbesar keempat di Turki. Kota industri juga. Masuk pinggiran kota, dari kejauhan terlihat pusat Bursa, seperti di pundak gunung.
Kami berdelapan. Dua balita. Kemana-mana jalan kaki. Parkir dekat Majid dan Makam Hijau. Terus ke arah Ulu Camii, bazar dan makam kedua pendiri dinasti, Osman Gazi dan Orhan Gazi.
Baik Masjid Hijau dan Ulu Camii beda arsitekturnya dengan masjid-masjid Istanbul yang kubahnya meraksasa. Keduanya terlihat sederhana dari luar. Bagian dalamnya sama-sama cantik, luar biasa. Di Masjid hijau berhias tatanan keramik, di Ulu Camii berhias kaligrafi menawan.
Emak sempat tepekur sejenak di makam Osman Gazi. Kompleks makamnya luas. Namun hanya kami yang masuk bangunan utama makam. Emak mikir, dulu Osman Gazi pernah membayangkan gak ya, Turki Usmani bakal sangat besar, kekuasaannya sempat meliputi 3 benua?
Lagi di Bursa, tak boleh lupa wisata kuliner. Ada Iskender kebab yang kemasyhurannya sudah lintas dunia. Di rumah makan Istanbul hampir selalu ada. Di Jerman banyak yang jual. Tapi di tempat asalnya lebih juara. Sampai sekarang pun masih terasa nikmatnya di ujung lidah. *ludah mulai netes*
Meski cuma sehari, banyak sekali kenangan di sini, deh. Oh ya, pas mau balik ke Sakarya, ban mobil ternyata bocor. Kedua Bapak bersibuk-sibuklah ria mengganti dengan ban cadangan. Mana sudah gelap pula. Untung di sana gak terlalu dingin. Anak-anak pun masih semangat lari-lari dan tak rewel. Sampai Sakarya, tengah malam, telerlah kami semua… 🙂
Emak tuliskan petualangan di Bursa buat Majalah Chic. Alhamdulillah langsung ditanggapi positif. Dimuat di edisi 155, edar mulai 27 November 2013.