Gua Ashabul Kahfi di Amman, Yordania

Hari dimana kami ingin eksplor pusat kota Amman pertama kali, diwarnai hujan deras. Dari awal pagi-pagi naik mobil, perjalanan sudah gak lancar. Kena macet sebelum masuk daerah pasar. Entah berapa lama. Mungkin hampir sejam-an hingga kemudian kami menemukan spot parkir lega di dekat amphitheater Amman.

gua ashabul  kahfi amman
Kemacetan di mulut gua

Sebenarnya kami ingin mengeksplor amphitheater. Akan tetapi, gimana mau mengambil gambar dengan lega di tengah curahan hujan seperti ini. Kami sendiri gak bawa payung, pun jaket hujan. Kamera tak memiliki pelindung. Rencana kudu diubah.

Langit terus menumpahkan air seharian itu. Paling diselang seling gerimis. Sedangkan kami gak punya payung. Andalan kami cuma berjalan cepat, lalu melipir ke pinggiran toko yang berderet di downtown. Keluarga pelancong tak punya tujuan jelas. Sekadar window shopping, memperhatikan aneka komoditi pasar, lalu kelaparan.

Bau sedap membawa kami ke sebuah rumah makan lokal. Akibat lost in translation ama pekerja rumah makan, kami yang mau pesan kebab satu porsi, dapat aneka daging sebanyak satu kilo. Hayya…. baru kali itu ngeliat daging seporsi segitu banyaknya. Ditambah banyak roti, acar, serta peperoni mentah. Duh, entah karena enak, atau memang perut kami lagi kelaparan banget, daging segitu ampir abis. Tinggal sedikit kami bungkus ajah. Itu varian kebab terenak yang kami makan selama di Yordania.

Sampai agak sorean, hujan belum reda juga. Masih diselang-seling gerimis dan angin kencang. Ya udahlah kita ke destinasi berikutnya saja, gua ashabul kahfi di pinggiran kota Amman.

Pakai gps di hape Bapak, perjalanan ke sana lancar. Sempat lewat pinggiran kota nan sepi. Trus masuk permukiman, pertokoan, pasar kecil. Jalanan naik turun seperti biasa. Emak berdoa, moga gak kesasar, moga gak kesasar, seperti yang sudah-sudah.

Tentang Ashabul Kahfi

Kisah tentang penghuni gua, beberapa anak muda yang beriman yang melarikan diri dari raja zalim, sudah banyak kita kenal. Ia tercantum dalam beberapa riwayat, cerita, bahkan kitab suci Alquran. Surah Al Kahfi ayat 7 – 26.

Meski banyak cerita menyebutkan jumlah para pemuda tersebut sebanyak 7 orang, yang dikenal sebagai seven sleepers, dalam Alquran sendiri tak disebutkan jelas, berapa jumlah mereka:

Gua al kahfi, lokasi cerita dalam alquran
Interior gua

Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang, yang keempat adalah anjingnya, ada (yang lain) mengatakan, “(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya,” sebagai terkaan terhadap barang yang ghaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: “(jumlah mereka) adalah tujuh orang yang kedelapan adalah anjingnya”. Katakanlah: “Tuhanku yang lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit”. Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka. (QS. Al-Kahfi : 22) 

Demikin pula dengan waktu kejadian tidak disebutkan secara eksplisit di dalam Alquran. Namun Alquaran menyebutkan lamanya mereka tertidur di dalam gua. Yakni 300 tahun kalender Gregorian (matahari) atau 309 tahun berdasarkan perhitungan bulan.

 Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (QS. Al-Kahfi : 25)

Pada saat pemuda-pemuda beriman ini bangn, mereka mengira hanya tidur setengah hari atau sehari saja. Hingga kemudian salah satu di antara mereka pergi ke kota untuk membeli makanan. Mata uang yang mereka gunakan sudah kuno. Dan penduduk kota pun mengetahui keberadaan mereka. Setelahnya, para penghuni gua wafat. Dan penduduk kemudian membangunkan tempat ibadah di atas gua mereka.

Zaman dan lokasi gua di mana ashabul Kahfi tertidur memiliki beberapa versi. Ada yang berpendapat letaknya di kota Ephesus, Turki. Sebagian mengatakan lokasinya di Amman, Yordania. Masjid Chenini di selatan Tunisia, menjadi versi lainnya. Ada yang percaya letaknya di Turpan, propinsi Xinjiang, China. Pas kami ke Siprus, ada yang menyebut satu lokasi sebagai gua tersebut. Hanya Allah yang tahu lokasi sebenarnya. Kami sebagai traveler, cuma usaha. Sambil sedikit-sedikit belajar juga. Yang terpenting bukan lokasinya, kan. Tapi gimana kita mengambil hikmah dari kisah mereka. *sokbijak*

Gua Ashabul Kahfi di Amman

Tempat ini merupakan lokasi wisata religi kedua yang kami kunjungi setelah makam sahabat di Al Mazar al Janubi. Di parkiran kompleks gua, kami melihat dua bus pariwisata. Angin masih berembus kencang. Disertai gerimis. Kami menyeberang, masuk ke dalam kompleks. Eh, ndilalah jumpa dengan rombongan jamaah umrah asal Indonesia. Tepatnya rombongan asal Riau. Karena Bapak lahir dan besar di Riau, maka hebohlah kami chit chat dengan mereka. Kebanyakan sudah senior. Satu dua ditemani anak/cucu mereka.

Masjid Umayyah di Amman Yordania
Masjid di kompleks gua

Kami semua langsung menuju tempat gua tersebut. Seorang penjaga menghadang kami di depan sebuah pintu. Masuknya gratis. Tapi kalau mau bisa donasi di masjidnya.

“Antri dulu, yah! Di dalam masih ada rombongan lainnya.”

Rombongan sebelum kami sepertinya muslim asal India/Pakistan/Bangladesh, Emak taksir. Dari wajah serta pakaian yang mereka kenakan. Ketika rombongan sebelumnya mulai terlihat keluar dari gua, kami diperbolehkan masuk.

Jalan menuju mulut gua becek. Sebagian jalanan ditutup terpal hitam untuk menghindari becek. Dan anginnya masih saja terasa dingin. Padahal perut Emak dalam keadaan kenyang. Emak perhatikan, beberapa jamaah Indonesia, mengenakan baju, celana, rok tipis. Serta menggunakan sandal jepit. Emak nggak nanya, apakah mereka kedinginan. Mungkin mereka emang kuat, pikir Emak.

Sementara jamaah sebelumnya masih belum kelar keluar dari gua, banyak jamaah asal Indonesia sudah tidak sabar. Mereka mau main masuk ajah. Beberapa asik foto-foto tepat di mulut gua. Menjadikan lalu lintas tambah macet. Saat diingatkan, ada yang kemudian minggir. Tapi ada juga yang cuek. Pintu guanya kecil. Sekali lewat paling cukup buat dua orang berukuran sedang.

“Biarin aja,” komentar mereka ketika ada yang mengingatkan.

Akhirnya setelah ada ketegangan kecil, rombongan sebelumnya meninggalkan gua. Gantian semua rombongan Indonesia mau langsung masuk. Termasuk kami.

Dalam gua langsung berasa penuh. Mereka berebut mengambil foto dan video. Emak sedikit bengong, mau bergerak susah. Ya sudah sabar ajah, sampai semua puas berfoto. Di dalam sini penerangannya minimal. Temaram. Tak sedikit foto-foto bidikan Emak ngeblur.

Interior gua terdiri dari tiga ruangan. Dua ruangan katanya tempat para pemuda tidur. Satu ruangan lagi terdapat lemari kaca tak terlalu besar. Disply sedikit benda purbalaka zaman Romawi kuno.

Dua ruangan memiliki meja batu. Dengan lubang di sampingnya. di sela-sela lubang terdapat tulang belulang. Yang diyakini milik para pemuda saleh ashabul kahfi.

Seorang pemandu kemudian minta perhatian rombongan. Menerangkan tentang ashabul Kahfi dalam bahasa Inggris dan Melayu. Beliau juga menerangkan bahwa eksterior dan sebagian interior sudah dimodifikasi sejak bangsa Romawi kuno. Sekarang di atasnya dibangun sebuah masjid. Ujung-ujungnya pak pemandu menawarkan jualannya CD/DVD, video mengenai situs-situs Islam di Yordania. Seharga 5 – 10 dinar Yordania. Beberapa bapak Indonesia langsung mengerubuti pak pemandu.

Kami berpisah setelah keluar dari gua. Tak terlihat ada pengunjung lagi setelah kami. Keluarga pelancong mau sembahyang dahulu di masjid di kompleks gua. Sementara jamaah umrah segera melanjutkan perjalanan. Sebab malam itu mereka langsung terbang ke Jeddah.

Keluarga pelancong tak eksplor kompleks gua lebih lama. Brrrr… kedinginan, mbayangin ada tukang bakso atau mie ayam lewat.

How to get there

 Lokasi gua ini berada sekitar 10 km dari pusat kota Amman di Yordania. Selain bisa ke sini naik taksi, Emak melihat ada bus umum dekat pintu gerbang. Entahlah naiknya dari mana. Taksi di sini masih agak murah. Terutama kalau naiknya rame-rame.

10 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: