Ke Eropa, terutama Eropa Barat, sebenarnya tak perlu terlalu pusing memikirkan makanan. Kedai-kedai makanan Turki dan Arab menyediakan aneka ragam makanan halal. Salah satunya adalah Doner Kebab. Atau lebih gampang disebut sebagai doner saja. Makanan ini termasuk murah, mengenyangkan, dan biasanya halal.
Di negara-negara seperti Jerman, Belanda, Belgia, Perancis, dan Austria, penjual doner bisa kita temukan hampir di setiap sudut jalan. Di kota-kota besar dan kota tujuan wisata terutama. Di Italia, satu dua kedai terselip diantara trattoria, pizzeria serta penjual pasta. Di Kopenhagen dan Zurich pun kami lihat satu dua kedai. Hanya di Eropa Timur, yakni di kota-kota seperti Budapest, Bratislava dan Praha, makanan ini agak jarang kami temukan. Namun jika jeli, ada juga kedai kecil diantara toko atau restauran-restauran besar.
Satu porsi doner, bisanya terdiri dari roti mirip burger dengan versi lebih besar, atau potongan fladenbrot (roti bantal), diisi dengan sayuran (daun salat, timun, tomat dan bawang bombay), saus yoghurt, dan daging kebab (daging unggas, sapi atau kambing). Kebab sendiri adalah tumpukan daging berbumbu yang ibakar. Lalu diiris sangat tipis. Harganya berbeda di tiap negara. Di Jerman, biasanya dijual antara 2 hingga 5 euro. Di Amsterdam, Zurich dan Kopenhagen harga minimalnya adalah 5 hingga 6 euro. Di Venezia, Strasburg dan Bratislava, juga sekitar 3-4 euro-an. Lebih murah dibanding makan burger di kedai waralaba cepat saji.
Biasanya jika lewat di satu kedai kebab yang memasang label halal, kami tak ragu untuk segera mampir. Jika ragu pun, biasanya kami segera bertanya. Para penjual yang umumnya orang Arab atau Turki ini biasanya tak pelit memberi informasi. Jika tak halal banyak yang mau memberi tahu. Hati-hati, ada pula versi kebab tak halal. Bentuknya mirip doner, namun berasal dari Yunani. Gyros namanya. Beberapa kedai menjual doner kebab sekaligus Gyros. Ini yang perlu dipertanyakan kehalalannya.
Doner ini pula salah satu makanan yang sering kami beli selama perjalanan. Doner Jerman biasanya punya porsi jumbo. Isi sayuran dan dagingnya banyak. Sausnya pun bisa memilih antara saus zaziki (yoghurt) biasa atau saus lain. Kalau mau pedas tinggal ditambah sambal paprika. Nyam.. nyam.. Di Amsterdam, ukurannya nyaris sama dengan doner Jerman, namun harganya 2 hingga 3 kali lipat. Di Strasburg, Emak pernah berbahasa tarzan dengan penjual doner. Daging kambing isinya masih terlalu menyengat baunya. Asyiknya, kami mendapat diskon karena sama-sama muslim. Alhamdulillah… Doner Venesia beda lagi. Sayur dan daging isinya terlihat irit. Namun ada campuran keju mozarela yang lembut di lidah. Membuat rasa donernya tak terlupakan. Jadi kalau ke Eropa, jangan lupa mencicipi yang satu ini, ya….
[…] dan kelaparan. Sehingga kembali kedinginan. Tak mau membuang waktu kami mampir dulu ke sebuah toko doner kebab sebelum kembali […]
[…] halal. Jika terpaksa sekali, paling membeli kentang goreng. Kedai makan Turki atau Arab penjual kebab sering menjadi sasaran kami selama perjalanan. Biasanya kami akan mampir jika tertulis halal di […]
[…] Jerman. Ternyata oh ternyata, menurut tuan rumah kami, di Swiss relatif lebih jarang penjual doner kebab ini. Salah satu penyebabnya adalah di Swiss tidak diperbolehkan adanya tempat penyembelihan hewan. […]
[…] kopi dan satu kue, kami bisa duduk selama kami mau. Jenis makanan lain ynag sering kami beli adalah doner kebab. Makanan dari warung Turki ini biasanya halal dimakan. Harganya sekitar 3 euro. Alternatif lain […]