Fes, Ville Nouvelle

ville-nouvelle-fesSeorang adik mahasiswa, Erix, menjemput kami di bandara. Imazahra, sahabat Emak yang sudah pernah ke Maroko, pernah memberikan no HP-nya. Tapi tak berhasil kami hubungi. Mbak Ninik, sahabat lainnya yang pernah ke Fes, menghubungkan kami dengan Nabil. Kepada Nabil inilah kami banyak bertanya sebelum terbang kemari.

Erix telah menyewa satu taksi besar buat kami sekeluarga. Transportasi umum biasa menuju jantung Fes, masih belum ada, kata Erix. Ada satu bus kota, hanya sampai Fes-Sais. Lalu mesti disambung lagi dengan taksi lokal. Lebih baik memang menyewa taksi langsung dari atau ke bandara. Bagi mereka yang pertama ke Fes, dan tak memiliki kenalan yang menjemput, di luar bandara, sudah ada daftar harga taksi menuju ke beberapa tempat. Tak hanya ke Fes. Tapi juga kota-kota sekitarnya seperti Meknes. Jika menginap di hotel, dan booking sebelumnya, ada beberapa hotel menawarkan jasa penjemputan dengan tarif rasional.

Setelah kunjungan terbatas di dalam Eropa (kecuali dua hari semalam di ibu kota Malaysia), tentu saja di Maroko kami disuguhi pemandangan berbeda. Sebagian mengingatkan akan tanah air. Orang-orang bersepeda motor tanpa helm dengan muatan berlebih. Mereka yang seenaknya berlalu lintas. Bahkan satu mobil di depan kami dengan cueknya melanggar lampu merah. Para pengendara yang tak sabaran. Debu beterbangan di jalan raya. Toko-toko buka hingga jauh malam. Anak-anak pengasong, pedagang kaki lima di trotoar. Bentuk-bentuk bangunan yang sangat berbeda dengan Eropa. Bagi Emak, sangatlah menarik. Perjumpaan pertama dengan budaya baru tentu saja membuat hati riang, horizon pemikiran meluas.

Adik-adik mahasiswa memilihkan sebuah hotel di daerah Ville Nouvelle. Jauh lebih murah dibanding riad-riad atau hostel yang bisa di-booking lewat internet.

Fes, setelah Maroko dijajah oleh Perancis, terbagi menjadi tiga bagian besar : Fes el Bali, kota tertua, Fes el Jedid, dan Ville Nouvelle. Ville Nouvelle ini dibangun ketika Perancis berkuasa. Menjadi pusat pemukiman, bisnis, tapi bukan pusat atraksi wisata. Walau di sini banyak berdiri hotel. Jalanan dengan taman yang terkenal di sini adalah Boulevard Hassan II. dan Avenue Mohammed V. Selain restoran dan kafe-kafe, di sini kami melihat satu gerai McDonald.

Jika mau ke ke daerah yang lebih tua, kami selalu lewat sini. Dua kali bahkan dengan berjalan kaki menyusuri Boulevard Hassan II menuju kota tua. Sekali Emak berjalan untuk memotret masjid dekat hotel, lalu sendirian ke Gare du Fes atau stasiun kereta utama. Pagi-pagi masih sepi, sebab menurut adik-adik mahasiswa, kegiatan dimulai lebih lambat di Maroko. Toko-toko biasanya belum dibuka sebelum pukul 9 pagi.

Leave a Reply

%d bloggers like this: