Entah apa yang menjadikan karir kota Dubrovnik sebagai tujuan wisata semakin moncer. Apatah sebab dijadikan salah satu setting serial top Game of Thrones beberapa tahun terakhir? Strategi promosi wisata pemerintah lokal sangat berhasil memikat hati para wisatawan? Kotanya semakin cakep dan fasilitas semakin lengkap? Atau karena keluarga pelancong datang di saat kurang tepat? Datang ketika semua orang bercuti liburan musim panas? Embuhlah. Yang jelas, kota ini serasa penuh sesak, dan terasa sangat mahal. Diserbu ribuan atau mungkin puluhan ribu turis saat kami di sana musim panas tahun ini.
Sebelum berangkat, kami harus menelan kenyataan pahit bahwa harga sewa penginapan termurah di kota ini lebih dari 100 euro per malam. Salah satu alasan kenapa kami selingi perjalanan kali ini dengan kemping. Kempingnya tidak dekat kota. Sebab yang di kota harganya juga termasuk mahal buat kami. Kami kemping di Orasac, sebuah desa kecil sekira 15 km dari Dubrovnik. Pernah mengunjungi Dubrovnik di musim dingin sebelumnya, memang sangat terasa sekali perbedaan suasananya. Di musim panas, ramainya puluhan kali lipat.
Baca juga pengalaman keluarga pelancong sebelumnya di: Dubrovnik
Kejutan-demi kejutan kami dapatkan sejak datang hari pertama di pusat Dubrovnik. Kali ini, keluarga pelancong menghabiskan dua hari di sini. Parkiran termurah yang paling dekat kota tua berjarak kira-kira 1 km, sudah full. Setengah jam muter-muter kami mencari parkir murah, sebelum akhirnya nemu dekat pelabuhan. Which is, 2 kilometer-an dari kota tua. Harga parkirnya 10 kuna per jam, sekitar Rp. 21.000,- Harga parkir di di park house terdekat old town, empat kali lipat per jamnya. Uedyaannnn. Udah hampir mengalahkan Amsterdam ajah. Dan itu rata-rata juga dipenuhi mobil, loh. Oh ya, tarif parkir di musim dingin dan musim panas juga beda. Di musim panas, tarifnya empat kali lipat musim dingin.
Jalanan ke arah kota tua menanjak, mana panas banget pula. Jalan kaki sebentar sambil kipasan, kami putuskan naik bus. Yeeee, ndak murah juga ternyata. Tarifnya lebih 2 euro per orang. Atau sekitar Rp. 31.000,- Kalau yang naik berempat, mayan juga. Mana busnya gak ada AC, serta kudu umpel-umpelan. Lengkap deh kekesalan kami. Baliknya, dan keesokan harinya, kami bela-belain berjalan kaki berpanas-panas.
Dua hari dihabiskan di Dubrovnik cukup lah buat kami. Paling nggak udah naik turun kota tua yang banyak tangganya ituh, ke old port, mengunjungi satu museum, ngeliat orang seseruan cliff jumping, mengunjungi masjid setempat, serta makan fish platter. Udah puas. Kalau lewat Kroasia lagi, mungkin pilih tempat lain aja untuk dikunjuni. Island hopping menjanjikan sepertinya.
***
- Menyusuri gang-gang sempit Dubrovnik
Kota tua Dubrovnik yang dikelilingi tembok tebal, memiliki beberapa gerbang masuk. Paling terkenal adalah Pile Gate. Halte bus paling dekat dengan kota tua berada di dekat Pile Gate ini. Makkkkk, daerah sekitar halte, penuh manusia. Agen-agen tur menempatkan pemuda-pemudi untuk menawarkan aneka macam tur. Mereka menawarkan brosur-brosur pada para pengunjung. Ada juga yang punya meja kecil dan kursi kecil. Mirip kantor agen perjalanan mini.
Paket tur yang paling banyak ditawarkan adalah: tur Game of Thrones, menyusuri lokasi-lokasi syuting film ngetop ini, sea kayaking Dubrovnik (ini sepertinya asyik banget, sayang kami gak punya waktu berlebih), city wall tour, manjat di atas tembok kota tua dan mengelilingi Dubrovnik dari situ, dan naik cable car, untuk menyaksikan panorama Dubrovnik dari Gunung Srdj. Kesemuanya punya kesamaan: harganya lumayan menguras kantong.
Jika kita berjalan menembus kerumunan manusia, menuju ke arah laut dari belakang halte ini, kita akan mendapati pemandangan luar biasa. Tempat ini jadi salah satu lokasi selfie favorit di Dubrovnik. Memandang ke arah laut, di sebelah kiri kita adalah tembok kota tua, di sebelah kanan, agak tinggi adalah Taman dan Istana Lovrijenac, setting Game of Thrones. Memandang ke bawah, adalah west port, tempat mangkal operator sea kayaking. Pun salah satu lokasi syuting game of Thrones.
