Barcelona, ibukota Katalonia di Spanyol, tak hanya punya klub sepak bola kelas dunia. Kota ini memiliki berbagai atraksi wisata yang tak kalah masyhur dan menarik.
Ini perjalanan kedua saya dan keluarga ke kota ini. Terasa berbeda, sebab kami dulu pergi ketika musim dingin. Kedatangan kedua di musim panas. Barcelona terlihat jauh lebih padat oleh para turis. Di bus, di metro, di objek-objek wisata, rasanya tak pernah saya melihat Barcelona sepi di musim panas. Bahkan di malam hari sekali pun.
Baik musim dingin atau pun musim panas, kesan saya tentang Barcelona tetap sama: memikat. Gedung-gedung megahnya. Warga lokalnya yang ramah. Mereka berusaha membantu ketika saya bertanya lokasi suatu objek wisata. Meski tak bisa menyampaikannya dalam bahasa Inggris. La Ramblas, jalanan populer kota yang hampir tak pernah berisitirahat.
Kami mendatangi kembali beberapa lokasi cantik Barcelona, serta menyempatkan diri mengunjungi objek lainnya. Di tengah cuaca panas dan lembab. Suhu udara mendekati angka 40 °C di siang hari. Tak mengherankan, walau berada di Eropa, Barcelona terletak di tepi Lautan Mediterania, di selatan Eropa.
Tak sulit menjelajah Barcelona. Peta wisata kota tersedia gratis di penginapan dan kantor informasi turis. Objek wisata utama tergambar jelas di dalamnya. Metro adalah moda transportasi dalam kota favorit kami. Ia berjalan cepat, anti macet, dan menjangkau banyak sudut kota. Di pusta kota, jalan kaki lebih nyaman. Agar dapat mengamati dan memotret kecantikan Barcelona secara lebih leluasa.
Barri Gotic
Tak jauh dari hiruk pikuk La Rambla, bisa kita temui dunia lain: kota tua Barcelona. Bahkan di tengah panas dan terangnya cuaca, berada di antara bengunan bergaya gotik membuat perasaan jadi suram dan aneh.
Gang-gang kecilnya gelap dan lembab, membentuk labirin. Sambung menyambung dikelilingi gedung-gedung tinggi yang berfungsi sebagai apartemen, penginapan, dan cafe. Toko-toko kecil penjual bumbu, cinderamata, buku-buku tua dan barang-barang bekas. Sebagian besar bangunan di sini dibangun pada abad 14-15. Ketika kekuatan maritim Barcelona mengalami zaman keemasan.
Jika naik metro, halte terdekat dengan Barri Gotic bernama Jaume I. Jantung Barri Gotic adalah katedral, La Seu. Didirikan di masa pemerintahan Kerajaan Katalonia-Aragon. Terbuat dari batuan alam dengan satu menara tinggi di bagian tengah dan tiga menara lainnya.
Di sekitar katedral dulunya terdapat bekas–bekas bangunan zaman Romawi kuno. Berkali ditemukan sisa-sisa tembok dari abad 4 masehi di kota antik Barcino. Daerah ini ramai oleh para turis. Saya lebih suka mengeksplor gang-gang kecil ke arah La Ramblas. Berjalan di antara gedung megah dan elegan. Pagar balkonnya terbuat dari metal yang memiliki bentuk cantik.
La Rambla
Selalu ramai, saya menganggap La Rambla inilah jantungnya Barcelona. Buku panduan pegangan saya mengingatkan, keramaian mendatangkan kesempatan untuk berbuat jahat. Banyak si tangan panjang beraksi di jalan ini.
Berkali kami lewat La Rambla. Pernah malam, pagi, dan siang hari. Ia tak pernah membosankan. Selalu saja kami temukan hal-hal baru di jalan satu ini.
La Rambla membujur sekira 1,5 km dari Placa de Catalunya hingga tepi laut di Rambla del Mar. Ada tiga halte metro di sepanjang jalan: Placa Catalunya, Liceu, dan Drassanes. Jalan ini merupakan sebuah bulevar. Terdiri dari jalan mobil dan di tengah-tengahnya trotoar pejalan kaki yang ditanami pepohonan di kedua sisinya. Di trotoar ini berdiri kios-kios, cafe, tempat pedagang kaki lima menggelar dagangan, para pengamen mengais rizki, serta para patung manusia beraksi.
Bangunan di kedua tepi jalan banyak berfungsi sebagai tempat usaha. Toko, rumah makan, dan penginapan. Ada beberapa restoran halal di jalan ini. Saya senang kami tak perlu khawatir kesulitan mengisi perut.
