Berada tak jauh dari tempat tinggal kami di barat Jerman, Brussel tak segera kami kunjungi. Padahal karena lokasinya tersebut, ibukota Belgia ini bisa ditempuh kurang dari dua jam dengan kereta api cepat. Ada banyak pilihan kereta api agar bisa sampai di kota ini. Naik kereta api ekonomi sambung menyambung dari Duren – Aachen – Luttich – Brussels. Naik kereta cepat Jerman ICE atau naik kereta cepat Perancis, Thalys.
Pilihan cepat dan relatif murah bagi kami adalah naik kereta api cepat Jerman ICE. Dengan harga nyaris 60 euro berempat. Pergi pulang.
Emak berada dalam kondisi tidak fit saat berangkat. Namun membatalkan perjalanan di menit-menit terakhir tak ada dalam pikiran.
Kami sengaja berangkat setengah jam lebih awal menuju Aachen. membuat hati lebih tenang dan tak buru-buru ketika menanti kereta ICE menuju Brussels di kota Aachen.
Syukurlah perjalalanan kami pagi itu lancar. Menjelang pukul sebelas pagi, sampailah kami di ibukota Belgia ini. Tepatnya di stasiun Brussels Midi. Seorang petugas mengucapkan selamat datang melalui pengeras suara dalam tiga bahasa : perancis, belanda, jerman.
Hari itu cuaca tak terlalu cerah. Lagit barawan tebal. Angin berhembus lumayan kencang di tengah musim panas. Embak ingin segera ke hotel. Namun kami baru bisa masuk paling cepet pukul satu siang. kami meminta peta kota di kios informasi wisata di stasiun.
Meneliti peta sejenak, Emak mengusulkan agar kami pergi ke Atomium dulu. Sebab tempat ini paling jauh dibanding tempat-tempat yang ingin kami kunjungi selama di Brussels.
Kami segera berjalan ke arah stasiun metro (tram bawah tanah). Di sana juga ada tempat penjualan tiket transportasi dalam kota. Dua petugas memberi tahu tiket paling sesuai buat kami sekeluarga. Kami putuskan membeli tiket harian untuk grup maksimal lima orang. Sepuluh euro harganya. Tiket harian di sini tak berlaku 24 jam, melainkan sampai tengah malam di hari yang sama.
[…] (Sambungan dari sini) […]
[…] teman pernah bilang, tak perlu khawatir bakal susah mencari makanan halal di Brussels. Kata-kata halal mudah ditemukan di depan rumah-rumah makan disana, kata beliau waktu itu. Agar […]
[…] kunjungan ke ibukota Belgia, seperti biasa, kami jadwalkan untuk mengunjungi salah satu mesjid disana. Kali ini, kami ke mesjid […]
[…] komik di ibukota Belgia mulai berkembang usai perang dunia kedua. Ketika warga yang menderita akibat perang mencari hiburan […]