Andorra la Vella merupakan ibukota dan satu-satunya kota di negara ini. Penduduknya tak sampai 23 ribu jiwa. Terletak di lembah, di antara pegunungan, di tepi sungai Valira yang bening, kontur pemukiman dan pertokoan Andorra tak rata. Dari dasar lembah hingga di bahu pegunungan. Luasnya pun hanya sekira 30 km persegi. Tak banyak destinasi wisata di ibukota. Puas menyimak tempat-tempat belanja asyik, saya berjalan ke arah kota tua.

Kota tua Eropa biasanya jadi salah satu magnet wisatawan. Namun tidak di Andorra. Tak banyak orang mengunjungi wilayah ini. Padahal daerahnya sempit saja. Kalau berjalan kaki, setengah jam sudah habis kita putari. Sebagian konstruksi di dalamnya terlihat tua. Bertembok batu alam. Gang-gangnya sempit. Di dalamnya ada beberapa tempat makan, toko cinderamata, serta patung unik. Bangku-bangku istirahat disediakan di banyak tempat. Keseluruhan Andorra tampak bersih.
Bangunan paling terkenal di kota tua adalah gereja Sant Esteve dan Casa de la Vall. Esglesia de Sant Esteve berlokasi tepat di dekat tempat masuk kota tua di Placa Princep Benlloch. Dia sudah berdiri sejak abad 11 masehi, bergaya romanik di satu sisinya. Menara batunya terlihat dari dasar lembah Andorra la Vella. Gereja ini bisa dimasuki gratis di jam bukanya.
Bangunan batu Casa de la Vall yang terlihat kuno sebenarnya adalah gedung parlemen Andorra. Gedung ini tak terlalu besar, berlantai tiga dan berjendela kayu. Di luarnya punya relief dan patung. Dari halamannya yang luas kita bisa memandang ke dasar lembah dan hijau pegunungan di sekitarnya. Masuk di bagian depan, saya melihat kursi dan meja kuno. Sebuah spanduk kecil menerangkan sejarah singkat parlemen Andorra dalam bahasa inggris dan spanyol. Ada tur khusus agar bisa melihat bagian dalam gedung.
Rec del Sola
Di musim panas, selain belanja, para pengunjung Andorra banyak melakukan wisata aktif. Seperti hiking dan bersepeda gunung. Waktu terbatas, tak bisa kami manfaatkan untuk melakukan aktivitas menantang tersebut. Kami juga tak sempat ke Vall del Madriu-Perafita-Claror, lembah indah yang masuk dalam warisan dunia Unesco. Mesti sewa mobil agar bisa pergi ke sana. Sedangkan Bapak sedari awal sudah berpesan, tak mau menyopir selama liburan ini.
Ya sudahlah. Untungnya Emak membaca tentang Rec del Sola dan Rec de l’Obac. Keduanya sebenarnya adalah kanal yang mengalirkan air dari mata air di atas Andorra la Vella. Sisi kanal itu kemudian dijadikan trotoar dan berpagar kayu. Jadilah tempat asyik untuk hiking singkat bagi siapa saja. Panjang masing-masing jalan sekira 2,5 km
Emak pilih menyusuri Rec del Sola, dekat hotel. Pagi-pagi sekali Emak berjalan mendaki berbekal peta kota. Petanya agak membingungkan. Emak sempat salah jalan, mengambil jalan turunan. Padahal mestinya mengambil undakan berpagar kayu menuju ke bahu gunung. Walau menanjak tak terlalu tinggi, Emak sering berhenti saat mendaki ratusan anak tangga. Sampai di atas sana, pemandangan ke arah Andorra la Vella sangat menakjubkan.
Gunung berselimut hijaunya pohon menjulang dari segala penjuru. Vila-vila kayu muncul di sela pepohonan lebat. Tebing batu menghiasi permukaan gunung. Di bawah sana, ibukota belum menampakkan geliat aktivitas berarti. Matahari mulai muncul di antara gunung. Kebun-kebun kecil milik penduduk kelihatan subur ditanami aneka sayuran. Saluran air di tepi jalan ternyata saluran terbuka selebar kira-kira setengah meter. Airnya bening dan dingin. Di beberapa tempat ada peringatan dalam bahasa spanyol. Sepertinya pemberitahuan bahwa itu adalah air minum. Sesekali Emak berpapasan dengan penduduk lokal yang berjalan-jalan pagi.
Jembatan La Margineda
Pagi hari sebelum meninggalkan Andorra, Emak sempatkan mengunjungi satu jembatan tua di Margineda. Menurut satu situs, ini jembatan paling besar di abad pertengahan Andorra. Di peta, sepertinya tak terlalu jauh. Berjalan kaki satu kilometeran, kok belum sampai juga.
„Kita naik bus saja,“ kata Bapak kemudian.
Dengan pede, kami tak bertanya pada sopir. Mengira-ira saja lokasinya di peta. Beberapa lama, kami bingung, baru bertanya. Kelewatan, kami sudah di Sant Julia.
„Naik lagi ke arah sebaliknya. Bilang La Margineda,“ pesan Pak Sopir.
Letaknya ternyata sudah tak jauh dari tempat kami naik bus pertama. Sepi sekali di tempat ini. Hanya satu perempuan muda berhenti sejenak untuk memotret. Selain jembatan batu yang sudah direnovasi, tak ada apa-apa lagi. Kokoh sekali terlihat jembatan tua ini. Sebagian jalannya ditumbuh rumput. Ada jalan setapak di seberang sana. Jalur hiking. Sebuah papan informasi menjelaskan bahwa di seberang terdapat beberapa spesies tanaman yang bisa tumbuh di bebetuan kapur dingin dan lembab.
Encamp dan La Massana
Hari kedua, seharian kami manfaatkan mengunjungi dua desa. Naik bus saja. Transportasi umum relatif mudah. Sayangnya tak ada tiket harian. Sekali naik, bayar. Tak praktisnya lagi, tak ada bus langsung dari Encamp ke La Massana. Jadi kami harus kembali ke Andorra la Vella dulu. Menghabiskan ongkos dan waktu. Petugas hotel menyarankan kami naik taksi. Tapi tak ketemu taksi satu pun di Encamp.

Desa-desa negeri ini sepi sekali. Jarang ada kendaraan lewat. Damai sekali berada di sini. Rumah-rumah batunya dihiasi bunga-bunga di dekat jendela. Di tempat makan, orang duduk santai di bangku-bangku luar.
Di kedua desa ini ada dua gondola gantung untuk mengangkut pemain ski. Di musim panas, gondola masih berfungsi. Di atas gunung, ada restoran yang masih buka. Dan pemandangan dari atas sungguh spektakuler, kata petugas hotel.
Les Bons, konon tak boleh dilewatkan di Encamp. Letaknya di ketinggian desa. Sebah konstruksi batu tua dari abad 13. Kami lewat saja tanpa memperhatikan detailnya. Lebih menikmati suasana nyaman desa ini.
Gondola gantung La Massana lebih banyak digunakan oleh pecinta olah raga sepeda gunung. Mereka naik ke puncak gunung dengan, turunnya baru naik ke atas sadel. Di La Massana ini kami sempat mencicipi beberapa makanan Mediterania.
Tiga hari berlalu cepat. Ada yang menyesal kami hanya singkat saja di negeri mini di antara pegunungan ini.
„Pokoknya kalau ke sini lagi harus lebih lama,“ kata Bapak menjelang pergi.
Berapa waktu ideal untuk melancong ke negeri mini ini mbak?
wah,,baru denger nih yang namanya adorra..
ini di eropa mana sih mbak??
@Mbak Rien: Kalau musim dingin, semingguan Mbak. Bisa pindah2 maen ski trus wisat belanja. Kalau musim panas 3-4 hari aja dah cukup. 🙂
waah, keren banget smeoga suatu hari bisa kesini, aamiin
@Selvy: semoga…
Mbak, transportasi umum di sana gimana? Apakah busnya selalu ada dan frequently? Selain bus, tranportasi umum apa yang ada?
Salam,
jokka2traveller.com
@Ahmadi SUltan: Di sana maksudnya transportasi di dalam Andorra. Seingat saya transportasinya memang cuma bus. Kalau ke daerah2 terpencil busnya jarang. Tapi kalau di dalam kota Andorra La Vella, ada terus pas siang. Entah kalau malam hari.