Perang Balkan telah lama berakhir. Kroasia, yang dulunya menjadi bagian Yugoslavia, sudah memulai membenahi diri. Negeri ini, bersama Slovenia memisahkan diri pada tahun 1991. Pembenahan diri ini menuai hasil positif. Mulai 1 Juli 2013, Kroasia masuk sebagai anggota resmi Uni Eropa. Keanggotaan dalam negara-negara Schengen menyusul pada tahun 2015.
Luasnya sedikit lebih besar dibanding Nanggroe Aceh Darussalam, sebagian berbentuk kepulauan sebanyak 1185 pulau. Iklimnya tak tak terlalu menggigit di musim dingin menjadikan wilayah ini menjadi favorit sebagai tempat peristirahatan musim dingin bagi penduduk bagian lebih utara Eropa. Belum lagi garis pantainya yang panjang, pegunungan, serta kekayaan alam lainnya menarik bagi para wisatawan. Apalagi tarif penginapan dan makanan masih relatif murah dari Italia, negara tetangga yang sama-sama terletak di tepi Lautan Adriatik.
Sisa-sisa perang dengan Serbia di awal tahun 1990-an hampir tak terlihat bekasnya di negeri ini. Pada bulan Mei 1991, 94 persen penduduk Kroasia setuju untuk memerdekakan diri dari Serbia. Ditentang oleh penduduk Serbia yang bermukim di Kroasia dan menyatakan diri berpisah dari Kroasia untuk mendirikan Republik Serbia Krajina. Republik ini kemudian bergabung dengan tentara Yugoslavia untuk menyerang Kroasia di musim panas 1991. Perang berlangsung hingga 1995. Kroasia berhasil merebut daerah yang diduduki oleh penduduk Serbia.
Pembangunan terlihat di mana-mana. Apartemen dan hotel-hotel modern bermunculan. Jalanan tol terlihat mulus dan panjang. Menghubungkan kota-kota besarnya. Destinasi wisata dipenuhi turis, salah satu penopang hidup negara. Penduduknya ramah. Yang muda-muda biasanya bisa berbahasa inggris, dan senang hati menjawab ketika ditanya. Sekilas, tak terlihat bedanya dengan keadaan negara-negara Eropa lainnya. Meski demikian, menurut buku panduan, masih banyak daerah mengandung ranjau. Sehingga pengunjung sebaiknya menghindari jalanan tidak umum.
Pula
Pula terletak di Semenanjung Istria, di timur Kroasia. Atraksi-atraksi wisata di kota ini berdekatan letaknya. Nyaman dicapai dengan berjalan kaki. Ia adalah kota bernuansa maritim yang kota tuanya masih menyimpan peninggalan dari zaman Romawi Kuno. Ketika daerah ini masih dikuasai Kerajaan Austria-Hungaria, Pula menjadi salah satu pelabuhan pertahanan paling modern di dunia pada akhir abad 18.
Setengah hari cukup untuk berkeliling kota sembari memperhatikan aktivitas penduduk lokal. Sebaiknya memulai perjalanan kaki dari Republic Square atau Trg Republike, bagian barat jantung kota. Berjalan ke arah kota tua, akan kita lewati pasar terbuka di Narodni trg. Penjual sayur, buah, dan aneka kebutuhan menata dagangannya dengan rapi di atas meja-meja. Wilayah Istria dan sekitarnya termasuk subur. Hasil bumi melimpah ruah dan berkualitas prima.
Sebentar menyusur Flanaticka, segera terlihat salah satu monumen peninggalan Romawi, Slavoluk Sergijevaca atau busur keluarga Sergeius. Setinggi 8 meter, ia bagai gerbang memasuki jantung kota Pula. Sisa-sisa tembok kota tua masih bisa kita lihat. Sergijevaca, jalan di belakangnya, merupakan jalan belanja ramai. Tak hanya turis, namun juga warga lokal. Cinderamata khas, baju, sepatu tas, bisa didapatkan di sini. Berjalan hingga ke ujung, tak lama akan terlihat Augustov Hram, Kuil Augustus.
Dari pilar-pilar tinggi dan kokoh di bagian depan, terlihat keantikan konstruksi ini. Seperti kuil dan bangunan pemujaan zaman Romawi lainnya. Saat Byzantium berkuasa, bangunan ini berubah fungsi menjadi sebuah gereja. Bagian depannya adalah ruangan terbuka luas. Ada satu kantor informasi turis tempat dimana orang bisa mendapatkan peta kota gratis. Di hari hangat, banyak orang duduk-duduk di depan kuil. Jika ingin melihat bagian dalamnya, bisa membayar tiket masuk.
Dari kuil, ada dua pilihan menarik. Apakah mendaki menuju kastil di atas bukit. Atau menyusuri Jalan Riva di tepi pantai. Kastil tua ini berbentuk sebuah benteng. Dan sekarang berfungsi sebagai museum. Pemandangan dari atas spektakuler. Di bawah sana, terbentang lautan Adriatik serta pelabuhan Pula. Pun kota tua Pula dan segala hiruk-pikuknya.
Highlight Pula adalah gedung Amphitheater, salah satu yang terbesar di kekaisaran Romawi Kuno. Dari kejauhan mirip Colosseo di Roma, dalam versi lebih kecil. Berbentuk elips dengan empat menara, sisa tinggi bangunan kuno ini mencapai 30 meter. Sebagian terlihat sudah direkonstruksi ulang. Dulunya menampung hingga 20 ribu pengunjung. Sekarang, 5000 orang bisa ditampung ketika diselenggarakan pertunjukan di dalamnya. Ruang bawah tanah sebagai jalan gladiator dan binatang-binatang lawannya, kini menjadi sebuah museum minyak dan minuman anggur.
Wah seneng ini kalau bisa menjelajah kota atau wisata dengan berjalan kaki apalagi melewati pasar.
@Zulfa: Yup… asyik jalan kaki, yen fasilitas mendukung, yooo..
Amphiteaternya mirip ama Colosseum ya mbak.. Seru banget bisa menyusuri tempat-tempat itu.. pengeeeen..
@Mbak Dee An: Colosseo versi lebih mini, Mbak. Alhamdulillah, iya seneng sekali bisa mendatangi tempat2 bersejarah seperti ini.