Alhamdulillah, kesampaian keinginan Emak. Mengunjungi kota Idar-Oberstein di negara bagian Rheinland-Pfalz. Sebuah kota yang terkenal sebagai pusat pengolahan atau pengerjaan batu mulia.
Mulanya kami ingin kemping saja di sebuah akhir minggu. Akan tetapi menjelang bulan puasa tahun ini, waktu dan cuaca kurang memungkinkan. Kami putuskan melakukan day trip sahaja. Menurut ramalan, cuaca hari itu bakal hujan. Bahkan saat naik mobil di pagi harinya, mendung sangat tebal. Hujan sempat turun ketika kami berada di sebuah jalan tol.
Sebelum ke pusat kota Idar-Oberstein, kami mampir ke sebuah pabrik panci. Cuci mata mengamati panci-panci cakep mutakhir dambaan ibu-ibu. hehehe.
Tujuan pertama kami di Idar-Oberstein yang memiliki julukan kota batu mulia Jerman adalah Deutsche Edelsteinmuseum. Atau disebut Museum Batu Mulia Jerman. Letaknya di Hauptstrasse. Ada tempat parkir gratis di seberang museum. Dari luar, gedung museumnya berbentuk seperti istana kecil. Megah dan elegan. Kami membeli tiket untuk keluarga.
Sebelumnya Emak sudah mengingatkan Bapak untuk membawa senter. Untuk menyenter batu mulia. hehehe. Siapa tahu ketemu ama Batu Bacan yang sedang booming itu.
Ruang pamernya ada 4 lantai. Mulai dari lantai basement yang memajang benda khusus. Saat kami datang, ruang pamer khusus sedang memamerkan wadah-wadah unik terbuat dari batu mulia. Semua benda di sini dipajang dalam lemari kaca tebal. Selain terbuat dari batu mulia, beberapa dilapisi emas. Kebanyakan berasal zaman ketika batu mulia jadi status simbol dan sangat disuka kaum ningrat. Zaman ketika banyak raja Eropa masih bertahta.
Ada setidaknya 2 museum batu mulia di kota ini. Dua-duanya berada di Hauptstrsse. Belum lagi beberapa galeri dan toko batu mulia membuka tempat yang juga mirip sebuah museum. Jadi banyak pilihan untuk mendapatkan berbagai informasi tentang batu mulia. Gedung Deutsche Edelsteinmuseum sendiri dulunya merupakan tempat pamer batuan dan mineral. Tidak melayani penjualan.
Lebih dari sepuluh ribu batu mulia baik belum diolah, dalam bentuk perhiasan, alat rumah tangga, dan patung-patung dari seluruh dunia dipamerkan di sini. Mulai dibuka sebagai museum sejak tahun 1973. Di dalamnya terdapat informasi mengenai berbagai macam batu mulia serta teknik-teknik pengerjaannya.
Kota Idar-Oberstein sendiri sebelum dikenal sebagai kota pengolah batu mulia, dikenal sebagai tempat penambangan beberapa macam batu dan mineral. Utamanya sekitar abad 15 – hingga 19. Di abad 19, penambangan batu dirasa tak terlalu menguntungkan. Apalagi sejak ditemukannya tambang besar di Brasilia. mereka memilih untuk mengimpor saja. Dan berkonsentrasi pada pengerjaan batu. Sampai saat ini, banyak sekali kami temukan toko-toko kecil yang mengasah batu sendiri dan menjualnya. Pekerjanya paling satu dua orang saja.
Lama juga kami berada di dalam museum. Hampir dua jam. Menikmati kilauan batu permata warna-warni. Dan ternyata selain sebagai perhiasan dan alat rumah tangga, batu mulia digunakan sebagai mata uang. Bahkan sampai saat ini, beberapa wilayah di Afrika menggunakannya sebagai alat jual beli.
Ada pula ruang khusus yang memamerkan batu mulia dari zaman antik. Sebelum tahun masehi. Yang ditemukan dari penggalian arkeologis. Entah berapa puluh atau bahkan berapa ratus jenis batu mulia yang dipamerkan semuanya. Emak hanya bisa mengingat satu dua nama mereka. Agate, Jasper, Ruby, Smaragd, Berryll, Opal, Topaz, hingga intan. Dari Indonesia, Emak melihat 8 batu koral yang telah menjadi fosil. Setelah diasah, bisa jadi batu cantik bermotif unik.
Sebelum pulang, kami masih menyempatkan diri melihat-lihat koleksi batu yang dijual di lantai dasar. Mayan banyak juga. Harganya bervariasi. Ada yang sudah berbentuk gantungan kuci, kalung, gelang, cincin, batu-batu aneka ukuran sudah diasah, dan batu-batu masih dalam bentuk bongkahan. Kami beli beberapa biji sebagai suvenir. Seneng banget deh berada di sini. bener-bener cuci mata. Lihat indah-indah. Alhamdulillah.
***
Baca juga: Tambang Batu Steinkaulenberg, Idar-Oberstein
Baca juga: Pengasahan Batu Tradisional Historische Weiherschleife
Mbak Mbak, aku nitip batu Bacan yang lagi booming buat Jimat di jari biar tulisanku kece, hehehe
@Zulfa: hahahhahahha…. ben tulisanne makin kece kudu sering2 kembali ke leptop… 🙂
klo batu bacan yang buat akik itu masuk kategori batu mulia kah? permata mungkin mbak?
@Mas Priyo: ooo gitu, ya Mas. Terima kasih infonya.
Kalo sepupu pada kumpul, aku cengok banget dah kalo mereka sudah ngomong dunia perbatuan. Maklum, tahunya dulu batu congklak aja hehe
@Cek Yan: hehhehehehe, aku juga gak ngerti lah. Pas lebaran kemarin bapak2 pada ngumpul ngomongin batu. Yg ibu2 ngomongin makanan.
Iya ih kemana2 pasti bawa senter, kalau yg suka bacan 😀
@Zahra: ini penggemar batu ala-ala, Zahra… hihihihi