Di Pulau Gozo, Malta

Citadel di Viktoria, Pulau Gozo di MaltaFeri penumpang menuju Pulau Gozo baru saja berangkat ketika kami tiba di pelabuhan. Mendung makin tebal saja. Hujan bisa turun kapan saja. Angin laut berhembus kencang. Kami pesimis, perjalanan hari ini bakal berlangsung lancar.

Setengah berlari, kami masuk ke gedung penjual tiket. Harga tiket pergi pulang Malta – Gozo tak mahal. Tak sampai 5 euro bagi orang dewasa. Dan sekitar 1,50 euro bagi anak-anak. Kami membeli tiga tiket. Sebab Adik masih gratis. Petugas langsung mempersilakan kami masuk ke area tunggu feri tak jauh dari tempat kapal mangkal. Tempatnya terkesan tua dan kurang terawat meski terlihat bersih. Feri bakal tumpangan kami telah merapat ke pelabuhan. Serta mulai mempersilakan para penumpang dan mobil-mobil ke luar terlebih dahulu.

Tak lama, pintu menuju feri dibuka. Penumpang tanpa kendaraan melewati jalur khusus. Lewat jalan di samping dek khusus kendaraan bermotor. Ada tangga menuju ruang penumpang di tingkat lebih atas. Ruang penumpang di sini terdiri dari 2 restauran besar dengan banyak kursi. Penumpang bebas memilih mau duduk di mana saja. Tak harus membeli sesuatu di restauran. banyak diantara kami membeli kopi atau penganan ringan.

Emak lupa berapa lama kami berada dalam feri. Tapi rasanya tak sampai satu jam. Feri bergerak pelan. Ombak tak terlalu besar meski cuaca lumayan berangin siang itu. Hujan sangat deras menyapa. Kami bersyukur hujan turun ketika kami berada dalam feri. Tak lama setelah kapal penumpang ini melewati Pulau Comino, hujan reda. Matahari mulai menyapa di sela-sela awan. Kami lega. Semoga hujan tak turun lagi ketika kami berada di Gozo.

Pelabuhan Gozo lebih mirip sebuah bandara dibanding pelabuhan feri. kami tak perlu turun ke bawah feri dan lewat jalanan disamping kendaraan bermotor. Para penumpang tanpa kendaraan langsung keluar melalui salah satu gerbang di sisi feri. Ada tangga berjalan dan lift. Sangat nyaman buat para penumpang. Kantor pelabuhan sangat bersih dan apik. Tak terlalu ramai orang berada di sana.

Kami ikut gerombolan turis lain mengantri di halte bus di depan kompleks pelabuhan. Ada bus wisata juga mangkal. Harga tiketnya tak terjangkau kantong kami. Ada bus setiap jam sekali menuju Viktoria, kota di pusat Gozo. Tarifnya hanya sekitar 50 sen per orang.

Viktoria terlihat sangat sepi. Para penumpang bus langsung bubar menuju tempat tujuan masing-masing. Langit sedikit mendung, namun hangat. kami mencari informasi mengenai jadwal bus ke tempat-tempat yang ingin kami kunjungan. Sudah lewat tengah hari, tak banyak waktu tersisa bagi kami untuk menjelajah Gozo.

Meneliti jadwal bus, kami tersadar bahwa kami datang ke pulau di ini di hari yang salah. Di hari Minggu bus-bus kota hanya sedikit beroperasi. Padahal jarak pantai dan candi Ggantija lumayan jauh. Memperhitungkan waktu dan membandingkannya dengan jadwal bus, tak mungkin bagi kami untuk pergi jauh dari Viktoria. Akhirnya, kami putuskan ke Citadel di Viktoria saja.

Berbekal peta dari kantor informsi wisata, kami menuju Citadel. Letaknya di atas sebuah bukit tak jauh dari terminal bus. Kami lewat trotoar menanjak dan sempit.

Citadel di Viktoria, Pulau Gozo mirip sekali dengan Mdina di Malta. Satu kompleks kota kecil kuno di atas sebuah bukit. Dikelilingi oleh tembok batu. Kondisinya lebih mengenaskan dibanding Mdina yang terlihat bersih terawat. Sebagian tembok batunya mulai lapuk dan terlihat lubang-lubang besar kecil. Di dalamnya bahkan tumbuh tanaman liar menganggu pemandangan.

Kami naik hingga bagian paling atas Citadel. Memandang sebagian Pulau Gozo dari ketinggian. Memotret pemandangan, membuat foto keluarga. Namun kami tak sempat keliling Citadel melalui jalanan di bagian atas tembok. Tak ada waktu untuk lebih lama berada di Gozo.

Leave a Reply

%d bloggers like this: