Setelah urusan tiket ke tempat tujuan liburan selesai, biasanya keluarga pelancong berkecimpung dengan urusan berikutnya. Yakni mencari penginapan. Biasanya sih pilih yang harganya miring. Tapi gak mesti pilih yang paling murah.
Kami mencari informasi mengenai harga penginapan di situs-situs jasa seperti booking, agoda, hostelworld atau hostelbookers. Nanti bari dibandingkan satu-per satu. Walau kami ingin mendapatkan penginapan dengan harga termurah, akan tetapi kami punya pertimbangan lain dalam memilih. Misalnya lokasinya.
Jika bawa mobil sendiri atau berencana menyewa mobil, tak masalah jika lokasinya agak di pinggir kota. Atau jika akses dengan kendaraan umum juga mudah. Jika tidak, kami lebih pilih penginapan di pusat kota saja. Enak kemana-mana.
Selain itu, Emak suka membacai ulasan dari pelanggan penginapan sebelum kami. Yang kami pilih tentu yang reviewnya lebih bagus. Kalau harga sangat murah tapi menurut kami tidak enak, seperti misalnya bau rokok atau terlalu ribut, mending cari yang lain.
Enam hari di Bulgaria, kami putuskan menginap di Sofia. Dari sana baru day trip ke beberapa tempat. Yang tidak terlalu jauh dari ibukota saja. Liburan santai, namun berkesan. Begitu pengennya.
Dari satu informasi sebuah grup backpacker di media sosial, kami menemukan rekomendasi penginapan bernama Hostel Mostel. Emak langsung cek di situs booking. Eh benar ada. Dengan harga sesuai bujet, dan lokasi lumayan dekat pusta kota. Sayangnya gak cepat kami pesan. Tar sok tar sok mulu. Akibatnya bisa ditebak. Ketika sudah benar-benar niat booking, eh hostelnya dah penuh. Salah sendiri, Mak!!!
Kudu nyari alternatif lain, deh. Setelah cari dan cari, ketemu hostel Moreto & Caffeto. Untuk 5 malam, bedanya sekitar 30 euro. Kami berempat membayar total 180 euro. Ya sutralah. Emang udah rezeki kami nginep di sini. Reviewnya lumayan bagus. Tapi agak ke pinggiran Sofia. Sekitar 20 menitan jalan kaki sampai di Jalan Vitosha.
Karena kami sampai nyaris tengah malam, kami menanyakan tentang fasilitas jemputan lewat email. Pihak hostel tidak menyediakan. Menurut informasi di internet sih taksi dari bandara internasional Sofia ke kota Sofia paling sekitar 15 euro. Kami bayar 10 euro. Pakai duit euro, belum tukar uang.
Mbak-mbak resepsionis membuka pintu ketika kami baru turun dari taksi.
“Hai. Lho kalian berempat kok nyewa kamar yang dobel?”
“Nggak, kami sewa kamar buat berempat, kok!” jawab Emak.
Setelah mengecek bukti reservasi kami, si embak baru nyadar. Oh, ternyata tamu satu lagi yang sedang ditunggunya.
Si Embak cantik, awal dua puluhan, mengambil kunci, menunjukkan cara membuka pintu depan dengan chip, menunjukkan dapur umum, mengantarkan kamar kami di lantai dua, memperlihatkan kamar mandi dan kamar kami berempat.
Kamarnya tidak terlalu besar. Terdiri dari dua tempat tidur susun. Mirip tempat tidur di youth hostel di Jerman. Dan dua lemari, empat loker kecil. Sepertinya kamar ini bisa berfungsi sebagai dormitory. Karena masing-masing loker memiliki kunci. Sederhana namun bersih dan rapi.
My favorite thing is to go where I’ve never been (Diane Arbus)
Adalah quot yang terpajang di tembok kamar kami. Ini mah Emak banget. hehehe. Lukisan-lukisan mini, quot, foto-foto destinasi Bulgaria dipajang di tembok dekat tangga. Dapurnya juga bersih. Ada imbauan bersih-bersih setelah menggunakan dapur. Kami hanya memakainya untuk menjerang air. Bikin teh dan kopi yang disediakan gratisan oleh pihak hostel.
Alina, respsionis sekalian host yang tinggalnya satu lantai dengan kami sangat helpful. Saat kami butuh informasi, dia mencarikannya dengan serius. Sampai nelpon-nelpon ke beberapa pihak biar infonya valid.
Pelanggan hostel kebanyakan anak muda seperti kami. Kira-kira seumuran, lah. *pembaca dilarang protes* Banyak di antara mereka kebanyakan kongkow-kongkow bareng di malam hari. Nonton tivi bareng sambil ngobrol-ngobrol. Ada seorang pemuda Amerika rajin masak. Setiap malam ketika ketemu di dapur pasti lagi masak.
Hostel satu ini lokasinya gak dekat jalan besar. Gak ribut. Ia terdiri dari 4 lantai. Lantai dasar ruang resepsionis, ruang televisi, dan dapur. Baru lantai-lantai di atasnya berfungsi sebagai kamar tamu. Satu lantai terdiri dari tiga kamar. Dengan satu kamar mandi dan satu WC. Alhamdulillah walau satu lantai ada sekitar 3 -4 orang yang menginap selain kami, kami tidak pernah rebutan kamar mandi atau WC. Ia juga dekat dengan stasiun tram nomor 1. Saat malas jalan kaki, kami pilih naik tram saja.
Overall, kami puas dengan pelayanan di hostel ini. Suasananya intim dan akrab. Oh ya, di tembok dapur dipajang satu peta dunia. Ada nama-nama dan asal tamu yang sudah pernah menginap di hostel ini. Daaaan, kami tamu pertama dari Indonesia. Langsung deh semangat nempelin nama Adik di peta tersebut. Recommended lah.
Oh ya, di sini kita juga bisa beli beberapa macam suvenir. terutama yang khas bunga mawar, produk unggulan Bulgaria. Kali ada traveler gak sempat beli di luar.
***
Hostel Moreto & Caffeto
Ulica Burel 41
1408 Sofia
Bulgaria
www.mocagh.com
+359 2 851-07-00
info@mocagh.com
Berarti seumuranku juga ya mbak Ira ini hihi, dan itu bule Amrik masak apa mbak?
Dulu waktu kecil aku tidurnya di ranjang susun kayak gitu juga, jadi kangen hehehe
Ranjang susun di hostel selalu mengingatkan mASA kecil.
Klo aku beda mbak, Shah Jahan lebih suka go show, puas ngelihat Dan Tanya INI ITU Baru check in. Kadang 2 jam sendiri cari hotel hehehe
Kl penginapan yg seperti ini, satu kamar untuk keluarga aja atau campur mba? Seru ya di bulgaria masih ada tempat tidur susun sprti jaman saya kecil..
@Cek Yan: betullll hampir seumuran kita. Paling2 Cek Yan beberapa tahun di atasku lah…. wkwkwkwkwk. Dia masak tumisan daging. Pernah juga bikin spaghetti. Backpacker rajin masak tuh…
@Zulfa: ho-oh mbiyen nang omahe budheku onok ranjang koyok ngunu. Rebuten pengen menduwur. Lek nang hostel Eropa, aku sering nemoni sing koyok ngene. Arek2 sing rebutan turu ndek nduwur.
@Ima: kami biasanya milih yg gak campur ama orang lain, Ma. Biar privacy terjaga. Kalau mau sembahyang atau buka kerudung kan enak… 🙂
Seru juga ya mba sampe ninggalin nama di peta gitu. I was here.. Ha-ha..
Dan Selalu merasa termotivasi kalo baca blog traveler.. Salut mba..
Salam kenal dari kami ya mba.
@Abah Shofi: iyaaa… apalagi ninggalin jejak pertama kali di situ. Rasanya seneng banget. Salam kenal juga dari keluarga pelancong.
Senengnya jadi tamu pertama yang menginap di hostel itu 🙂
Dari dulu aku pengen loh tidur di ranjang susun begitu.. Dulu waktu kecil ortu gak mau beliin, katanya takut yang tidur di atas jatoh. Akhirnya dibeliin tempat tidur yang bawahnya bisa diseret buat jadi tempat tidur juga… 😀