Meriahnya Festival Cosplay
Bersamaan dengan dibukanya acara secara resmi pukul 13:00, dibuka pula stan-stan pameran mau pun jualan dalam acara ini. Entah ada berapa puluh stan berderet di sisi Rheinpromenade. Gelombang pengunjung datang seperti air. Mengalir terus. Walau mendung makin lama makin menghitam. Angin dingin berembus kencang.
Cuaca tak membuat para pecinta manga melipir mundur. Banyak yang sudah siap-siap payung. Atau jas hujan. Memang sudah bersiap dalam segala medan dan cuaca tampaknya. Ada pula yang berpakaian sangat minim. Entah tokoh manga apa bajunya kayak gitu. Emak cuma mikir, apa gak kedinginan? Wong kami pakai jaket saja kulit semriwing.
Sementara belum hujan, Emak nikmati memotret anak-anak muda berkostum ini. Wig cosplay-nya benar-benar warna-warni. Ada wig rambut panjang banget. Sampai sepaha panjangnya. Warna biru. Yang makai mengenakan rok mini. Semuanya bernuansa biru. Pas ketemu yang dandananya sama persis, dua gadis saling berpelukan. Seolah ketemu sahabat lama. So sweet!
Sesekali Emak dan Embak berdiskusi tentang manga dan acara ini. Embak bilang, ada juga lho cosplay-cosplay yang bisa dipraktikkan ama yang berjilbab kayak dirinya. Tak lama kami melihat seorang gadis berjilbab dan berdandan cospay. Ia tak mengenakan wig. Hanya beberapa hiasan di atas jilbab. Cantik juga. Sayang Emak lupa nanya, itu tokoh manga yang mana.
Antrian mengular di depan stan-stan tenda putih. Mau sekadar mencintip atau memotret saja susahnya minta ampun. Beberapa tahun lalu ketika cuaca sangat cerah, lebih-lebih lagi ramainya, kata Lia, teman perjalanan Emak dan Embak. Emak nyelusup-nyelusup di antara beberapa penonton. Memotret sambil merekom stan origami. Lalu stand Ikebana. Lalu stand kimono.
Di sana pengunjung wanita bisa menjajal baju khas Jepang ini. Hanya dengan membayar 10 euro. Murah. Ada periasnya pula. Tak hanya pakai kimono. Namun lengkap juga dengan riasan dan tata rambut sederhana. Yang udah selesai didandani terlihat sibuk selfie. Emak sempat menawari Embak. Menyaksikan jumlah antrian, dia menggeleng. Ok, in shaa Allah kita coba langsung ketika berkunjung ke Jepang ya, Mbak, kata Emak. *sambil berdoa dalam hati, semoga ada rezeki ke Jepang*
Tiba-tiba, wusss, angin kencang, dan hujan deras mulai turun. Kami langsung berlari minggir ke deretan bangunan yang ada terasnya. Makin lama makin banyak orang minggir. Akan tetapi yang cuek-cuekan jalan dengan atau tanpa payung juga masih banyak. Entah berapa menit kami berteduh, hujan mulai reda lagi. Eksplorasi pun berlanjut.
Selain eksplorasi stan-stan pameran, juga memotret kostum-kostum unik. Mereka yang berkostum seperti ini biasanya jadi objek foto favorit pengunjung lainnya. Pun sering diajak foto bersama. Bahkan ada satu pasangan sampai diwawancara oleh sebuah stasiun televisi. Menurut Lia, walau stan buka sampai jam lima sore, kemeriahannya masih berlangsung sampai jelang tengah malam. Saat itu ada kembang api besar di Rheinpromenade. Di ujung jalan sana, banyak orang memasang tenda sejak pagi agar dapat menikmati kembang api tersebut.
Salah satu stan ramai adalah berfoto dengan latar belakang Jepang. Di dalam tenda ada studio foto mini. Dengan membayar satu euro orang bisa mendapatkan foto dirinya tersebut dalam bentuk kartu pos. Dikirim langsung dari Jepang. Gak heran antriannya sepanjang itu. Murah banget. Stan penjualan merchandise asal Jepang juga disukai pengunjung. Mereka menjual alat keramik untuk minum teh, kimono, yukata, serta aneka kerajinan lainnya.
Emak sempat menyuruh Embak berpose dengan orang-orang di stan info studi Jepang. Bersama dua orang gadis kulit putih dan seorang lelaki Jepang. Mereka meneriakkan yel-yel dalam bahasa Jepang sembari membawa plakat kertas di atas kepalanya. Mirip gaya-gaya orang Jepang di Dorama.
Stan menggambar manga sudah diserbu manga-fans lainnya. Sudah tak ada bangku kosong baik di dalam maupun di luar. Mereka asyik menggambar. Sampai ada yang khusus memayungi mereka. Ada lomba menggambarnya juga. Waktu sampai di stan boneka-boneka, breesss, hujan deras datang lagi. Kali ini kami telat, gedung berteras sudah dipenuhi orang berteduh. Kami putuskan berjalan meninggalkan lokasi acara setelah hujan agak mereda. Kunjungan kami singkat, akan tetapi banyak hal baru Emak dan Embak alami. Syukurlah… 🙂
Kimono juga bisa dikombinasikan sama Jilbab, aku pingin foto gituan, hehehe
Disana cosplay rame juga ya. Uni Dina Sulaiman dan beberapa temanku di Jepang pernah publish foto pake kimono dan jilbab. Cantik 🙂
@Zulfa: Yup, bisa banget. Kimono tertutup banget dan panjang, ya…
@Zahra: iya Zahra. Aku juga pengen punya foto seperti itu… hehe