Beberapa waktu lalu, bos Bapak baru bercerita, beliau kecopetan di dalam Thalys, kereta api berkelas bisnis-eksekutif saat kembali dari Paris. Tepatnya di rute antara Brussels dan Liege di Belgia. Ketika sadar dan lapor polisi, ternyata kawanan pencopet bergerak cepat. Sebagian uang di bank pun telah mereka renggut. Kawanan profesional ternyata. Menurut polisi Belgia, rute itu termasuk rawan. Biasanya gerombolan tersebut memanfaatkan kesempatan ketika orang sibuk naik turun kereta api. Satu orang akan menyamar sebagai penumpang dan berpura-pura meletakkan atau mengambil barang dari rak koper di dekat langit-langit kereta. Sialnya, Pak Bos meletakkan dompet berisi ATM, kartu kredit, SIM, dll di dalam jaket, lalu menyampirkannya di tempat penyimpanan di langit-langit tersebut.
Cerita Pak Bos mengingatkan keluarga pelancong dan teman-teman semua, agar selalu berhati-hati. Kapan saja di mana saja. Di Jerman yang katanya aman saja, masih terjadi beberapa tindak kejahatan seperti penipuan dan pencopetan, bahkan penodongan. Maka berhati-hati akan lebih aman bagi diri sendiri.
Kami ada beberapa pengalaman pribadi dan teman-teman mengenai tindak kejahatan di tempat-tempat wisata. Semoga saja berguna bila dipaparkan.
Secara umum, segala macam keramaian bakal mengundang orang-orang tak diinginkan. Maka sebisa mungkin jauhi atau jika memang harus bergabung di keramaian, jaga barang-barang berharga ekstra hati-hati. Biasanya kami memindahkan tas punggung ke depan, agar lebih mudah dikontrol. Di musim panas, saat tempat-tempat wisata dipadati pengunjung, maka lebih padat juga jumlah si tangan panjang.
Di Cologne, negara bagian Nordrhein-Westfalen yang terkenal dengan Dome (Gereja Raksasanya), pusat keramaian terletak di sekitar Dome, stasiun pusat, dan dis stasiun-stasiun kereta api bawah tanah. Keramaian akan semakin berlipat di akhir minggu atau hari libur.
Terkadang, terlepas dari gangguan pencopet, belum tentu sepenuhnya aman dari gangguan. Para peminta-minta kadang mengemis bergerombol, menarik-narik baju para turis sambil memelas. Tak mencopet, namun seringkali tingkah mereka sangat mengganggu. Seorang sahabat pernah mengalami di kota Nuernberg (negara bagian Bayern). Tak lama setelah memberi uang seorang wanita pengemis, dirinya dikerubuti tiga empat wanita pengemis lainnya. Setengah memaksa memberi mereka juga.
Di pusat kota Wina, di daerah gereja besar merupakan pusat keramaian wisatawan. Berkali kami dengar polisi patroli mengingatkan para pelancong agar berhati-hati terhadap barang bawaan mereka masing-masing. Seorang teman wanita mengaku pernah kecopetan di Wina. Selalu waspada sangat berkunjung kemari.
Dua orang sahabat pernah mengalami kejadian mirip bos si Bapak. Kehilangan sesuatu ketika berkendara dengan media kereta api di wilayah negara Belgia. Bedanya mereka menggunakan kereta api ekonomi. Yang satu menaruh tasnya di dekat langit-langit kereta, dan hilang. Yang lain menaruh koper berisi laptop agak jauh dari tempatnya duduk. Sesuatu yang agak sembrono dan mengundang kejahatan memang.
Berhati-hatilah terhadap orang yang menawarkan bantuan untuk memotret di tempat wisata. Konon, banyak kamera turis dibawa kabur penjahat dengan cara ini di Stockholm, Swedia. Bila tak membawa kabur, beberapa meminta uang sebagai imbalan.
Selagi asyik menikmati pemandangan kota tua Venezia, seorang ibu menghampiri, katanya dari organisasi anti AIDS. „Dukung kami dengan membubuhkan tanda tangan disini,“ pinta beliau. Emak menuruti awalnya. Satu ibu lainnya mengajak ngobrol dengan ramah. Menanyakan dari mana kami berasal, di mana tinggal, dll. Eh, ujung-ujungnya minta duit, katanya untuk dana. Emak berkata tidak, mencoret namanya dari daftar, lalu ngeloyor pergi. Siapapun pasti tak suka ada yang meminta dana dengan cara seperti ini.
Dalam perjalanan menuju Colosseo di jantung kota Roma, keluarga pelancong pernah mengalami kejadian menyebalkan. Kami berpapasan dengan orang lelaki berpakaian a la tentara Romawi kuno. Tiba-tiba mereka menawarkan berfoto bersama. Awalnya kami senang-senang saja. Akhirnya tak menyenangkan. Mereka meminta uang 30 euro sebagai balas jasa. Apa-apaan. Tak suka dengan cara mereka, kami pun sempat beradu mulut. „Nih, sudah saya hapus foto kalian semua,“ kata Emak marah sambil menunjuk layar kamera digital.
Di Italia, menurut informasi teman juga rawan terhadap pencopet ber-scooter. Apalagi di jalan-jalan sempit dan ramai.
Di depan Sacre Couer, Paris, beberapa lelaki memiliki modus operandi mirip. Mereka menghampiri para turis, memasang gelang berbahan benang biasa warna-warni ke tangan seseorang wisatawan, diakhiri dengan meminta bayaran tak wajar. Di sekitar menara Eiffel para pencopet berkeliaran. Sama banyaknya dengan para pencopet pemanfaat kesempatan di Piazza San Marco, Venezia.
Tak hanya para pelaku kejahatan dan pengemis, para pedagang asongan terkadang melakukan hal kurang menyenangkan. Apalagi jika bukan memaksa turis membeli dagangan mereka. Jadi, waspadalah di mana saja!