Semula kami tidak begitu meniatkan kunjungan ke Makedonia, negara di timur Albania. Kami belum yakin, apakah bakal mulus masuk ke sana. Pemegang permanent residence permit EU bisa melenggang tanpa visa. Akan tetapi, anak-anak masih pegang resident biasa. Baru ketika sampai Albania kami putuskan mencoba masuk ke sana. Jika gak berhasil yo tinggal balik kucing.
Kami masuk perbatasan Makedonia lewat daerah antara Kotodesh (Albania) dan Radozda (Makedonia). Perbatasannya tepat di daerah pegunungan. Jalannya meliuk-liuk dan memakan waktu lama menempuhnya. Hari mulai gelap. Emak agak was-was. Jika kami ditolak masuk, mau gak mau kami harus balik ke kota terdekat di Albania. Yang kami lewati lebih banyak desa-desa kecil. Entah ada penginapan atau tidak. Sedangkan kami tidak terkoneksi internet. Dan kami gak tahu, apakah daerah situ aman atau tidak buat berkendara di malam hari.
Jalanan relatif sepi. Alhamdulillah, kami selamat sampai perbatasan. Meski agak lama prosesnya, kami lega bisa masuk Makedonia. Petugas imigrasi sempat berkonsultasi dengan seorang atasannya. Beliau mengatakan tidak masalah. hanya tanya, bagasi di atas mobil kami, apa isinya.
Menginap di Struga
Yay, tambah stempel satu negara lagi di paspor keluarga pelancong. Satu masalah terselesaikan. Kini tinggal menyelesaikan masalah berikutnya: mencari penginapan untuk kami tinggali malam itu. Kami meneruskan perjalanan menuju Struga, kota kecil di tepi Danau Ohrid. Sebelumnya, ketika masih terkoneksi internet, Emak sudah mencari info tentang sebuah camping di Struga. Camping Rino namanya. Alamatnya pun sudah kami catat dan masukkan dalam gps.
Walau sepi, kami merasa aman berkendara. Camping groundnya gak susah dicari. Daerah di sekitar camping ground lumayan ramai. Terdengar musik menghentak dari kafe sekaligus resepsionis camping ground. Banyak anak muda sedang berkumpul dan minum-minum.
Saat itu sudah hampir pukul 9 malam. Kami terlalu capek untuk memasang tenda yang hanya akan kami tinggali semalam. Untungnya camping ground tersebut punya sebuah hostel tepat di seberang camping ground. Kamar yang tersisa ada di lantai 4. Pemiliknya menunjukkan isi kamar dengan senang hati. Tarif menginapnya sama dengan sewa tempat camping. Dua puluh euro semalam. Tentu kami pilih sewa kamar dong. Gak perlu susah masang tenda. Bisa tidur di kasur empuk pula. Fasilitas kamarnya sangat basic. Namun ada kamar mandi di dalam. That’s all we need.
Kota Struga, meski kecil terlihat ramai ketika kami lewat di pagi harinya. Banyak turis beraktifitas di pinggiran danau. Kami melihat masjid sangat besar. Sayang gak sempat mampir. Ketika makan di sebuah kedai halal di Ohrid, pemiliknya bilang, Struga termasuk banyak muslimnya. Sekitar 60 persen dari keseluruhan penduduk.
Berlayar di Danau Ohrid
Makedonia merupakan negara yang tidak berbatasan dengan lautan. Akan tetapi, ia memiliki dua danau yang lumayan luas: Danau Ohrid dan Danau Prespa.
Kami menyusuri tepian danau. Karena lumayan luas, kadang mirip pantai. Beberapa hotel dibangun di pinggir danau. Dan di musim panas, tempat ini lumayan ramai. Kami sempat berhenti sebentar di tempat yang sepi. Main ciprat-ciprat air.
Capcus ke pusat kota Ohrid. Nyari-nyari tempat parkir dekat kota tua. Yang dekat udah penuh, jadi kami parkir di tempat gratis agak jauhan di Jalan Partizanska. Kudu jalan kaki ke tempat yang kami tuju.
Ohrid adalah kota terbesar di di tepi Danau Ohrid. Kalau Emak denger orang ngomong, Ohrid dibacanya Okrid. Kota ini salah satu dari 28 tempat di dunia yang diakui Unesco sebagai Cultural and Natural Heritage. Emang cakep banget kota mau pun pemandangan danaunya. Makedonia dan Albania berbagi danau ini. Perbatasan keduanya somewhere di tengah danau.
Berjalanlah kami menyusuri Kej Makedonija menuju Old Port Ohrid. Menjelang siang, sudah agak ramai turisnya. Banyak juga ynag berbikini sambil berjemur. Kami mau nyoba sewa perahu buat menikmati suasana danau. Menurut informasi, ini salah aktifitas things to do in Ohrid. Menikmati keindahan danau yang dikelilingi pegunungan ini.
Banyak kapal bersandar di tepi Old Port. Bervariasi ukurannya. Yang paling sederhana berupa perahu kayu bermesin. Yang lain mirip yacht mini. Beberapa tukang perahu menawarkan tur kepada orang-orang yang berjalan di sekitar pelabuhan. Termasuk kami. Mereka sopan. Tidak memaksa jika orang menjawab tidak. Emak sudah browsing harga sewa perahu sebelumnya. Sudah tahu ancer-ancer harga berapa. Katanya sekitar 20 euro per jam.
Pilihan akhirnya jatuh ke sebuah perahu kayu sederhana. Tukang kemudi perahunya gak terlalu lancar berbahasa Inggris. Dibantu oleh seorang temannya, bapak tua, yang merangkap sebagai guide kami selama tur.
Emak senang kami tidak melewatkan tur perahu ini. Air Danau Ohrid sangat bening. Kata Bapak Pemandu. Air buangan sama sekali dilarang mengalir kemari. Ini salah satu danau terbersih di dunia, klaim beliau.
Perahu berlayar tidak jauh dari daratan. Dari sini, kami bisa memperhatikan aktifitas di kota tua. Sebuah bukit batu berpijak tepat di sisi kota tua. Tepiannya berbatu-batu. Banyak orang sedang berjemur di pantai batu tersebut. Perahu sempat berhenti agak lama. Sehingga kami bisa memotret dengan tenang. Kami berlayar sampai dekat gereja Ortodoks St. John Kaneo. Berdiri di ketinggian bukit. Setelahnya, langsung balik ke pinggir kota tua.
Kota Tua Ohrid
Pelabuhan Ohrid berada di muara kota tua. Terdapat banyak rumah makan di pinggir danau menjelang kota tua. Dari situ, kita bisa melihat rumah-rumah bermodel unik. Bangunannya terdiri dari dua hingga tiga lantai. Lantai dua dan tiga lebih luas dibanding lantai dasar. Jendelanya pun banyak. Emak perhatikan, banyak lampu jalan bergelantungan, berbentuk mirip rumah-rumah tersebut. Beberapa bangunan sudah berusia ratusan tahun. Sebagian kota tua dilindungi oleh tembok tebal nan kokoh. Seperti banyak medieval town di bagian bumi Eropa lainnya.
Jalanan di kota tua realatif sempit. Kebanyakan terbuat dari batu alam. Ada mobil lewat, tapi tidak banyak. Semakain masuk dalam kota, jalanan semakin menanjak. Di dalam kota terdapat aneka tempat usaha. Termasuk hotel, toko-toko dan rumah makan. Tak lama kami di sini, setelah beli suvenier, kami menuju destinasi berikutnya.
Lake Walk
Tempat ini masih di pinggiran kota tua. Tepat di tepian danau, di bawah tebing batu. Sebuah jalan panjang terbuat dari kayu, membujur di atas air danau. Dari perahu, jalanan ini terlihat jelas. Itu yang bikin Emak berjalan di atasnya. Panjangnya hanya seratusan meter.
Di salah satu sisi jalan yang terbuat dari kayu terdapat gambar-gambar zodiak. Kita bisa melempar koin, memegang lambang zodiak, lalu berdoa. kami gak melakukannya. Dan nggak ngeliat ada yang melakukannya selama kami di sana. Sepanjang Lake Walk relatif bersih, jarang sekali Emak lihat sampah plastik di pinggir danau. Hanya sedikit graffiti di tebing batu. That’s all.
Jalan kayu ini mentok di pantai kecil bernama Saraishte. Ramai juga pantainya oleh orang berjemur. Terdapat belasan bangku-bangku khusus berjemur. Serta terdapat sebuah kafe di pinggir pantai danau.
Makanan Halal di Ohrid
Agak siangan, kami mulai lelah dan lapar. Saatnya mencari pengganjal perut. Kami menuju Old Bazaar Street. Gak jauh juga dari old town dan port. Destinasi wisata utama Ohrid memang berdekatan. Kami mbalik ke arah port, lalu belok kiri ke jalan yang kami maksud.
Yang namanya pasar, tentunya sangat ramai dan tokonya berderet. Penjual cinderamata, baju, tas, segala kebutuhan, serta rumah makan. Oh ya, salah satu kerajinan khas Ohrid dari perhiasan mutiara yang mutiaranya dihasilkan dari Danau Ohrid. Emak gak terlalu memperhatikan ini. Lha beli magnet kulkas saja sudah senang.
Kami mesen sup, salad, pasta. Semuanya enak-enak. Harga makanan di Makedonia sedikit lebih mahal dibandingkan Albania. Alhamdulillah banget nemu resto ini. Kata masnya lagi, dia beberapa kali kedatangan turis Indonesia di Ohrid. Biasanya mereka datengnya rombongan.
***
Info: Negara Makedonia sekarang berganti nama menjadi Makedonia Utara
***
[…] Baca juga: Di Tepi Danau Ohrid, Makedonia […]
[…] Baca juga: Di tepian Danau Ohrid, Makedonia […]