Emak sudah merencanakan tur sendiri. Di antaranya adalah menyusuri gang-gang sempit Dubrovnik. Dulu kami cuma sempat berjalan sepanjang Jalan Stradun, ke old port, finish. Sekarang agak jauhan dikit dong. Hari pertama, kami ubek-ubek bagian selatan kota tua. Lewat rumah-rumah penduduk yang tinggal di rumah-rumah bertingkat. Jalanan di bagian selatan agak lebar. Di hari kedua, kami eksplor bagian utara kota tua. Manjat sampai menara Tvrdava Minceta, lalu berjalan di jalan sejajar pas sebelah tembok. Gang-gang ke arah Stradun jauh lebih sempit dan terjal. Rumah-rumahnya hampir-hampir gak punya halaman sendiri. Akan tetapi, mereka tetap menanam bunga, serta pohon di dalam pot-pot.
Sepanjang jalan Prijeko ulica di utara rumah makan sambung menyambung, bangku-bangkunya nyaris memenuhi jalan. Di daerah sini rumah-rumah makannya lebih eksklusif dan harga menyesuaikan. Kalau mau agak murah, bisa masuk ke jalanan di selatan Stradun (jika masuk dari Pile Gate, ia di sisi kanan Stradun). Di bagian ini, ada rumah makan pizza, ada supermarket di mana kita bisa membeli makanan dan minuman ringan. Kalau air putih, mending ngambil gratisan di Large Onofrio fountain, tepat di belakang Pile Gate. Airnya dingin segar.
Di dalam gang-gang mudah ditemukan toko suvenir. Kami beli yang standar ajah, magnet kulkas. hehehe. Nemu magnet murah di bagian utara kota tua. Kios kecil yang juga menjual jus jeruk segar, diperas langsung sebelum dibeli.
Oh ya, tepat di kaki menara Tvrdava Minceta, Emak nemu pemandangan unik. Lapangan sepak bola dan bola basket kecil. Wow banget dalam lahan sempit seperti itu ada fasilitas olah raga bagi penduduk lokal. Sayangnya pas kami ke sana lagi sepi. Mungkin anak-anaknya masih pada sekolah. Dari lapangan mini ini kita bisa melihat sebagian city walls, serta kota tua Dubrovnik di bawahnya.
Salah satu atraksi yang mungkin menarik adalah pawai penjaga gerbang. Diiringi musik sederhana. Jangan bayangkyan seperti pergantian pengawal istana di istana-istana kerajaan Eropa kayak di London atau Kopenhagen. Yang ini murni dibuat untuk tujuan wisata. Penjaganya cuma sedikit. Menurut Emak sih gak gitu rame.
Pecinta Game of Thrones yang pengen menyusuri setting film tapi gak mau ikut tur bisa juga. Catet aja setting-settingnya, trus datengin sendiri. City walls ama Lovrijenac masuknya kudu bayar lagi seh. kalau mau liat dari kejauan yang gratis, bisa.
- Nonton Cliff Jumping
Kota tua Dubrovnik dibangun di atas tebing batu. Pantainya berupa tebing-tebing. Akan tetapi, hal tersebut tak menghalangi para turis untuk mantai alias berjemur di tepi pantai dan cebar-cebur ke laut. Kayaknya malah jadi tantangan tersendiri bagi anak pantai, serta atraksi menarik bagi pengunjung. Nah salah satu atraksi gratisan Dubrovnik adalah cliff jumping. Orang lompat ke laut dari ketinggian tebing. Kami sempat menyimak cliff jumping dari beberapa spot. Keseluruhan spot tersebut terdapat di pinggiran pantai di selatan kota tua. Kesemuanya gratis.
Spot pertama di belakang bangunan akuarium Dubrovnik. Susuri saja old port Dubrovnik sampai akuarium, terus ke arah mercusuar Porporela. Di belakang gedung akuarium, terdapat sebuah pantai tersembunyi. Ada jalan kecil menuju bebatuan dan di balik batu tersebut ada pantai dan batu lagi. Tebing batunya gak terlalu tinggi dan cliff jumpernya kebanyakan anak-anak lelaki.
Dua spot lainnya adalah di Mala Buza Bar dan Buza Bar. Keduanya adalah bar terbuka. Meski gak berniat duduk dan minum di bar, orang bisa masuk ke mari. Untuk kemari, kita harus masuk kembali ke dalam tembok paling selatan di kota tua. Nanti bakal nemu pintu keluar kecil. Seukuran satu orang dewasa. Biasanya banyak orang keluar masuk dari situ. Dari pintu -pintu ini ada tangga ke menuju menuju bar dan terdiri dari beberapa level. Bar ini dipenuhi pengunjung yang ingin minum dengan pemandangan spektakuler.
Tebing kedua bar ini lumayan tinggi. Ada kali 20 meteran. Kalau buat cliff jumper, lumayan lah. Emak aja nontonnya sambil serem gitu. Khawatir mereka gak jatuh ke laut. Kabarnya emang kadang terjadi kecelakaan. Namun praktik cliff jumping gak dilarang sampai sekarang.
