Duren Yang Bukan Durian

Duren, di musim dingin
Kota Düren; Jerman, di musim dingin

Setelah Nuernberg dan Bremerhaven, sampailah keluarga pelancong pemberhentian kehidupan berikutnya, sebuah kota kecil bernama Duren. Terletak diantara dua kota besar kesohor Aachen dan Koeln (Cologne), kota ini menjadi tempat tinggal kami. Entah untuk berapa lama nantinya.

Dalam bahasa Jerman, Duren ditulis sebagai Düren. Kami menjulukinya Duren yang pakai U umlaut. Dan sama sekali bukan nama buah yang terkenal baunya itu. Tak pernah kami jumpai buah tersebut sekalipun di sini. Kami juga sering memakai istilah Villa Duria, nama Duren saat masih dibawah kekuasaan kekaisaran Romawi Kuno. 

Berbeda dengan tempat tinggal sebelumnya, Bremerhaven, belum banyak bagian kota ini kami kenal. Kami hanya pernah berjalan-jalan seputaran pusat kota, mengunjungi tempat-tempat belanjanya. Lainnya hanya jalan-jalan utama yang kami lewati ketika bersepeda sekeluarga. Di sini, Emak dan Bapak tak punya tiket semesteran mahasiswa lagi. Harga tiket kendaraan umum bulanan biasa sangat mahal. Digunakan Bapak untuk berkendara menuju tempat kerja.

Di akhir minggulah kami bisa menggunakan tiket langganan tersebut sekeluarga. Makanya, selain waktu belanja, akhir minggu bagi kami adalah waktu melancong ke kota-kota dan desa-desa di sekitar Duren. Duren, kota kecil berpenduduk sekira 90 ribu jiwa ini, menurut Emak tak punya karakter jelas. Bremerhaven adalah kota relativ baru. Dibangun sekitar abad 19. Duren dulunya adalah kota kuno dengan kota tua di dalamnya. Namun ketika perang dunia kedua berlangsung, kota ini termasuk parah kerusakannya. Setelahnya, alih-alih menerima tawaran membangun kembali kota tuanya, Duren malah membangun kembali semuanya menjadi kota yang nyaris baru di tahun lima puluh-an. Menyisakan sedikit sekali sisa tembok abad pertangahannya.

Kini, di awal abad 22, Duren tak lagi bisa disebut kota modern ataupun kota tua. Baru tapi kuno. Makanya Emak menyebutnya tak berkarakter khusus.

Duren bukan kota tujuan wisata. Daerah-daerah disekitarnya jauh lebih terkenal. Aachen misalnya, masyur sebab punya universitas, yang termasuk elit di Jerman. Cologne, hanya setengah jan berkereta api dari Düren, adalah kota metropolitan. Dia punya Dome, katedral ketiga terbesar di dunia yang ramai sekali disambangi pelancong. Tak jauh dari Duren, membentang pegunungan Eifel yang disuka orang sebagai tempat tetirah, mendaki, berkemah, dan wisata aktif lainnya karena keindahan panoramanya.

Enaknya di Duren, ia tak jauh dari perbatasan Belgia dan Belanda. Tiket murah Euregio berlaku dari sini hingga ke tiga kota terdekat di perbatan, seperti Aachen, Maastricht di Belanda dan Liege di Belgia. Jika ingin ke Brussel atau Paris pun tak memakan waktu lama berkendara dari sini.

Keluarga pelancong telah mengunjungi beberapa kota kecil disekitar, yakni Julich, Heimbach dan Nideggen. Meski kecil, lumayan berkesan. Dan, lama-kelamaan kami makin kerasan saja tinggal di sini. Syukurlah. Insyaallah petualangan-petualangan baru akan bermula dari sini.

8 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: