
Emak pernah bermimpi, suatu saat ingin datang ke pameran wisata dunia ITB (Internationale Tourismus Boerse Berlin). Diadakan di pusat pameran ibukota Jerman. Setiap tahun, selama lima hari berturut-turut, di awal Maret. Sejak tahun 1966. Tahun 2017, ITB berlangsung antara 8 – 12 Maret. Tiga hari pertama untuk buyer to buyer. Dua hari terakhir pameran buka juga untuk umum.
Mimpinya udah sejak lama. Pokoknya, Emak pengen ke ITB suatu saat. Jadi pengunjung biasa, ndak papa. Yang penting dah pernah kesana. Sayangnya Berlin jauh. Ongkos kendaraan, penginapan, serta bea masuk pameran membuat Emak kudu mikir panjang dulu.
Eh kok ndilalah tahun ini jadi rezeki Emak. Ada yang ngajak Emak ke ITB dari sebuah agen perjalanan. Dibayarin pula. Ndak cuma sehari dua hari. Namun selama acara ITB berlangsung. Sambil bantu-bantu promosi wisata Indonesia. Alhamdulillah. Pucuk dicinta ulam tiba.
Tidak seperti kunjungan-kunjungan ke Berlin sebelumnya, Emak hampir tak sempat jalan-jalan kemana-mana. Pulang dari pameran, belanja bentar. Sampai di penginapan sekitar pukul 8 malam. Masak, kadang disambi diskusi dengan teman-teman, lalu istirahat. Capek jiwa raga. Pengaruh umur gak bisa boong juga kali. hehehe.
Beberapa pengalaman Emak di Berlin sebelumnya bisa dibaca di beberapa artikel sebelumnya.
Baca juga : Empat Jam di Berlin, Empat Belas Jam di Kereta Api
Baca Juga : Museum Pergamon Berlin
Baca Juga: Resto Nusantara Berlin

Menjadi bagian ITB, woiiii, rasanya masih kayak mimpi aja. Puluhan ribu manusia tumplek blek di puluhan aula pameran. Pengalaman dan pelajaran datang silih berganti. Momen sangat sangat berharga. Rasanya seperti keliling dunia dalam beberapa hari saja.
Puluhan aula dibagi menjadi banyak kategori. Negara-negara peserta dibagi dalam benua dan wilayah. Jadi kalau mau nyari stand suatu negara, tinggal nyari benuanya. Ndak semua stand dan negara peserta pameran Emak ampiri. Jalan dari ujung ke ujung ajah gempor. Mana negara pesertanya sebanyak 187. Stand-standnya unik-unik. Dan ada temanya. Dan banyak di antaranya mempertunjukkan kekayaan budaya. Paling nggak ada yang mengenakan pakaian tradisional negara masing-masing.
Nggak cuma perwakilan promotor negara hadir. Segala hal yang berhubungan dengan industri pariwisata Emak temui. Yang jelas mah maskapai penerbangan. Biasanya sih standnya deket ama negara pemiliknya. Seperti Emirates di dekat stand Dubai, Garuda seberangan ama pavilyun Indonesia, dan seterusnya. Kesan Emak, stand Garuda nyempil di pojokan. Sempat nggak ngeh kalau itu stand maskapai kebanggaan tanah air beta.
Selain penerbangan, travel agent gede banyak berpartisipasi. Ada nama-nama yang sering Emak temui di dunia maya. Asuransi perjalanan, bea cukai Jerman, hingga sebuah tempat untuk konsultasi imunisasi perjalanan pun ikutan. Lainnya adalah jaringan hotel mewah dan resort. Kalau ini Emak cumak bisa mbayangin gimana rasanya nginep di tempat super duper mewah kayak gini. Mbayar sendiri, eman duite. hehehe.
Hampir semua stand punya ciri khas. Stand India, Thailand, Srilanka, Maldives, Pakistan, meski kecil namun bikin mupeng ajah. Salah satu negara royal sewa stand adalah Turki. Mereka nyewa satu aula sendiri. Entah berapa kali kami mampir ke sini. Biasanya untuk minta kopi gratis dan makan potongan lokkum dan manisan isi walnut kesukaan Emak. Atau ngeliat cinderamata cantik-cantik. Semua penjaga stand-nya ramah-ramah.
Tiga hari pertama, suasana pameran sudah ramai. Bapak ibu berpakain formal melnggang dari stand ke stand. Mendatangi appointment demi appointment. Saling berkenalan. Ada yang menawarkan jasa, ada yang menawarkan produk. Marketing majalah berusaha menjual spot iklan ke resor-resor. Fotografer berkeliling membagikan kartu nama ke jaringan hotel. Kompetitor buka-buka brosur lain, melakukan perbandingan. Grup-grup kesenian dan budaya melakukan pertunjukan.
Pameran-pameran seperti ini bisa jadi ajang berburu suvenir. Terutama oleh pengunjung umum. Paling sering ditemui adalah bolpen berlogo perusahaan. Serta tas kain mau pun berbahan kertas. Stand Jepang bawa kipas-kipas. Gelang, mug, pembatas buku bisa diambil cuma-cuma.
Tahun ini, partnerland ITB adalah Botswana. Stand-nya di tengah-tengah hall 20. Sebelah kiri pintu masuk utama. Emak tak sempat mengamati betul isi stand mereka. Kabanyakan negara Afrika menawarkan keindahan alam serta wisata safari. Indonesia pernah jadi partnerland, tahun 2013.
Pavilyun Indonesia

Booth Republik Indonesia berada di aula nomor 26. Bersama negara-negara Asia lainnya. Jepang, China, Bhutan, Korea, Taiwan, Myanmar, Vietnam, Thailand satu kompleks. Temanya kapal Phinisi Nusantara. Lantai dasar dipakai oleh para peserta pameran. Bagian atasnya jadi ruang pertemuan. Serta tempat menjamu para VIP dari dalam mau pun luar negeri.
Bagian kapal menyolok dari luar. Depan atas, nama INDONESIA berwarna merah terpampang besar-besar. Di fasad kapal Wonderful Indonesia menghiasi. Selain satu booth luas di sekitar kapal Phinisi, terdapat tiga stand lagi di sekitarnya. Sebuah stand spa, Garuda Indonesia, dan sebuah booth khusus kafe. Pengunjung bisa mencicipi kopi Indonesia, serta minuman hangat lainnya. Di sana Emak pertama kali mencicipi bir Mataram. Minuman jahe berwarna pink. Satu lagi booth Jakarta tempatnya terpisah di aula lainnya. Kalau di sini, Emak suka mampir buat ngemil keripik. Sumpia, keripik pisang, plintiran, enak-enak dan boleh ngambil sepuasnya. Mayan, ngemil gratisan.
Pavilyun Indonesia selalu heboh. Ada dua talent mengenakan kostum yang mengingatkan Emak akan peserta JFC alias Jember Fashion Carnival. Kostumnya heboh, make up eye catching. Si mas-mas talentnya jadi objek foto favorit pengunjung. Sampai capek banget kayaknya. Tapi mas-masnya selalu rajin senyum.

Di hari kedua pameran, pavilyun tercinta mengadakan coctail gathering. Mengundang tamu dari luar untuk menonton atraksi budaya sembari icip-icip makanan dan minuman khas tanah air. Menurut info, makanan dan minuman yang disajikan semuanya halal. Paling Emak suka lemper ayam, lapis legit dan lapis Surabayanya. Hadehhhh berkat pameran ini jarum timbangan mulai bergeser ke arah kanan lagi.
Kalau udah ada pertunjukan budaya, baik musik tradisional mau pun tarian, penonton selalu membludak. Sampai ngambil gambar pun susah. Emak jadi ikutan bangga. Gak heran lah kalau stand Indonesia jadi yang terbaik selama ITB. Mengalahkan stand Thailand dan Korea.
Emak bersyukur banget mendapatkan kesempatan seperti ini. Berkenalan dengan tokoh-tokoh pariwisata dari tanah air, bos-bos agen perjalanan yang keren gak pelit bagi ilmu, bagian marketing resor dan hotel yang ramah-ramah. Meski ngobrolnya ama emak-emak blogger ndak terkenal kayak Emak. 🙂
Moga taun depan rezeki ke sini. aamiin yang kenceng.
Aamiin. Ajak aku ajak aku :))))
@Emakmbolang: ayukkk ayukkkk! Dengan senang hati…