Free Things to do in Oslo

vigeland statue
Fountain Taman Vigeland

Berhubung apa-apa mahal di Norwegia, semua pengeluaran mesti kami perhitungkan. Kami sudah nyari penginapan termurah tapi bukan dormitory. Makan kebanyakan masak sendiri, bawa lauk dari rumah. Jadi nyari penginapan yang juga menyediakan dapur. Jalan kaki sering atau bawa mobil, tapi nyari parkiran gratis. Dan di Oslo, kebanyakan aktifitas atau destinasi tujuan kami yang bisa bisa dikunjungi secara gratis. Biar dompet gak tambah kurus kering kalau gak kosong melompong.

Oslo kota paling ramai di Norwegia. Menurut informasi di internet, penduduknya hampir sejuta jiwa. Kotanya besar, jadi kota ini gak keliatan padet banget. Di pinggiran malah tampak agak sepi. “Sepi banget, gak kerasan,” kata seorang Mamas warga Malaysia yang kami jumpai di sebuah museum. Aneka kegiatan budaya serta aktifitas masyarakan lokal membuat Oslo ‘hidup’. orang-orangnya rajin olah tubuh.

Walau gratisan, menurut Emak berbagai aktifitas ynag kami lakukan di Oslo ini gak ngebosenin, lho. Bahkan ada sedikit bau petualangan. Ini dia berbagai hal yang bisa dilakukan gratis di ibukota Norwegia:

Mengunjungi Taman Patung Vigeland

Lokasi taman dan museum Vigeland nggak jauh dari pusat kota Oslo. Kami ke sini naik mobil. Ada parkiran gratis depan halaman museum. Parkiran berbayar, letaknya lebih dekat, dekat gerbang masuk taman. Taman dan museumnya dipisahkan oleh sebuah jalan raya. Sudah sore, museumnya sudah tutup. Kami langsung berjalan ke taman. Oh ya, gerbang masuknya gak cuma satu. Ada beberapa, dan kami sempat lewat satu gerbang dekat dengan sebuah halte bus. Taman ini luas banget. Yang kami lihat hanya sedikit area. Ia merupakan taman patung terbesar yang pernah dibuat oleh satu orang pematung. Kreatornya merupakan perupa terkenal Norwegia bernama Gustav Vigeland (1869-1943).

Terdapat lebih dari 200 patung karya beliau di taman patung Vigeland. Terbuat dari perunggu, granit, serta besi tempa. Sebagian besar patung berada di sumbu sepanjang 850 meter. Mulai dari gerbang utama, sebuah jembatan dengan playground anak-anak, air muncrat, sebuah pelat monolith, serta wheel of life. Di sore hari, taman ini ramai pengunjung. Warga lokal sekaligus turis.

Sebagian patungnya berbentuk manusia. Ada yang utuh, ada yang sebatas dada. Emak perhatikan, wajah-wajah patung sangat ekspresif. Seakan menunjukkan sebuah emosi tertentu. Taman satu ini jadi salah satu tempat paling ramai dikunjungi di Oslo.

Ke Istana Raja Norwegia

Det kongelige slott atau royal palace dibangun dengan gaya neo-classical. Selesai tahun 1849. Sekarang menjadi tempat tinggal Raja Harald V dan Ratu Sonja. Norwegia merupakan salah negeri yang bersistem kerajaan di Skandinavia. Selain Denmark dan Swedia. Meski pun kehidupan pribadi keluarga monarki satu ini tak terlalu disorot di publik internasional, Emak tetap ingin menyaksikan dari dekat istana mereka.

Istana kerajaan Norwegia lokasinya gak jauh dari Sentrum. Dari pusat kota kami menyusuri Jalan Karl Johans gate. Istananya ada di antara taman maha luas yang dilengkapi patung dan kolam. Tersedia bangku-bangku taman di dalamnya. Kami sempat duduk-duduk sambil makan bekal nasi yang dimasak di penginapan. Sambil memperhatikan warga lokal jalan-jalan atau jogging di seputar taman.

Tempat tinggal raja Norwegia ini terbilang sangat sederhana. Jauh lebih sederhana dari bayangan Emak sebelumnya. Kami pernah ke istana raja Denmark sebelumnya. Juga jauh perbandingannnya. Di bagian depannya terdapat halaman luas. Sebagian tertutup rumput, sebagian halaman berlapis pasir. Di tengah-tengah berdiri sebuah patung berkuda. Di sekitar istana, gak ada pagar tinggi. Bentuk bangunannya persegi, bercat kuning muda. Jadi orang bebas masuk pelataran istana, Ada pergantian penjaga juga setiap hari pukul 1:30 siang. Akan tetapi, tak banyak turis menyaksikan. Apa karena kami datang di bulan Oktober yang notabene bukan musim turis di Oslo?