Jalan terkenal La Ramblas terdiri dari lima bagian. Mari kita telusuri satu per satu dari arah Placa de Catalunya. Rambla de Canaletes relatif sepi. Ada beberapa bangku taman di sini. Di pagi hari, banyak warga lokal duduk-duduk sambil mengobrol. Bagian ini dikenal karena Font de Canaletes. Sebuah tiang mirip lampu namun punya keran air minum.

Rambla dels Estudis. Dulunya di bagian ini berdiri beberapa perguruan tinggi. Sekarang tinggal satu lembaga ilmu pengetahuan. Kios, pedagang kaki lima mulai sering kita jumpai di bagian ini.
Masuk ke Rambla de Sant Josep, suasana tambah seru. Penduduk lokal menyebutnya sebagai Rambla Bunga karena banyak sekali penjual bunga. Buket-buket warna-warni disusun di atas meja, di dalam pot atau di dalam kios.
Jangan lupa untuk masuk ke pasar Mercat de la Boqueria. Biasanya ramai oleh turis maupun warga lokal. Akan tetapi menjelajahi isi pasar bisa jadi pengalaman berharga. Aneka komoditi segar ditata dan dipajang rapi di kios-kios terbuka. Buah-buahan, termasuk buah tropis, sayur, ikan segar, ayam, daging dan makanan matang. Semuanya memanjakan mata. Di musim panas, orang banyak membeli jus buah segar.
Ada setidaknya dua tempat istimewa di Rambla dels Caputxins. Gran Teatre del Liceu, gedung opera terbesar Barcelona. Dan Placa Reial, gedung berbentuk U dengan air muncrat di depannya. Di lantai dasar, ada beberapa cafe yang tempat duduknya meluber di luar gedung.
Rambla de Santa Monica biasanya terlihat paling ramai. Patung manusia dengan berbagai kostum, menjadi objek foto favorit para turis. Kios cinderamata semakin banyak pula. Uniknya sebagian besar dimiliki oleh pendatang berwajah India/Pakistan. Harganya bisa ditawar. Di ujung La Rambla ini berdiri kolom Christopher Colombus, pelaut masyhur Spanyol. Banyak orang menyeberang dan berjalan menuju pantai. Untuk sekadar duduk-duduk atau berbelanja di sebuah mal tepi laut.
Eixample
Ketika pemerintah Barcelona memutuskan perluasan kota tahun 1859, mereka memutuskan membuat denahnya seperti sebuah papan catur. Kotak-kotak rapi. Di zaman itu pula hidup arsitek modernisme besar kota ini: Domenech i Montaner, Puig i Cadafalch, dan Antoni Gaudi. Sebagian karya rancangan mereka bisa kita saksikan di distrik Eixample.
Siapa saja yang berjalan di antara bank, butik-butik pakaian mahal, cafe, dan restoran di sini, pasti sesekali akan berhenti untuk menikmati detail keindahan bangunannya. Highlight arsitektur bisa dilihat di jalan elegan Passeig de Gracia, yang berujung di Placa de Catalunya.. Orang kaya dan kaum ningrat Barcelona membangun gedung-gedung megah dan mendirikan tempat usaha di jalan ini.
Saat pertama ke Barcelona, penginapan kami ada di Eixample. Di sebuah gedung cantik. Pemilik apartemen mengingatkan, orang tak dianjurkan untuk berisik di sini. Sebuah daerah pemukiman tenang dan bebas keramaian pesta.
Dua hasil desain Antoni Gaudi berdiri di Passeig de Gracia, Casa Batllo dan Casa Mila (La Pedrera). Jika melihatnya, kita seperti melihat rumah negeri dongeng. Desainnya sungguh tak biasa. Casa Batllo berwarna cerah mengkilap. Atapnya bergelombang. Jendelanya mirip kupu-kupu. Cerobong asap di puncak Casa Mila berbentuk bagaikan eskrim cone. Keduanya berfungsi sebagai museum.
Gereja Sagrada Familia bisa dijangkau dari halte metro dengan nama sama. Ia gereja paling unik yang pernah saya lihat. Menara dan salah satu fasadnya seperti terbuat dari tanah lempung. Sejak zaman Gaudi hidup di awal abad 20 sampai sekarang, gereja ini masih saja belum selesai dibangun.
El Raval
Distrik di sebelah barat La Rambla ini sebenarnya tidak dikenal sebagai tujuan wisata Barcelona. Kami berkali melewati daerah ini, sebab penginapan kami arahnya lebih ke barat, di Poble Sec. Walau begitu, tempat ini menarik perhatian saya.

Sekilas suasana el Raval mirip Barri Gotic. Minus katedral. Gedung-gedungnya sama tua dan tinggi. Bedanya, distrik ini tampak kumuh dibanding Barri Gotic. Dinding-dindingnya bergrafiti. Beberapa bagian terlihat kotor. Karena harga sewa apartemen di daerah ini lebih murah dibanding distrik tertua Barcelona, banyak imigran pindah kemari.
Para imigran tersebut banyak memiliki tempat usaha di Poble Sec. Toko-toko mirip toko kelontong. Menjual aneka kebutuhan pokok rumah tangga seperti sayur, buah, dan sabun. Salon potong rambut juga bernama asing. Kami bahkan sempat membeli roti di toko kue India.
Imigran muslim pun banyak bermukim di daerah ini. Lelaki bersorban, orang bertemu sambil mengucap assalamualaikum, wanita berhijab, bukan pemandangan eksotis. Pun rumah makan berlabel halal, toko daging halal, toko kue yang namanya ditulis dalam bahasa Arab. Saya sempat merasa berada di sebuah kota Timur Tengah. Masha Allah. Pesat sekali pertumbuhan Islam di kota ini.
Sayang sekali Masjid Tariq ibn Ziyad di Jalan de Sant Rafael 10 tutup ketika kami ke sana. Saat itu memang masih pagi, belum masuk waktu salat. Tak ada orang sama sekali di sekitar masjid. Pintunya pun terkunci.
Barça! Barça! Barça!
Bukan penggemar sepak bola, saya sebenarnya tidak berniat mampir di kandang klub sepak bola FC Barcelona. Namun suami dan anak lelaki saya ingin ke sana. Pertama dulu, kami sampai sana sudah malam. Dan stasion sedang sepi, tak ada pertandingan. Kamera habis pula baterainya. Tak ada kenang-kenangan bahwa kami pernah mengunjungi istana sepak bola tersebut.
Camp Nou bisa dicapai dari halte metro Collblanc atau Badal. Disambung jalan kaki kira-kira setengah km. Ada juga halte bus, lebih dekat. Dari halte, kami mengikuti rombongan orang memegang peta. Tujuan mereka sama dengan kami. Mengunjungi salah satu kuil sepak bola dunia.
Stadion ini berada dalam satu kompleks luas. Dari pintu gerbang, masih jalan kaki lagi sekira 200 m. Panas sekali hari itu. Penggila bola dari seluruh dunia meramaikan isi kompleks. Berbagai bahasa asing saya dengar. Ingris, Perancis, Italia, dan entah bahasa apalagi.
Barangkali, ini stadion terbesar yang pernah saya hingga kini. Kapasitasnya nyaris 100 ribu penonton. Eksteriornya terbangun dari banyak kaca dan metal. Foto-foto para pemain terpampang di poster-poster di luar arena. Kami masuk ke dalam FC Botiga Megastore, toko pernak-pernik klub FC Barcelona.
Di sini tak kalah padat. Dominasi warna merah segera menyapa. Para pengunjung seperti kalap ingin membeli kenang-kenangan di stadion kesebelasan kesayangan mereka. Padahal harga satu kaos lengan pendek saja sudah sekitar 80 euro (Rp. 1.200.000,-). Bola, handuk, jaket, semuanya menurut saya relatif mahal. Uh, menjadi fan sepak bola ternyata butuh modal tak sedikit, ya!
Info:
- Warga negara Indonesia membutuhkan visa Schengen agar dapat mengunjungi Spanyol.
- Barcelona bisa dicapai dari banyak kota besar lainnya di Eropa. Maskapai penerbangan murah seperti Vueling dan Ryanair terbang ke Barcelona dan kota-kota terdekat seperti Girona dan Reus.
- Harga penginapan per murah kira-kira 20 euro (Rp. 300.000,-) per malam per orang.
- Jika ingin menjelajah sebagian besar Barcelona butuh setidaknya tiga hari.
- Transportasi dalam kota terdiri dari bus dan metro. Tiket metro bisa dibeli di mesin-mesin otomatis di setiap stasiun metro.
- Tempat makan halal relatif mudah, terutama di daerah ramai seperti La Rambla dan el Raval.
Antoni Gaudi selalu identik dengan Barcelona atau negara spanyol itu sendiri. Memang mbak, klo ke suatu tempat tru nggak isok foto foto rasane onok sing kurang lengkap
Bener, kalau ke Barcelona kudu menikmati hasil karya Gaudi.