Anggota pengajian kecil kami sudah lama ingin tadabbur alam beramai-ramai. Kami ingin melakukan tagesausflug alias rihlah seharian saja. Ada dua pilihan kegiatan: main kano atau wanderung (jelajah alam).

Cuaca awal bulan ini sempat lumayan cerah dan hangat. Akan tetapi, di akhir minggu, eh tiba-tiba hujan datang. Atau ramalan cuaca mengatakan, bakal terjadi angin kencang. Karena aktifitas ini melibatkan anak-anak, kami ingin melakukannya saat cuaca lebih bersahabat.
Akhir minggu lalu, kembali ramalan cuaca mengatakan akhir minggu kurang bersahabat. Akan terjadi hujan gerimis, dan mendung. Suhu udara di siang hari katanya sekitar 17Β°C. Lumayan lah. Bearable. Tidak mau menunggu lebih lama, kami sepakati untuk main kano hari Sabtu lalu.
Ada banyak pilihan tempat olah raga kano santai di sekitar tempat tinggal kami. Bisa pilih mau kano di danau atau di sungai. Di Belgia selatan, di wilayah Wallonia, tersedia berbagai pilihan sungai: La Semois, La Lesse, Ourthe. Semuanya punya operator kano dan kayak.
Kira-kira dua tahun lalu, keluarga pelancong dan satu sahabat keluarga pernah mencoba dayung di La Lesse. Ada dua panjang trayek ditawarkan: 21 km dan 12 km. Waktu itu kami pilih panjang 21 km. Sebab titik start-nya dekat sekali dengan tempat kami kemping. Ternyata, mendayung tanpa persiapan sepanjang 21 km itu bikin pegel sodara-sodara! hihihi. Mana dayungnya dari kayu dan berat. Kalau mau dayung lebih ringan mesti nambah 2 euro per dayung. Plus cuaca sangat panas dan kami bawa makanan sedikit sekali. Enam jam-an kami butuhkan untuk mendayung sepanjang itu.
Cuaca muram menyapa di pagi hari. Bahkan dalam perjalanan DΓΌren – Aachen, sempat hujan deras. Akan tetapi, tak kami biarkan hujan mengalahkan semangat bertualang. Satu setengah jam perjalanan dari Aachen ke Gendron, tak satu pun komplain mengenai cuaca. Kami pilih membicarakan hal-hal menyenangkan.
Kali ini kami pilih rute pendek, 12 km. Sungainya sama, La Lesse. Start dari Gendron. Ada setidaknya dua operator kayak di sini. Sampai di Gendron, sudah jelang tengah hari. Sepi sekali. Dan kayak dan kano masih menumpuk di tempat persewaan. Mereka tetap buka seperti biasa. Sepi, karena hanya orang berjiwa petualang seperti kami-kami ini yang rela mendayung berhujan-hujan. *nepuk dada*

Persiapan kali ini jauh lebih rapi dan matang. Tahu bakal bermain air basah, kami sudah sedia baju tahan air: jas dan celana hujan. Si Embak, anak pertama kami, tidak memiliki celana tahan air. Dia pilih pakai jas hujan rok. Yang lebih mirip sebuah mantel hujan. Bentuknya sangat modis. Lebih cocok dipakai saat jalan-jalan ke kota dibanding buat main kano. Berhubung punyanya itu, ya dimanfaatkan saja.
Masing-masing juga sudah sedia baju ganti. Dua tahun lalu, kami benar-benar gak siap. Gak tahu kalau bakal sekujur tubuh bakal basah kuyup kecipratan air. Basah sampai ke dalam. Untungnya waktu itu panas sekali. Tak lama, bajunya kering sendiri kena pancaran sinar mentari. Tapi baju dalam tetep basah.
Makanan bawaan juga lebih seru. Emak bawa somay dan nasi. Tante Lia membekal arem-arem dan bakwan serta tempe goreng tepung. Ada kue sus. Belum lagi doner kebab dan salad juga buah-buahan. Dijamin tak bakal kelaparan saat dan setelah mendayung.
Sampai di Gendron, rombongan kami tak langsung nyebur ke air. Rencananya, mobil mau diparkir di Anseremme, lokasi finish. Biar usai dayung kami bisa langsung pulang. Bapak-bapak pembawa mobil nantinya akan naik kereta api dari Anseremme ke Gendron. Jika sedang ramai pendayung, tersedia bus dari Anseremme ke Gendron dan Houyet. berhubung sepi, bus tak bisa diharapkan keberadaannya. Dan mereka ketinggalan kereta api pula. Jadinya, balik lagi pakai satu mobil. * halah, mbulet banget, sih*
Sambil menunggu, kami ngemil bekal dan foto-foto berlatar belakang kayak. Meski mungkin nantinya gak jadi dayung, yang penting kan sudah ada foto dekat sungai dan kayak. hehe.
Ternyata sepinya pendayung dan cuaca seperti ini menjadiΒ blessing in disguise buat kami semua. Apa itu? Tunggu cerita Emak selanjutnya! π
21km jauh banget. Abis mendayung lengannya langsung kayak Ade Rai :))
Jas hujannya si embak kebayang modisnya seperti apa π
mauuuu diajakin jugaaaa… lihat jas hujannya jadi inget pas jaman sekolah dulu..
Aaah. seruu.. main kano rame-rame. Di Batam juga musimnya gak jelas, mbak.. Biarpun panas, yang namanya jas hujan kudu siap di bawah jok.
@Mbak Rien: hihihihi.. lengan langsung gempal, Mbak… Yoi, Si Embak kemarin pendayung kano paling modis. π
@Ima: Ayooo, Ima.. Asyik banget loh mendayung rame-rame.
@Mbak Dee An: berarti di sana emang kudu bawa payung dan jas hujan ya, Mbak..
Oh, kanoan mba ira itu sama teman2 pengajian ya π
Eh jas hujan rok lagi ngehits banget disini juga π
Ngiri parah:) nggak pernah main kano bareng Keluarga. ITU so may masak deqe ta mbak? Has hujan memang penting, opo maneh kanggo kruci sing gampang loro. ITU jalur nano podo nang fotob efbe iku ta mbak ?
@Zahra: yup… minggu lalu kano-nya rame-rame ama temen ngaji, Zahra. Alhamdulillah menyenangkan. π
@Zulfa: Nang kene akeh kali karo danau. Dadi iso kanoan nyantai. Somay masak dhewe. Yoi, Zulfa. Foto sing wingi isih sakpaket karo sing iki. π
ewahhh..serunya main kano
Nang India akeh sungai Mbak, tapi yo ngunu, akeh sampah e, podo karo negeri tercinta. Beda karo daratan Eropa sing super bersih. memaksimalkan alam buat kegiatan outdoor. Kasih acungan jempol buat yang ini
@syukur: yup… alhamdulillah..
@Zulfa: iyo, yoo.. aku yo gilo nang pas pulkam kaline dadi cilik trus sampahe numpuk nang endhi2. Padahal zaman cilikanku gawe ambyur2an.. π
12 km dan tetep bersih itu mbak sungainya?
@Mas Priyo: iyah tetep bersih. Jarang banget ngeliat sampah atau buang sampah di sungai. Di titik tertentu ada tempat piknik pinggir sungai. Dan disediain tempat sampah.
kalau mo main kano kayaknya pilihannya mo basah sekalian atau klo gak mau basah emang musti pakai jas hujan lengkap ama celananya juga mbak hehehe
@Lia: bener, Li. Kalau gak mau basah, pas musim panas, panas juga kalau pakai jas ama celana hujan lengkap. π
Naik kano sambil makan waffel… ah *ngebayangin aja dulu* π
@Cek Yan: semoga jadi nyata. aamiin..
Keren nih rute dayungnya, jauh juga