Siprus sungguh beruntung masih memiliki banyak sekali peninggalan bersejarah. Sisa-sisa kota jaman kuno, sebagian besar masih terawat dan bahkan dikonstruksi ulang. Ada yang berasal dari abad kesepuluh sebelum masehi. Peninggalan arkeologis dari zaman Romawi kuno bisa dinikmati, dipelajari, berkat penggalian para ahli. Tarif masuk tempat-tempat bersejarah sangat bersahabat bagi pengunjung.
Sayangnya tak semua tempat wisata di pulau terbesar ketiga di Lautan Mediterania ini mudah diakses kendaraan umum. Transportasi umum negara ini tak sebagus negara-negara lain di Eropa Barat. Kami mengunjungi dengan mobil sewaan. Tarif masuk per orang dewasa hanya 1,75 euro ( Rp. 23.000,-). Anak-anak gratis. Itu sudah termasuk parkir mobil. Ada bus umum dari kota Limassol, tapi jarang sekali.
Kourion disebut sebagai peninggalan arkeologis paling spektakuler di seluruh Siprus. Posisinya sungguh unik. terletak di sebuah bukit penuh karang di tepi pantai di selatan Siprus. Siapkan stamina dan air minum. Terutama saat cuaca panas. Butuh setidaknya dua jam untuk mengelilingi sebagian besar tumpukan bebatuan bersejarah. Selain sisa-sisa kota tua di jaman antik, kompleks ini banyak sekali ditumbuhi pohon zaitun.
Seperti kota-kota antik di Siprus lainnya, Kourion diperkirakan mulai berdiri ketika pulau ini dibawah koloni Archaik. Sebelas abad sebelum masehi, keberadaannya telah disebut dalam sebuah tulisan Mesir kuno. Selain itu, tempat ini pernah dikuasai oleh Assyria dan Persia, sebelum Yunani dan Romawi kuno. Ia pernah hancur akibat gempa hebat di abad keempat masehi. Berhasil dibangun kembali waktu agama Kristen mulai memasuki Siprus. Kembali mengalami kemunduran di abad ketujuh.
Villa Eustolios dan Teater Terbuka
Tepat di belakang gedung pusat pengunjung, satu bagian situs bertudung. Bernama Villa Eustolios. Nyaman sekali berada di bawahnya di bawah sengatan sinar mentari. Pemiliknya orang super kaya jaman dahulu. Di villa dengan 30 kamar ini masih bisa kita lihat lantai bermosaik, tempat pemandian dan saluran air. Sebagian tampak telah direka ulang. Memudahkan pengunjung untuk mengenai bentuk-bentuk ruangannya. Bagian-bagian ruangan dihubungkan dengan koridor dan tangga kayu khusus.
Di sebelah Villa Eustolios berdiri megah sebuah teater terbuka. Bentuk megahnya seperti sekarang ini dibangun pada jaman kekaisaran Romawi di abad kedua. para penonton duduk menghadap tempat perutnjukan di bawahnya, langsung menghadap ke arah lautan. Sungguh indah. Di sinilah berlangsung pertandingan gladiator dan pertunjukan binatang berlangsung.
Teater ini dulunya hancur oleh gempa bumi. Dibangun ulang dan sering digunakan untuk konser dan aneka pertunjukan di masa kini. Tempat duduknya dibangun berundak berbentuk setengah lingkaran. Kabel-kabel dan lampu berseliweran di banyak tempat. Sehingga kesan tuanya menjadi terganggu.
Sisa Reruntuhan dari Zaman Antik
Sisa reruntuhan lebih banyak terdapat di barat laut teater dan Villa Eustolios. Jalan setapak menghubungkan situs-situs arkeologis. Disertai dengan papan petunjuk jelas. Pilar-pilar tinggi terlihat di kejauhan. Bagian barat ini punya bekas tempat-tempat istimewa seperti Roman Agora, Basilika, Rumah Gladiator dan Villa Achilles.
Kompleks reruntuhan bangunan bersejarah luas ini juga dihubungkan dengan jembatan dan tangga kayu. Para pengunjung seperti digiring dari situs satu ke lainnya. Tak ada bangunan utuh dengan atap bisa ditemukan di sini. Temuan-temuan lain seperti gerabah atau koin kuno disimpan di berbagai museum. Papan petunjuk dalam bahasa yunani dan inggris dipasang di konstruksi tertentu. Sebagian tempat terlihat masih baru digali dan ditutup pagar. Tak boleh dimasuki orang.
Basilika Kourion adalah contoh arsitektur awal Kristen di Siprus. Dibangun sekitar tahun 400 setelah masehi. Tempat ibadah sepanjang 55 meter ini termasuk terbesar di pulau ini di jamannya. Di sekitar gereja terlihat bekas-bekas bak pembaptisan.
Lokasi Roman Agora tepat berbatasan dengan basilika. Di sini banyak kami lihat pilar-pilar batu tinggi. Pilar-pilarnya berbentuk silinder. Sayangnya hampir tak ada yang utuh.
Di antara Roman Agora dan Rumah Gladiator, berdiri Nymphäum. Sebuah bangunan dengan sumur air. Dari sinilah kebutuhan air bersih penduduk kota dipenuhi. Di bagian sisi Nymphäum ditemukan pemandian umum kota Kourion. Dalam seni arsitektur Romawi kuno, konstruksi ini biasanya terdiri dari beberapa tingkat. Banyak tumpukan batu merah tipis aneh di pemandian.
Rumah Gladiator sebenarnya adalah rumah pribadi jaman kuno. Dibangun bergaya peristyle. Sebuah bentuk bangunan yang dibangun dengan rungan terbuka di dalamnya. Ruang terbuka ini biasanya dikelilingi pilar-pilar. Di sinilah ditemukan dua lantai mosaik bertema gladiator. Itulah mengapa bangunan tua ini disebut sebagai Rumah Gladiator.
Di salah satu mosaik digambarkan dua gladiator sedang bertarung. Memegang senjata mirip pedang di satu tangan. Perisai berbentuk mirip bulan sabit di tangan lainnya. Sangat jarang orang menemukan lantai mosaik bermotif gladiator bertarung. Sehingga banyak ahli memperkirakan, bahwa mosaik asal Kourion ini adalah satu-satunya mosaik gladiator di timur Laut Tengah yang pernah ditemukan orang.
Rumah Achilles ada di paling ujung situs kuno ini. Dekat sekali dengan sebuah gerbang masuk dan jalan raya. Hanya sedikit mosaik utuh terlihat di ruangan-rungan rumah ini. Di sini Achilles digambarkan sedang berpakaian wanita sembari memegang senjata dan perisai.
Dalam mitologi Yunani, Achilles adalah seorang pahlawan tangguh, nyaris tak bisa dilukai dalam Perang Troya. Tokoh utama dalam Ilias, karangan Homer. Ibu Achilles, Thetis berusaha menjadikan putranya hidup kekal dengan mencelupkannya di Sungai Styx. Thetis memegang tumit Achilles, tumit itu menjadi kelemahannya. Achilles berperan besar dalam memenangkan Perang Troya. Namun akhirnya meninggal dunia karena sebuah luka ringan di bagian tumit.
Tarif masuknya murah ya mbak cuman 23.000. Sama di India, ana anak gratis biaya masuk.
Masih ada nggak mbak pertunjukkan ala ala gladiator di Siprus?
@Zulfa: he-eh di sini, masuk situs bersejarahnya murah2 banget. Padahal kompleksnya luas-luas, lho.. Kalau pertunjukan gladiatornya, dah gak ada.
Itu reruntuhannya sama kayak yang di candi muaro Jambi, cuma beda warna batunya aja ya mbak Ira.
@Cek Yan: Bangunan zaman dulu gak kalau megah dibanding sekarang, yaks..