Setiap musim panas setiap hari diselenggarakan guided tour buat ngintip isi istana yang katanya mewah. Tapi kalau ini, gak gratis lagi. Tiketnya bisa dibeli secara online. Jika ada sisa tiket, katanya bakal dijual di dekat pintu gerbang.

Nikmati Sisi Artistik Balai Kota

city hall oslo
Gedung balai kota

Gedung-gedung balai kota Eropa memang seringkali dibangun unik, cantik, bahkan megah. Hingga gak mengherankan jika mereka kerap jadi objek foto favorit. Bahkan jadi destinasi wisata kota. Seperti balai kota Bremen bergaya Gothik. Pun balai kota Oslo. Ia tak hanya punya gaya arsitektur eksklusif. Namun juga sangat artistik dan kaya sejarah. Ramai didatangi turis lokal sekaligus manca negara.

Usai sambang istana raja Norwegia, kami berjalan kaki kemari. Sebab letak Radhuset atau balai kota ini hanya beberapa ratus meter dari sana. Tembok luarnya didominasi oleh batu bata merah. Bagian depannya memiliki dua menara tinggi berhadapan. Di koridor menjelang pintu masuk, kita sudah bisa menikmati aneka lukisan. Bertemakan sejarah serta budaya Norwegia.

Masuk ke dalam gedung yang dibukan tahun 1950, kita akan disambut lebih banyak lagi karya seni. Semua karya seni tersebut dibuat antara tahun 1900-1950. Menceritakan tentang budaya, sejarah serta peri kehidupan warga lokal Norwegia. Baru masuk, kami disambut oleh sebuah ruangan luas dan tinggi. Sisi-sisi tembok hingga atap berhias lukisan dinding. Bangku-bangku tersedia untuk duduk-duduk pengunjung. Sementara anggota keluarga lain duduk kecapekan, Emak lanjutkan eksplor dua lantai balai kota yang dibuka untuk umum. Gratis. Hanya bayar jika kita menggunakan jasa pemandu. Oh ya, di hari-hari tertentu ada konser musik di tempat ini. Di dalam bagian yang bisa kita intip, juga terdapat barang-barang antik. Meja, kursi, lampu, mebel-mebel cantik. Satu ruangan khusus memiliki lukisan-lukisan keluarga kerajaan Norwegia.

Susur Sungai Akerselva


Tak sedikit sungai Eropa jadi aktor utama wisata. Namanya diabadikan dalam banyak cerita. Sungai-sungai panjang dan terkenal seperti Rhine dan Danube punya kapal-kapal pesiar yang menyusurinya. Melewati kota-kota terkenal dunia. Nama Akerselva baru Emak kenal saat mencari-cari informasi mengenai kota Oslo. Pas ada tur jalan kaki di sepanjang bantaran kalinya, Emak pikir, kenapa gak bikin tur sendiri aja?

Oslo river
Sungai rindang di tengah kota Oslo

Sungai ini gak terlalu panjang. Sekitar 8 km katanya. Hulu dan hilirnya masih di sekitaran Oslo. Berhulu di Danau Maridalsvannet, hilirnya di laut di tepian pusat kota Oslo. Gak perlu kapal pesiar atau jalan kaki hingga berhari-hari. Susur sungai dengan berjalan kaki ini direkomendasikan di situs resmi #VisitOslo serta beberapa blog pribadi. Jadi Emak pikir, pasti menarik, nih. Hasilnya, gak mengecewakan. Paling nggak, buat pengalihan isu bagi anak-anak. Biar gak merasa bosan, setelah mengunjungi museum dan gedung-gedung.

Meski gak jalan dari hulu ke hilir, kami sempat melihat beberapa titik dekat hulu sungai. Rute sungai meliputi bekas daerah industri, hutan, taman, permukiman, serta perkotaan. Kabarnya sungai ini dulunya sangat tercemar oleh kegiatan industri. Sebelum akhirnya jadi bersih dan asri seperti sekarang. Bekas lokasi industri kadang memiliki kincir air. Di beberapa titik, dapat kita lihat air-air terjun buatan yang gak terlalu tinggi. Sekitar 2 meteran.

Kami mulai susur sungai dari Grünerlokka. Trus turun ke arah kota. Saat itu cuaca Oslo sudah mulai dingin. Kudu makai jaket winter dan sarung tangan. Angin musim gugur nambah anyes suasana. Penduduk lokal tetap beraktifitas seperti biasa. Emak perhatikan, mereka suka mengenakan celana berbahan khusus yang kalau di Jerman banyak digunakan orang untuk main ski. Tapi bahannya lebih tipis. Selain sepedaan, di sepanjang daerah aliran sungai, kami berpapasan ama mereka yang sedang jogging, bawa anak jalan-jalan, atau kadang ama anjing.

Hampir sepanjang tepian sungai yang kami lalui ada jalan setapak sekaligus jalan sepeda. Kadang di sisi kanan, kadang kiri. Kalau mau pindah sisi, ada jembatannya. Meski realtif berada di perkotaan, daerah aliran sungai relatif rindang. Pepohonan  tumbang dibiarkan begitu saja. Jadi tempat main para bebek. Sesekali Adik megang air trus ciprat-ciprat. Emak motret ajah. Males buka sarung tangan. Semakin dekat ke pusat kota, makin banyak gedung di tepian sungai. Bahkan ada yang mepet. Pondasinya pasti kuat banget dan tahan air air. Soalnya gedungnya terdiri dari beberapa lantai. Setelah sampai kota, sungainya tiba-tiba menghilang ke bawah sebuah pertokoan. Kami hentikan susur sungai sampai di situ.

Manjat Atap Gedung Opera

hike to opera house oslo
Udah pegel mau mendaki

Ini ndak ada kerjaan opo? Kok manjat-manjat atap? Hehe. Gedung opera kota Oslo bentuknya unik, futuristik. Atapnya bisa dinaiki. Naikinya gak susah serta gak dilarang. Bahkan disarankan. Emak pun sempat bercita-cita mau ikutan manjat. Tapinya kemudian gak jadi. Bukan karena takut seh.

Ceritanya, abis dari istana raja dan balai kota, kami teruskan perjalanan kaki ke arah balai kota. Melalui Jalan Tollbugata. Di beberapa bagian sedang ada perbaikan. Termasuk di Havnepromenade. Di Havne promenade, jalan tepian pantai tepat di seberang Operahuset atau gedung opera, ada bangku yang mengundang banget buat duduk-duduk. Emak lagi butuh banget duduk sambil mijet-mijet betis yang kata orang jawa mulai teolen.

Sekian lama duduk, capek gak ilang-ilang juga. Hari agak cerah. Matahari nynetrong ke atap gedung opera. Sehingga kesannya panas banget. Emak langsung awang-awangen mau manjat. Duh.. itu gedung yang sebagian atapnya berbentuk jalan miring lumayan tinggi. Kalau dinaiki ya pasti bikin ngos-ngosan. Meski terlihat sangat asik, kami skip rencana hiking ke atas sana.

Tilik Bangunan Tua Grünerlokka

Grünerlokka berada di utara pusat kota Oslo. Katanya ini salah satu kawasan paling trendi di sini. Dulunya jadi pusat tinggal working class, lalu imigran. Kemudian mulai dibangun cafe, restaurant, hotel dan penginapan. Akan tetapi, masih terdapat bagian yang terlihat ‘lebih tua’ dibandingkan sekitarnya. berhubung kami nginep di Grünerlokka, ya wes sekalian ajah jalan-jalan ngeliat sekeliling.

Rumah-rumah tua yang dimaksud kebanyakan dibangun sekitar abad 18. Mereka terlihat berbeda dibandung bangunan lainnya. Fasad luarnya berlapis kayu. Warna catnya lebih eye catching, dan kesan vintage menguar. Fungsinya jadi rumah tinggal biasa. Di Grünerlokka bangunan tua seperti ini bisa ditemukan di Jalan Telthusbakken, Maridalsveien, Fjellgatta, dan Langgatta.

***

Mestinya masih banyak hal-hal gratisan yang bisa dilihat dan lakukan di Oslo. Namun hanya itu yang mampu keluarga pelancong kerjakan selama tiga hari di sana. Keluarga pelancong sempat berkunjung ke masjid setempat. Inshaa Allah bakal ditulis tersendiri tentang itu.

Baca juga: Menyetir di Norwegia 

3 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: