“Tak pelu khawatir kalau ke Doha, insyaaallah semua makanan di sana halal,” ujar seorang kawan yang pernah tinggal di Doha. Jelas kami tak khawatir tentang kualitas makanan di sana. Yang kami khawatirkan saat mau makan siang hari itu di Doha adalah, apa kami bisa membayar pakai kartu kredit atau kartu debit? Stok uang lokal kami sangat terbatas. Sementara kami sedang lapar plus malas menukar uang atau menarik di ATM.
Di Souq Waqif, berderet-deret tempat makan. Dari berbagai bangsa. Bahkan ada resto makanan Georgia. Pas ke Georgia bertahun lalu, kami sempat sekali makan di salah satu resto lokal, tapi lupa rasanya bagaimana. Di sana, kami malah sering ke resto makanan Persia. Setelah muter ke beberapa tempat makan, kami masuk ke satu restoran masakan tradisional. Alhamdulillah salah satu mas petugas bisa berbahasa Inggris. Bisa bayar pakai kartu kredit, katanya.
Resto ini sangat luas, terdiri dari dua lantai dan bisa memilih mau di courtyard terbuka atau milih ruang lebih privat. Masnya mempersilakan kami melihat beberapa ruangan. karena siang itu agak sepi pengunjung, kami bebas mengintip beberapa ruangan. Pilihan jatuh ke satu rungan dengan sekat. Sepertinya bisa dipakai dua keluarga sekaligus. Ruangannya ber-AC. Dingin. Lama-lama, kedinginan juga sebab kami pakai baju tipis biar ndak terlalu kepanasan di luar.
Tempat duduknya bukan berupa bangku-bangku. Melainkan bantal-bantal panjang dan tebal. Mirip sofa pendek. Bisa buat alas duduk, bisa pula buat sandaran. Oh ya, ruangan ini dialasai karpet. Anak-anak langsung meminta password wifi. Internetnya kenceng. Asyik bisa interneten sebentar sebelum makanan datang.
Oh ya, rumah makan ini punya banyak sekali dekorasi. Ada beberapa macam kain, temboknya bertuliskan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab. Ada pedang, lampu, hiasan dinding, dan lain sebagainya. Meski banyak dekorasi, masih terlihat fine, tidak berlebihan. Dindingnya didominasi warna putih. Toiletnya bersih dan wangi.
Karena ndak terlalu paham makanan lokal, kami meminta tolong mas pramusaji menerangkan menu apa saja. Kami pilih beberapa. Tidak yakin seberapa banyak porsinya, kami tidak memilih terlalu banyak macam makanan. Sup, semacam nasi kebuli dengan daging ayam dan daging kambing, serta salad. Sesaat sebelum makanan dan minuman datang, seorang mas pramusaji menghamparkan alas kertas di atas karpet. Praktis, yah, Jadi lebih mudah membersihkan sisa makanan yang tercecer nantinya.
Nyatanya porsi makanan di sini ndak terlalu besar. Tapi cukupan lah buat berempat. Rasa masakan oke punya. Gurih, tapi ndak bikin eneg, serta bumbu tidak terlalu strong. Paling enak nasi plus ayam yang dimakan dengan saus merah, sepertinya saus tomat. Keluarga pelancong keluar dengan hati gembira. Seneng juga udah bisa merasakan masakan lokal di tempat lumayan unik kayak gini.
Menerka merka menu nasi antara nasi biryani, nasi mandi, atau nasi tomat ini makanan khas Arab
Lali aku ndak nyimak jenenge.