Salah satu warisan budaya Turki Utsmani yang sangat disukai, popular di Eropa hingga masa kini adalah tradisi minum kopi. Tak hanya tetap lestari, tradisi ini berkembang tak hanya di Eropa, melainkan pula hingga seluruh pelosok dunia. Di Skopje, kita bisa menemukan Turkish coffee hampir di setiap kafe mau pun rumah makan.
Konon, saat bala tentara Turki Utsmani meninggalkan tenda-tenda mereka setelah Battle of Vienna di tahun 1683, mereka meninggalkan pula berkarung-karung biji kopi. Rampasan perang berharga tersebut kemudian diolah menjadi minuman yang menjadi sangat populer di benua biru. Dimulai dari kaum ningrat, kemudian diminum pula oleh rakyat kebanyakan.
Makedonia Utara, sebagai salah satu bekas wilayah Turki Utsmani pun masih mewarisi tradisi minum kopi ini. Bahkan saat perang Bosnia berlangsung, warga masih mengusahakan untuk membeli kopi di hari raya, meski dengan harga sangat mahal.
Pagi hari, kami biasanya sarapan ditemani secangkir dua cangkir kopi instan di hotel. Kala makan siang, kami kadang membeli secangkir kopi sebagai pencuci mulut. Sekali kami ke kedai kopi tradisional Turki, Ottoman kfe, di salah satu pengkolan kota tua Skopje, Makedonia Utara.
Beberapa kali kami melewati kafe unik ini. Ia dikunjungi turis mau pun warga lokal. Setting tempat duduknya unik. Kursi maupun mejanya pendek-pendek, beda dengan kafe kebanyakan. Bangkunya berlepis kain beledu warna-warni. Mejanya juga ditutup taplak dengan kain handmade berwarna ceria. Mereka hanya menjual minuman: kopi dan teh Turki, limun, dan minuman penyegar modern di dalam lemari pendingin di dalam kafe. Tempat duduknya berada di dalam maupun luar ruangan. Indoor, hanya beberapa tempat duduk saja. Lebih enak di luar, karena di sana, orang masih relatif bebas merokok di dalam ruangan.
Ketika memesan kopi, bapak pramusajinya bertanya, apakah kami mau pakai gula atau tidak. Kopi dimasak di wadah khusus di atas pasir panas. Pas datang, langsung jauh cinta ama wadah kopinya. Imut, setinggi 7 cm-an. Cakep banget. Terbuat dari logam berwarna keperakan. Kopi panas disajikan satu set dengan segelas air putih (sparkling water) dan sepotong kecil lokum, manisan Turki berbentuk jeli padat.
Entah apa beneran dikasih gula atau karena saking pekatnya, kopi Emak terasa sangat pahit. Kental banget. Airnya sangat sedikit dibanding seduhan kopi biasa. Saking pekatnya, setelah minum seteguk, sebagian bubuk kopi terasa menempel di sela-sela gigi. Harga secangkir mini kopi Turki di sini 70 denar Makedonia, sekitar Rp. 17.000,- Lumayan buat nambah pengalaman di bidang peminuman kopi.