- Masuk Museum Old Pharmacy
Salah satu things to Dubrovnik yang keliatannya sangat seru adalah mengunjungi Museum Old Pharmacy di seberang large Onofrio fountain. Museumnya buka sampai hari gelap. Sepertinya sangat menjanjikan. Emak pun dengan bersemangat, masuk ke dalamnya. Sama Bapak doang, anak-anak gak mau ikut masuk. Lumayan lah hemat. Tarifnya 4 euro per orang dewasa.
Eueleh… isinya jauh banget dari bayangan Emak. Museum tersebut berada dalam kompleks sebuah biara. Ada apotik di bagian Jepang. Apotik berusia ratusan tahun, masih berfungsi hingga kini. Akan tetapi, isi apotiknya sudah terlihat lumayan modern. Museumnya sendiri terdiri dari satu ruangan lumayan luas. Isinya alat-alat apotik tua. Ada beberapa timbangan dan wadah ngracik obat kuno, manuskrip resep kuno, serta beberapa mebel tua. Ada pula senjata dan artifak dari batuan. Dekat pintu depan terdapat ada penjual suvenir. Baik di dalam ruangan museum serta apotik tuanya, pengunjung gak boleh motret atau bikin video. Meski Emak liat ada juga sih pengunjung mengabadikan isi museum, dan ndak ketauan dua petugasnya yang sudah lumayan sepuh.
Emak ndak nyangka isi museumnya sesedikit ini. Ada taman kecil di dalam kompleks. Mulanya Emak nyangka kita bisa melihat sebuah kebun tanaman obat serta ada orang praktik membuat obat dengan cara kuno. Ahhh, ekspektasi berlebihan akan sesuatu bikin kecewa ajah.
- Fish Platter Dubrovnik
Dalam kunjungan pertama, di musim dingin, baru tahun baru pula, kami ngiler mau makan ikan. Sayangnya, karena baru liburan, rumah makan jujukan, belum menyediakan menu ikan. Di kunjungan kedua Dubrovnik ini kami sebenarnya mikir-mikir lamaaaa dan panjaaaanggg banget mau mencicipi fish platter yang jamak di sini. Harganya itu bikin jiper. Tidak rela mengeluarkan duitnya. Meski perut udah membunyikan alarm berkali-kali setiap kali mencium bau ikan bakar atau goreng, atau setiap kali lewat rumah makan dan menyaksikan orang sedang klamut-klamut nyesep udang besar atau ngrikiti ikan segar panggang.
Hari kedua, Emak nyerah. Ngeliat harga fish platter buat dua orang dengan harga agak miring dibanding harga-harga fish platter lainnya. Rata-rata harga fish platter porsi berdua di Dubrovnik antara 380 – 500 kuno. Atau sekitar Rp. 800.000,- hingga sejuta rupiah. Sedangkan harga yang kami temukan adalah 250 kuno atau sekitar 500 ribu rupiah. Baiklah, kali ini saja! Setelahnya kami memang berpuasa, beli makanan murah-murah saja.
Alternatif makanan murah di Dubrovnik adalah roti. Belinya di toko roti di luar tembok kota tua. Di toko roti tersebut kita bisa membeli roti isi sampai pizza. Kalau dalam kota tua, harga sepotong pizza, gak terlalu gede bisa Rp. 75.000,-
Di Konoba Nava ini akhirnya kami melabuhkan diri untuk makan fish platter. Anak-anak makan kentang goreng. Porsi ikannya datang dengan nampan besar berbentuk oval. Berisi ikan tuna, ikan goreng tepung sea bream, udang-udang besar, cumi, dan kerang. Dilengkapi dengan tomar dan sedikit salad segar, kentang serta brokoli rebus plus lemon segar untuk kucuran ikan. Selain itu, kami masih mendapatkan sewadah roti. Entah laper apa doyan, semuanya enak. Kerangnya sama sekali gak amis. Mungkin karena kucuran air lemon dan bumbu bawang putihnya, dan minyak zaitun yang sangat royal. Buat kami, porsi berdua dimakan bareng-bareng pun mengenyangkan. Alhamdulillah.
Poster Konoba Nava terlihat di tepi Jalan Stradun. Rumah makannya sendiri ada di sebuah gang kecil. Kalau jalan dari Large Onofrio fountain ke Stradun, letaknya di kanan jalan. Kalau gak lagi melayani pembeli mas-mas waiternya suka njagain poster sekalian promo kepada para turis Dubrovnik.
***
Baca juga, kisah kami sebelumnya: Keliling Kota Tua Zadar
Aku kadang sirik kalo orang udah pada ngomongin GoT, soalnya aku gak menyimak serial ini. Sempat nonton season 1 dan (sebagian) season 2, tapi lupa kayak apa haha. Luar biasa efek dari sebuah film ya mbak. Coba sutradaranya syuting di Indonesia, biar banyak lagi yang datang ke sini 😀
@Cek Yan: Daku juga tidak menyimak GoT. hehehe. Cuma taunya serial ini lagi booming di mana-mana. Dan pas ke Dubrovnik, ini termasuk tur yang sangat digemari turis. 😀 Semoga ya, ada tempat2 di tanah air kita jadi setting salah satu film ngehits, pasti ikutan ngehits juga.