Salah satu alasan kami memilih Skopje sebagai destinasi wisata musim gugur tahun ini adalah karena tiket ke sananya yang terbilang murah. Dibanding tiket pesawat ke beberapa jurusan incaran kami. Kami menghabiskan sekitar 180 euro pp berempat. Sudah termasuk satu bagasi 20 kg. Terbangnya naik maskapai low cost Wizzair, Charleroi – Skopje pp. Selain harga tiket lebih murah, harga-harga di ibukota negara Makedonia Utara ini pun lebih terjangkau dibandingkan di kota-kota besar di Eropa Barat.
Keluarga Pelancong lalu memilih penginapan di dalam old bazaar. Biar gampang kemana-mana. Ngecek di situs agregat Bookingdotcom, kami temukan banyak sekali pilihan menginap di dalam old bazaar. Dari termurah hingga hotel bintang lima. Ada beberapa pertimbangan kami memilih hotel selain lokasi. Bujet tentu penting, kami juga memilih yang ada sarapan dan service airport shuttle. Service penjemputan seperti ini, kadang gratis, kadang juga tidak.
Dari pelbagai pertimbangan dan pilihan, kami menjatuhkan pilihan ke hotel Old Konak. Untuk kelas bintang tiga, ia sebenernya bukan pilihan paling murah. Yang bikin kami kesengsem karena ada jaminan makanan di sana halal. Ya enak, toh, setidaknya sarapan kami sudah terjamin. Sarapan buffet bisa jadi faktor penghematan. Setelah makan kenyang di hotel, makan siang kami bisa agak sorean, skip makan malam sebab masih kenyang.
Setelah booking terkonfirmasi, tak lama kemudian kami mendapatkan email dari hotel, ucapan terima kasih telah memilih hotel ini, serta tawaran airport shuttle service dan biayanya. Kami tidak langsung menerima tawaran tersebut. Baru setelah cek-cek harga taksi dari bandara Skopje ke pusat kota, berjarak sekira 16 km, tarifnya ya rata-rata 15 euro, seperti tawaran hotel, akhirnya kami pakai service mereka saja.
Pengalaman Menginap di Hotel Old Konak Skopje
Kelar urusan imigrasi di bandara internasional Skopje, kami langsung ditemui Nedim, sopir penjemput, kami kenali dari kertas bertuliskan nama Bapak. Nedim keturunan Turki-Albania, lahir dan besar di Makedonia Utara. Mungkin karena melihat Emak berkerudung, beliau bilang juga muslim. Bahasa Inggris Nedim lumayan bagus. Katanya baru belajar dua tahunan ini, dan learning by doing, ngajakin ngobrol turis yang bisa bahasa Inggris. Nedim berteman dengan pemilik hotel Old Konak. Saya sering dapat kerjaan sopir taksi dari mereka, kata Nedim. Nedim pula yang mengantarkan kami ke Lembah Matka dan mengantarkan kami kembali ke bandara. Dari Nedim pula kami tahu kalau pemilik hotel Old Konak pun keluarga muslim.
Urusan check in cepat, kami bayar tunai langsung. Kamar kami di lantai atas. Ndak dapat kamar menghadap keluar, soalnya milih tarif terendah. Masuk kamar, langsung tercium bau wangi. Kamarnya sangat bersih. Ndak terlalu luas buat bertiga, tapi masih ada space buat sholat dalam kamar. Kamar mandinya juga bersih. Mandi pakai shower. DI dalam kamar tersedia alat pengatur suhu. Kala itu suhu Skopje sekitar 20-24°C. Tak terlalu panas mau pun dingin. Kami jarang menggunakan alat pengatur suhu, agak ribut suaranya di malam hari. Alternatifnya, kami buka jendela. Jadinya dengar suara-suara pengunjung hotel lainnya yang masih terjaga hingga tengah malam. Sedikit serba salah.
Televisi layar datar tersedia di dalam kamar. Channelnya ratusan, hampir semuanya menggunakan bahasa Turki. Program dari Amerika juga mereka terjemahkan. Walhasil, kami malah menonton saluran documentary China, karena itu saluran berbahasa Inggris. Mupeng deh pengen eksplor negeri Tiongkok.
Sarapan pagi di ruang makan bawah tanah. Tempatnya juga bersih, agak dingin jika pertama kali masuk. Sarapan jam 08.00 – 10.00. Kami sering jadi tamu pertama yang datang sarapan. Menu sarapannya tiap hari sama saja. Hanya banyaknya yang bervariasi. Sepertinya disesuaikan dengan jumlah tamu yang sarapan hari itu. Sarapannya terdiri dari: beberapa macam roti gurih dan manis, keju slice warna kuning dna putih, sosis, salami, buah zaitun, potongan tomat dan timun, pasta paprika (ajvar), manisan buah, minuman limun, kopi, teh, air putih, madu, gula.
Petugas sarapannya bapak-bapak sudah agak sepuh, enampuluhan tahun kali usianya. Timunnya segar dan enak banget. Kejunya pun sedap. Dagingnya aman kalian makan, beliau menerangkan ketika melihat kami pertama kali. Roti gurih enak dicocok ke ajvar. Kopinya kopi instan. Tehnya teh hitam.
Overall, ndak mengecewakan nginep di sini. Pekerjanya nggak chatty, tapi sat set kalau kami nyari info atau butuh sesuatu.
Hotel e kayaknya dijalankan oleh kelurga besar,, yang ngelayanin breakfast kayaknya mbah kung e
Mungkin Nedim juga masih keluarga dekat atau jauh, mungkin 🙂
Btw, wis ketemu Mas Kurtis Mesut?
oyi bekne yah. Pancen wong kono suasana kekekluargaane isih terasa banget. Yen mlaku2 nang old bazaar akeh banget keluarga2 mlaku2 dan maem2 bareng. Sayange ora kethok babang Mesut. 🙂